Hujan.
Benar-benar membuat kesendirian ini semakin kesepian.
Lelah.
Bahkan untuk mengeluh, air mata ini sudah dewasa agar bersembunyi.
Diam.
Duduk diam di depan pintu perpus. Dengan cipratan-cipratan air yang tak sengaja membasahi. Velin hanya memastikan apakah hujan akan segera berhenti jatuh.
Sambil menyesal pada diri sendiri, harusnya dia ngga ketiduran di perpus jadi bisa pulang sebelum hujan.
Tanpa harus menunggu payung.
"Kenapa lo gak ke kafe?"
Pertanyaan singkat itu mengingatkan Velin sebuah pesan kecil, dari perpisahan semalam ; tentang payung yang diberi wejangan.
Velin mendongak. Hingga mendapati seorang pemuda dengan payung hijau terbuka. Air yang menerka payung dari atas, tak lantas meruntuhkan perlindungan ia dengan payung.
"Kevin?"
Sang pelaku hanya menundukkan kepala, menatap sang gadis yang duduk tepat di bawah kakinya.
Velin menghela napas kecewa. "Kalo ketemu lu, selalu turun hujan. Mending ngga usah dateng."
Kevin membalas, "Artinya lo ngga akan kesepian pas hujan, karena ada gua."
Untuk apa? Karena kasihan?
Velin berdiri dari posisi duduk. "Gua ngga minta lu dateng. Gua ngga minta ditemenin. Gua juga ngga butuh payung lu," sergah padanya.
"Gua dateng buat balikin hp lo." Kevin memberi ponsel serupa milik Velin.
Sejak kapan ponsel itu hilang, bahkan Velin benar-benar ngga sadar.
"Gua gak dateng untuk temenin lo, emangnya kita temenan? Gua juga gak bakal tawarin lo payung ini lagi," celetuk Kevin menjelaskan semua asumsinya.
"Lo capek, kan, pura-pura terus? Lo itu manusia, luapin seluruh emosi yang lo rasain tanpa disembunyiin," teriak pemuda itu di tengah suara gemuruh hujan saat ini.
Kevin tanpa ragu, tanpa izin, tanpa aba-aba pun menarik lengan Velin untuk keluar dari perlindungan atap, yang sekarang di bawah payung hijau berdua.
Namun menjadi sia-sia, ketika Kevin tanpa alasan melempar sembarang payung miliknya. Hingga mereka pun basah dalam sekejap oleh guyuran hujan deras.
"Sekarang, apapun perasaan lo saat ini, akan tertutupi hujan." Suara berisik hujan, mengharuskan Kevin sedikit berteriak.
Saat mendengarnya, seolah Velin mengingat ulang kesulitan selama ini. Seolah baik-baik saja, merasa kuat dan bisa sendiri, Velin jadi lupa lebih take care pada diri sendiri.
Mungkin sepele,
tapi dia ngga baik-baik aja.
Dia suka sendirian,
tapi dia ngga suka kesepian.
Dia benci hujan,
mungkin untuk belajar mencintai bulan.
Akhirnya Velin menangis. Meluapkan seluruh emosi ini pada tanah, yang akan terdengar langit. Selama ini yang terpendam, rasa sakitnya belum padam.
"Gapapa, untuk gak baik-baik aja. Emosi itu yang membuat lo hidup."
Di tengah suhu dingin, Kevin memberi kehangatan dalam peluk. Sekujur tubuh mereka sama basah, tetapi pelukan darinya, sudah cukup membuat Velin hangat dan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 𝗪𝗵𝗲𝗻 𝗧𝗵𝗶𝘀 𝗥𝗮𝗶𝗻 𝗦𝘁𝗼𝗽𝘀
Fanfiction❝Semoga hujan malam ini tak sekedar menciptakan genangan, tapi juga kenangan.❞ Perihal kebucinan Kevin, yang entah jadi hobi atau tabiatnya. Bertemu gadis di antara hujan, yang entah hobi atau ngga punya uang buat beli payung. Perkara hujanlah, mere...