07― k e v ( f e l l ) i n

37 12 17
                                    

"Eh, kenapa kafe tiba-tiba rame amat?"

Cukup dikatakan ramai dari biasanya, karena seluruh meja tidak ada yang kosong. Lalu seperti biasa, ada Kevin dengan Jacob sedang mempersembahkan lagu. Lagu yang kemarin aku dengar, lagu buatan Kevin.

Anehnya, di sana juga ada Sevina. Bukan sebagai pelanggan, tampak akrab dengan seluruh karyawan tampan kafe. Padahal aku tidak pernah lihat Sevina ke kafe ini.

"Kak Velin!" panggil Eric, sambil menghampiriku.

"Tumben ya rame. Aku jadi ngga kebagian meja."

"Tenang aja, kak!" serunya. "Bang Kevin udah siapin satu meja khusus untuk kakak."

Aku hanya ber-oh ria. Lalu mengikuti Eric menuju satu meja kecil di sudut kafe.

"Bang Kevin baru aja rilis lagunya, eh langsung terkenal di youtube. Jadi, banyak banget fans yang dateng ke sini," kata Eric seolah menjawab pertanyaanku.

"Oh..."

Kevin sadar presensiku di sini seorang diri. Sambil bernyanyi, sesekali ia mencuri pandang denganku. Namun, aku ngga suka. Ketika senyumnya, juga ia bagi dengan orang lain.

....

"Makasih ya, atas review kemarin." Kini Kevin duduk di depanku, setelah menyelesaikan konser mini yang benar-benar sukses.

"Kalian sejak kapan saling kenal?" Dan juga, Sevina yang bergabung dengan kami.

"Ini cowok yang pinjemin gua payung," jawabku.

"Ohhh. Jadi, dia alasan lo kaga mau pulang bareng sama gue?"

"Ya, ngga gitu."

"Tumben amat lagian." Sevina mengernyitkan kening. "Kevin bukan orang yang minjemin barang ke sembarang orang."

Sedangkan Kevin sibuk meniup gelas air putih pake sedotan, hingga menghasilkan gelembung-gelembung.

"Ih, jorok anjir!" teriak Sevina.

"Kalian beneran temenan apa?" tanyanya, mengangkat kedua alis.

"Iye, sekampus," jawab Sevina.

"Gak nyangka gua."

"Gua juga ngga nyangka kalian sepupuan," kataku pada mereka.

"Jangan bilang lo denger kalo gue sama Kevin pacaran?" Aku mengangguk polos.

"Eric yang bilang," tunjukku pada sang pelaku di kejauhan.

"Sialan tuh anak." Tatapan Kevin seakan sudah merancang cara membalas perbuatan Eric.

"Gimana... rasanya jadi terkenal?"

Kevin menatapku intens. Seperti sulit dijawab, hingga ia harus berpikir terlebih dulu. "Em... bukan ke terkenal, tapi lebih rasa bangga gua bisa berkarya aja sih."

"Harusnya lo berterima kasih sama gue!" sergap Sevina.

"Gak mau! Blwe!" Kevin menjulurkan lidahnya.

Sekarang ngga heran sih, melihat mereka digosipkan berpacaran. Iya, sedeket dan seakrab itu.

Sebenernya aku udah mau pulang, tapi pesanan di atas meja menunda. Karena setelah kucari dompet, hanya tersisa uang untuk ongkos bus pulang. Dan lupa bawa kartu atm segala.

[✔] 𝗪𝗵𝗲𝗻 𝗧𝗵𝗶𝘀 𝗥𝗮𝗶𝗻 𝗦𝘁𝗼𝗽𝘀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang