Because of You part 10 || Perebut ayahku

22 1 0
                                    

"K-kamu mau ngapain?" tanya Gina lirih matanya terlihat sendu.

Sedangkan Geo menatapnya tajam.

"Kamu nangis sayang?" tanya Geo.

"h-hah?" jawabnya singkat dengan perasaan yang sedikit terkejut serta cemas.

Tanpa mengatakan apapun Geo mendekatkan wajahnya dan menciumnya lembut.

"Maaf aku melakukannya dengan kasar semalam, nanti malam aku tidak akan mengulanginya."

Gina pun terpaku dengan tingkah Geo yang tiba-tiba saja manis dan lembut.

"Yaudah, aku mandi dulu ya sayang..." Geo tersenyum tipis.

"Kamu jangan menatapku seperti itu, nanti aku khilaf lagi loh," bisik Geo sambil mengelus ujung rambut Gina dan berlalu pergi.

Gina terdiam sesaat, ia melihat punggung lebar Geo menjauh dan hilang di balik pintu kamar mandinya,

"kenapa dia selalu membuatku ketakukan?" batinnya.

"Ayah... benarkah suami yang kalau pilihkan ini? Kenapa aku selalu merasa takut saat di dekatnya?" lanjutnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Sean, maafin aku yang nggak bisa menjaga tubuhku ini hiiiks hiiiks..." airmatanya perlahan kembali jatuh.

"Apa yang kau lakukan sekarang, Sean?" batinnya.

"Mama, aku takut... Apa yang harus kulakukan?"

"Kenapa aku harus menjalani pernikahan seperti ini, ma?"

"Kalau mama disini pasti ini nggak akan terjadi kan, ma?" lirihnya.

Gina pun segera mengenakan pakaiannya, lalu berbaring di ranjangnya hingga akhirnya ia pun tertidur


Pukul 10.30

"Haaaa!" teriak Gina sambil mendorong tubuh Geo.

"Ooh... Kamu udah berani mendorongku ya sayang?" ucapnya sambil menarik tubuh Gina dan mendekapnya erat.

"H-Haah, maaf..." jawabnya dengan suara gemetar sambil mencoba melepas pelukan Geo.

"hahaha nggak apa-apa sayang, maaf aku udah membuatmu kaget," ujar Geo sambil melepas pelukannya.

Gina pun cepat-cepat bangun dan merapikan rambutnya. Gina kaget saat melihat jam dinding kamarnya dan segera berlari keluar.


"Haaa... Yaampun udah jam berapa sekarang? Pasti ayah udah ke kantor" gerutunya. Sedangkan Geo tersenyum tipis dengan mengangkat salah satu alisnya.


"Dasar wanita bodoh, haa entah terlalu bodoh atau terlalu polos." smirk-nya.

"Aku rasa dia wanita paling bodoh yang pernah kutemui, padahal baru mengenalnya dan permainan ini baru dimulai tapi udah terasa sangat membosankan," gumamnya sambil mengacak rambutnya dan berjalan keluar.

Di ruang tamu

Tiba-tiba Langkah Gina terhenti, ia melihat ayahnya sedang duduk di sofa dengan tatapan matanya fokus pada koran yang ia pegang.

"Ooh ayah enggak beragkat ke kantor?" ujarnya sambil mendekat.

Seketika ayahnya menoleh, ia meletakkan korannya di meja persegi panjang yang ada di depannya.


"Eh, anak ayah udah bangun? Ya nggak lah sayang, beberapa hari ini ayah cuti" jawab ayah sambil tersenyum.

"Loh emangnya nggak ada kerjaan yang harus ayah tandatangani apa? Jadi sekarang siapa yang di perusahaan?" tanyanya.

"Aduh, kok anak ayah tumben mikirin perusahaan? Ayo ada apa nii?" tanya ayah sambil mencubit pipinya.

"Ya nggak ada sih yah, tapikan semenjak mama meninggal ayah kerja terus, terus tiba-tiba sekarang ayah minta cuti. Yaah, Gina kangen sama mama," ujar Gina sambil memeluk ayahnya.

Sejak kepergian mamanya, Gina sering merasa sendiri karena ayahnya yang selalu berpergian dengan alasan kerja ntah itu keluar kota ataupun keluar negeri. Sehingga ia lebih sering menghabiskan bermain bersama Soya.

"Hmm, mamamu sekarang pasti bangga melihatmu karena sudah dewasa dan sudah menikah." Papanya tersenyum tipis begitu pula dengan Gina.

"Jadilah istri seperti mama mu agar ia bangga disana, ya..." lanjut ayah sambil mengelus rambut Gina.

"Hmm... Ayaa-" perkataan Gina terpotong karena tiba-tiba ayahnya menanyai menantu satu-satunya.

"Ooh ya, mana Geo? Ada yang mau ayah bicarakan dengan kalian berdua," sambung ayahnya.

"Saya disini yah, maaf saya telat ngumpulnya, yah." Geo tiba-tiba muncul menuruni anak tangga.

Ia memakai kaos berwarna hitam dengan rambut yang masih sedikit basah tersenyum tipis melihat mereka. Langkahnya semakin lebar mendekati ayah mertua dan istri yang baru saja ia nikahi.


"Nggak apa-apa nak, mari duduk sini," minta ayah sambil meletakkan sebuah kunci diatas meja. Geo dan Gina pun melihat kunci tersebut.

"Ambillah kunci ini, ayah udah membelikan kalian rumah sebagai hadiah, jadi kalian besok udah bisa menempatinya ya," ujar ayah sambil menatap Geo dan Gina secara bergantian.

"Tapi yaah kenapa kami harus pindah? nanti ayah sama siapa disini?" jawabmu lirih dengan kening yang sedikit mengerut.

"Kamu udah menikah nak, jadi tinggalah berdua dengan suamimu, masa iya mau tinggal sama ayah terus hahaha..." jawab ayah sambil terkekeh.

"Tapi kalau ayah kenapa-kenapa disini sendiri gimana? Siapa yang ngurus ayah", ujarmu lirih

"Kamu nggak usah mikirin itu, kan disini ayah ada yang jagain ayah. Ada ART dan bodyguard, jadi kamu nggak usah khawatir," jawab ayah sambil menepuk lembut pundak Gina.

"Sayang, nanti kalau kamu mau main kesini nggak apa-apa kok, aku nggak akan ngelarang kamu. Kan ini rumahmu juga sayang," ujar Geo sambil tersenyum.

Gina melihatnya kesal, matanya sedikit mendelik lalu membuang wajahnya dari Geo. Ia kembali melihat ayahnya dengan tatapan sendu.

"Ayah, aku takut kalau harus tinggal berdua dengannya, kenapa sekarang ayah jadi begini sih?" tanya batin Gina, kini batinnya penuh dengan pertanyaan namun nggak bisa ia ungkapkan secara gamblang pada ayahnya.

"Dulu kalau mau ambil keputusan pasti ayah selalu melibatkan aku, tapi sekarang kenapa ayah selalu mengambil keputusan sendiri tanpa memikirkan perasaanku?" batinnya, dan tanpa disadari air matanya pun menetes.

"Kenapa? Kenapa anak ayah nangis? Kan pindahnya masih disini juga di Korea, bukan keluar negeri loh sayang," ujar ayah sambil memeluk untuk menenangkan Gina.

"Kenapa sih nii anak dikit-dikit nangis, ternyata selain bodoh dia juga cengeng, huuh bikin tambah kesal saja," batin Geo.

"Sayaaang kamu kok gitu sih, kan udah aku bilang kalau kamu kangen ayah kamu boleh kesini. Nanti kamu bilang aja samaku biar nanti kita bareng kesini nyaa," tegas Geo menatap Gina lalu menatap ayah sambil tersenyum.

"Apaansih! Ya kamu senang bisa suka-suka nya nanti perlakukan aku, lagian bisa-bisanya kamu manis kayak gini didepan ayah, dasar monster!", batin Gina, ia melirik Geo dengan tatapan tajam dan bibirnya sedikit mencebik.


"Kalau gitu aku mau ART yah, biar aku nggak kesepian disana. Kan Geo nanti bakalan sibuk kerja juga kayak ayah," pinta Gina sambil merengek manja pada ayahnya.

"Kalau ART nanti biar aku aja yang carikan ya sayang, tenang nggak usah takut kesepian. Masa iya sih aku biarin istri secantik kamu sendirian," ujar Geo sambil tersenyum.

"Nggak mau, aku maunya ART pilihan ayah." ketusnya sambil menatap Geo kesal.

"Gina, kamu nggak boleh gitu nak. Sekarang kan kamu udah nikah jadi apapun yang suamimu minta harus kamu turutin, kamu ingatkan pesan yang ayah bilang?" ujar ayah sambil mengelus rambutnya.

"Hmm, iya yah," jawab Gina pasrah.

"Nah, gitu dong baru anak ayah, mana senyumnya?" ucap ayah sambil menggodanya.

"Hah?" Gina pun terpaksa tersenyum karena permintaan ayah.

"Tuh orang benar-benar udah merebut ayah dariku," kesalnya.

Gina pun kini hanya bisa pasrah karena menurutnya ayah nya selalu saja berpihak pada Geo. Kini dia merasa terasingkan karena ayah lebih mendengarkan Geo ketimbang dirinya.


----------

Terimakasih yang masih setia, HIHIHI

Aku akan berusaha menyelesaikannya.

Jadi jangan lupa 🌟 nya yaa untuk semangatin aku hehehe,

dan tungguin part selanjutnya

Because of You [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang