Because Of You Part 14 || Hampa atau Damai?

16 1 0
                                    


"Kenapa jadi dia yang marah?" gumamnya pelan. Geo dan Jungkook pun saling tatap.

Geo dengan tatapan bingungnya dan Jungkook dengan wajah pasrahnya sambil mengangkat kedua bahunya. Mereka pun membawa semua belanjaan masuk ke dalam rumah dan meletakkannya di ruang tamu. Tak berapa lama Gina pun memanggil mereka untuk segera ke dapur. Rupanya daritadi Gina sibuk mempersiapkan makan malam mereka bertiga. Tak banyak obrolan, hanya sesekali Geo bertanya pada Jungkook tentang kemana dia dan Gina hari ini. Sedangkan Gina hanya diam sambil sesekali melihatnya kesal.

Setelah makan malam

"Kak, Jung pulang dulu ya," pamit Jungkook pada Gina. Ia pun mengangguk.

"Okay, hati-hati dijalan ya. Kamu pasti lelah seharian nemenin Gina, kan." celetuk Geo sambil tertawa kecil.

"Nggak juga kok hehehe, bye..." Jungkook pun tertawa sambil melambaikan tangannya pada Gina.

Gina pun membalasnya, dan tersenyum. Lalu ia masuk ke dalam disusul dengan Geo yang mengikutinya dari belakang.

"Hmm... Kok kamu selama itu sih belanja, kasihan Jungkook kelelahan tu," ujar Geo.

"Lain kali jangan gitu ya sayang..." sambungnya sambil mencium kening Gina dan memeluknya.

"Yaudah, kalau gitu kamu aja yang belanja sendiri ya," jawab Gina sambil melepas pelukan Geo. Gina pun bergegas pergi ke kamar mandi.

"Aku mandi dulu," ucapnya sambil berlalu.

Di dalam kamar mandi ia pun terus berpikir bagaimana caranya ia bisa selamat malam ini dari Geo.

"Aduuh...Aku harus cepat-cepat tidur nih," gumamnya sambil merapikan piyamanya. Lalu bergegas keluar.

"Loh, k-kamu ngapain disini?" tanyanya dengan mata yang membola.

"Yaa nungguin kamu mandi lah," jawabnya sambil tersenyum.

Geo pun melihat Gina dari atas hingga bawah. Seketika mata Gina bergetar, ia menarik piyamanya seolah sedang meletakkan tangannya di dada.

"Jangan bilang dia minta yang aneh-aneh," batinnya. Namun belum sempat Gina berpikir lebih jauh Geo langsung memeluknya erat.

"Maaf yaa, aku tadi marahin kamu," ujarnya.

"h-haah? Hmm..." jawab Gina.

"Makasih sayang," sambung Geo sambil menyentuh bibir Gina dengan lembut.

"Kamu senang nggak hari ini?" tanya Geo.

"Ya, makasih ya." Gina tersenyum tipis.

Geo kembali menyentuhnya lembut sambil merebahkannya dikasur. Seketika seperti ada aliran listrik yang mengalir di tubuh Gina. Detak jantungnya berpacu lebih cepat, namun ketakutan masih teringat jelas saat pertama kali melakukannya beberapa hari lalu. Dengan cepat Gina mendorong tubuh Geo yang telah mengukungnya.

"Maaf," ujar Gina sambil memaling wajahnya.

Sontak saja hal itu membuat Geo terkejut, "Kenapa?" ia segera menangkup wajah Gina dan memaksanya untuk saling tatap. Namun Gina semakin takut, matanya bergetar.

"A-aaku" ucapannya terpotong.

"Nggak! Aku nggak mau dengar alasan apapun." Geo kembali menyentuhnya.

"Sean, aku takut dia kasar lagi," batinnya.

Gina mencoba memejamkan matanya, ia menarik nafas dalam saat degup jantungnya kembali tak beraturan. Tangannya yang gemetar perlahan tenang saat Geo mengenggamnya. Ia mencoba menenangkan dirinya sebisa mungkin walau ketakutan masih berlalu lalang dipikirannya. Gina mencoba pasrah pada takdir yang nggak bisa ia elakkan.

Keesokan harinya//

Gina bangun lebih dulu, dan berlalu ke kamar mandi tanpa sedikitpun melihat Geo yang masih terlelap disampingnya. Kini ia berdiri di depan kaca besar yang ada di depannya, melihat setiap tanda yang terlihat jelas disana. Tanpa memikirkan apapun ia hanya bisa melengos dan berjalan memasuki bathtub, ia duduk di tepi jacuzzi bathtub berwarna putih itu sambil melihat air yang bergelembung tatkala ia mengatur tekanannya. Kamar mandi bernuansa abu-abu itu pun terasa hening, hanya terdengar suara desiran air yang membuat Gina sedikit tenang.

Perasaannya hampa, namun pikirannya kembali mengingat segala kenangan saat bersama Sean. Disana ia merasa bebas, dan disayangi seutuhnya tanpa paksaan. Untuk sesaat ia tersenyum saat mengingat canda tawa dan bahagianya ia bersama Sean, lelaki yang telah menemaninya bersama dalam keadaan suka dukanya beberapa tahun belakangan. Namun seketika airmatanya jatuh saat menyadari kebahagiannya terengut paksa oleh sosok yang nggak ia kenal sama sekali.

Kini Gina mengusap pipinya yang basah, ia mulai melepaskan kain tipis yang menutupi tubuh atasnya.Kakinya melangkah memasuki bathtub, air hangat pun mulai memeluknya dengan lembut seolah ingin memberinya kehangatan yang tulus. Ia duduk perlahan sambil menutup matanya perlahan membiarkan semua lelahnya larut bersama gelembung air yang beriak di permukaan bathtub nya. Setelah beberapa saat dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya keluar dari bathtub, berdiri sejenak membiarkan tetesan air menetes dari tubuhnya.

Gina berjalan beberapa langkah untuk mengambil bathrobe yang terjuntai di gantungan steanless. Dengan lembut ia membungkus tubuhnya dengan kain tebal yang sangat lembut itu hingga mampu memberinya kehangatan saat udara dingin mulai menyapanya. Ia kembali menatap ke bathtub, melihat setiap buih yang semakin memudar. Kakinya melangkah pelan sembari membuang nafas beratnya saat tangannya memegang gagang pintu berwarna hitam itu. Perlahan ia membuka pintu dan melangkah keluar, ia terdiam sesaat di depan kasurnya, melihat Geo yang masih terlelap dengan pulasnya.

Gina berdiri di samping ranjang sambil menatap Geo yang tidur dengan nafas yang tenang. Ia dapat melihat dada bidangnya yang naik-turun mengikuti irama detak jantungnya. Perlahan ia menutupi tubuh Geo dengan selimut abu-abu yang terjuntai, lalu ia bergegas memakai pakaiannya dan berdandan tipis dengan lipstick berwarna merah agar wajahnya nggak terlihat pucat. Setelah itu ia pun bergegas ke dapur. Membuka kulkas, mengambil setiap bahan untuk masakannya.

Setiap langkah ia lakukan dengan hati-hati, karena ini kali pertama ia memasak untuk orang lain. Orang lain yang kini menjadi suaminya, yang tiap saat akan terus merasakan masakannya. Biasanya Gina akan memasak sambil menonton youtube, namun kali ini ia memasak dengan masakan yang benar-benar ia kuasai. Ia nggak ingin momen pertama ini membuatnya malas untuk masak di kemudian hari. Kalau dulu saat dengan ayahnya ia bisa merengek dan nggak mau masak, kini ia mana mungkin bisa untuk merengek bertingkah seperti anak kecil. Yang ada nanti malah ia semakin disalahi.

Aroma rempah-rempah semakin menyeruak dari panci, ia berkali-kali mencicipi rasa masakannya. Takut kalau ada yang kurang. Hingga tiba-tiba ia terperanjat kaget saat ada yang memeluknya dari belakang. Tangan itu merangkulnya dengan lembut sembari kepalanya bersandar di bahu Gina. Perlahan morning kiss ia rasakan di pipi kanannya dengan lembut.

"Kenapa? Kamu terkejut?" tanya Geo sambil tersenyum.

"Iya," jawab singkat Gina.

"Tunggulah lima menit lagi, sebentar lagi udah mau siap," sambung Gina.

Geo hanya mengangguk sambil menyentuh pipinya kembali.

"Semalam aku nggak menyakitimu kan sayang?" bisik Geo di telinganya hingga membuat bulu kudu disekitar leher Gina berdesir yang membuatnya sedikit bergetar.


----------

Tokoh: Suga sebagai Geo, Jimin sebagai Sean, Jungkook sebagai Jungkook

Terimakasih yang masih setia, HIHIHI

Aku akan berusaha menyelesaikannya.

Jadi jangan lupa 🌟 nya yaa untuk semangatin aku hehehe,

dan tungguin part selanjutnya ya...

Because of You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang