Gina pun mengangguk, setelah itu Sean langsung membenarkan posisi Gina agar ia dapat tidur dengan nyaman hingga akhirnya Gina pun perlahan tertidur dan Sean bisa menyetir dengan tenang sambil sesekali menoleh kearahnya.
Di dalam mobil, suasana terasa berbeda dari biasanya. Jika biasanya suara lembut Gina yang selalu membisingkan telinganya saat mereka saling bercerita dan tertawa atau bahkan beradu argumen, kini suara-suara itu hilang karena sang empunya sedang berbaring lemah disampingnya. Mendengar cerita-cerita Gina saat mereka di dalam mobil mampu membuat Sean tersenyum bahkan tertawa sepanjang perjalanan. Tidak seperti sekarang, Sean tampak bingung tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ini pertama kalinya ia melihat Gina sangat lemah, gadis ceria yang selalu ia kagumi hilang dalam sesaat bersama matahari yang hendak menghilang dihadapannya.
Sinar matahari mulai memudar dengan nuansa oranye keemasan, merah merona, dan ungu lembut di hadapan Sean. Cahaya yang memancarkan kehangatan ini menciptakan bayangan panjang di jalanan yang ia lalui, memberikan sentuhan magic pada setiap detail di sekelilingnya. Begitupula dengan harapannya, semoga ada hal magic yang dapat mengobati trauma yang Gina miliki tentang mamanya. Harapan itu berhenti seiring dengan mobilnya yang berhenti di depan rumah Gina.
"Gina, bangunlah kita sudah sampai," ujar Sean.
"Haaaa." Gina menggeliat, tangannya meregang.
Sean segera keluar dan membukakan pintu mobilnya lalu memapahnya hingga ke dalam rumah. Sebenarnya ia bisa jalan sendiri, namun Sean memaksanya untuk diam dan menurutinya saja. Mereka pun berjalan hingga Gina duduk di sofa ruang tamunya.
"Nyonya kecil kenapa?" ujar asisten rumahnya sambil berlari dari dapur.
"Nggak apa-apa Bi Ira, cuma agak demam aja," jawabnya singkat.
Bibi Ira pun melihat Sean dengan harapan mendapat jawaban. Namun, saat Sean ingin memberitahu Gina lantas memotong pembicaraannya dan langsung menarik tangan Sean.
"Sean, sekalian antarin aku ke kamar aja ya."
"Hmm, sini ku bantu." Sean kaget lalu memapahnya menaiki tiap anak tangga hingga akhirnya tiba di kamar Gina.
"Jangan cerita sama Bibi Ira, dia dekat sama ayah," ujarnya sambil menatap sedikit kesal pada Sean.
"Pokoknya jangan cerita apapun."
"Aku yakin nanti Bi Ira pasti datangin kamu saat keluar darisini. Jadi kamu harus tetap diam, okay?" tanyanya.
Sean pun mengangguk walau sebenarnya hatinya sangat berat untuk mengikuti permintaan Gina.
"Tapi kamu harus cepat sehat," pinta Sean. Gina pun mengangguk.
"Aku udah nggak apa-apa kok." Gina tersenyum.
Sean pun terpaksa tersenyum agar Gina nggak memarahinya karena sebenarnya ia sangat khawatir. Hingga akhirnya Sean pun keluar dari kamar Gina dan berpamitan pulang sama Bi Ira. Benar kata Gina, Bi Ira pasti mendekatinya untuk menanyakan tentang Gina. Namun Sean tetap menepati janjinya pada Gina untuk nggak memberitahu pada siapapun. Bi Ira hanya bisa melengos saat mobil Sean perlahan menjauh dari halaman rumah.
Ayah Gina yang saat itu di sedang berada di Jepang pun segera menelponnya saat mendapat kabar dari Bi Ira bahwa Gina sedang demam bahkan sampai harus dipapah sama teman lelakinya.
"Aku nggak apa-apa kok, yah. Cuma demam biasanya aja," jawabnya untuk menenangkan ayahnya.
"Tapi kata Bi Ira kamu sampai dipapah masuk ke dalam."
"Iya, itu karena dia yang maksa. Padahal aku udah nggak apa-apa, loh," jawab Gina.
"Emang dasarnya aja dia yang lebay," sambung Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of You [ON GOING]
FanfictionSeorang pria bernama Geoff Avran (diperankan oleh Yoongi) sedang mencari teman masa kecilnya untuk menepati janji yang pernah ia ucap dulu. Seiring berjalannya waktu ia menikahi gadis cantik bernama Gina Beatrice (your name). Namun, wanita itu telah...