Because Of You (Part 7) || Gaun putih itu, impianku...

223 19 0
                                    

Seketika kerongkongannya seperti tersekat hingga membuatnya terdiam tak percaya. Usahanya untuk membela diri dan menolak Geo mentah-mentah kini sirna menguap bersamaan dengan helaan nafasnya. Badannya pun terasa lemas, kaki dan tangannya gemetar hingga tanpa sadar ponselnya terjatuh dari genggamannya.

Ddrtt ddrtt dddrrrt...

Ddrtt ddrtt dddrrrt...

Ponsel Gina yang jatuh mengenai kakinya bergetar dan ia melihat ada panggilan masuk.

"Sean..." batinnya. Seketika airmatanya tak terbendung, dadanya terasa sesak. Gina pun pergi ke kamarnya meninggalkan ayah dan Geo yang melihatnya dari kejauhan.

Di dalam kamar Gina menangis sejadi-jadinya, sungguh dadanya terasa sakit seperti ada sesuatu yang mengganjal disana hingga membuatnya merasa sesak. Gina masih tidak menyangka dengan yang barusan terjadi beberapa saat yang lalu. Berkali-kali ia mencubit pipinya, namun berkali-kali itu juga ia merasakan sakit. Perkataan ayah yang tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria yang tidak ia kenal dalam waktu dekat.

"Ayah mengambil keputusan tanpa persetujuanku," gumamnya. Kini ia kembali melihat layar ponselnya, Sean masih berusaha menghubunginya.

"Sean... apa yang harus ku lakukan? Hiiks hiiks..." Gina menangis tersedu.

"Gimana dengan impian kita?"

"Aku harus menjelaskan apa samamu?"

"Aku benar-benar nggak tahu kenapa ayah tiba-tiba malah menjodohkanku, yank..." lirihnya.

Sean terus menelpon, ponselnya terus bergetar tetapi Gina tetap saja tidak menjawabnya. Kini ia bersandar meringkuk di kepala kasurnya yang berwarna abu-abu gelap itu. Ia menatap foto mamanya yang ia letakkan di atas nakas yang berada di depannya.

"Mama... Apa yang harus kulakukan?" lirihnya.

"Kenapa ayah seperti ini sih, ma?". Pertanyaan yang selalu ia lontarkan di depan foto berbingkai emas tersebut.

"Kalau Gina nggak mau nggak usah dipaksa, yah," pinta Geo.

"Nggak, dia nggak mungkin nolak. Lagian nggak ada alasan Gina untuk nolak pernikahan kalian, nak."

"Tapi kayaknya dia benar-benar shock," ujar Geo sambil melihat pintu kamar Gina yang ada di lantai atas.

"Udah, nak Geo tenang aja. Dia emang gitu, kalau kaget pasti diam dulu, butuh waktu."

"Nanti kalau sudah tenang, ayah akan jadwalkan kembali pertemuan resmi kalian. Biar kalian bisa saling mengenal lebih jauh."

Mendengar hal tersebut membuat Geo tersenyum tipis, "baiklah, yah. Kalau gitu sekarang Geo balik dulu aja, biar Gina lebih tenang."

"Tapi jangan marahin Gina ya, yah. Geo benar-benar nggak apa-apa kok kalau misalnya pernikahannya dibatalkan, yah."

"Nggak Geo, kamu akan tetap menikah dengan Gina. Ayah akan pastikan itu terjadi," ucap Ayah Gina sambil menepuk pundak Geo dengan pelan.

Jam telah menunjukkan pukul 20.02 malam, Gina yang lelah menangis pun akhirnya terlelap. Panggilan ayah yang mengetuk pintu kamarnya pun ia abaikan. Gina lebih memilih tidur, mengistirahatkan tubuhnya yang lelah walau pikirannya nggak pernah berhenti sejenak memikirkan hari esok. Pikirannya terus saja melayang kesana-kemari memikirkan segala rencana. Hingga akhirnya matahari meringkuk naik, membuatnya terbangun karena cahaya yang masuk melalui celah-celah jendelanya tepat berada di area wajanya yang sembab. Buru-buru ia bangun dan ke kamar ayahnya.

"Yah, Gina mau bicara."

"Nanti sore aja ya, ayah harus berangkat pagi karena ada meeting."

"Kalau gitu nanti jangan cari Gina semisalnya Gina pergi dari rumah ini," ancam Gina dengan wajahnya yang serius. Ayahnya pun hanya bisa menghela nafasnya, ia pun mengikuti Gina yang kembali ke kamarnya.

Because of You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang