24 | 1942

57 15 9
                                    

(Baekhyun)

April, 1942

"Mr. Takazami, siapa yang kau bawa?"

"Dia anak dari Klan Seo pengrajin di Joseon, salah satu tawanan milik Jepang."

"Tawanan? Kenapa dia tak ditembak mati seperti keluarganya yang lain?"

"Maaf tuan, tapi sepertinya kita memerlukan kemampuannya dalam menggambar untuk melakukan strategi perang. Lagipula dia tidak memberontak apalagi melakukan perlawanan."

"Begitukah?"

"Benar tuan."

"Baiklah, tapi dia harus membuktikannya terlebih dahulu."

"Caranya tuan?"

"Bawa dia....ikut sertakan dia dalam perang. Lukislah suasana perang antara tentara Jepang melawan musuhnya, Inggris dan Belanda di pulau Jawa."

***

Seoul, 202x

Setelah mengantarkan Nami ke kampus, aku masih menunggunya di mobil sampai tubuh mungilnya menghilang dari pandangan.

Lalu aku terdiam, memikirkan apa yang harus kulakukan agar bisa menjaga Nami. Dulu, ku akui diriku pengecut, tak bisa benar-benar menjaga kekasihku yang lalu. Ah! Tapi itu juga bukan semuanya salahku, mereka juga yang menyetujui untuk berpisah.

Tapi kali ini berbeda,

Nami tak ingin meninggalkanku seperti aku yang enggan kehilangannya.

Selain membungkam mulut penguntit, aku juga harus memikirkan kemungkinan yang terjadi setelahnya, tak mungkin juga hubungan aku dan Nami tak terendus media.

Song-Kang,

Pria bajingan itu.

Dia harus membayar kelancangannya pada Nami. Bahkan ternyata dia mendesak paksa Nami untuk memberikan nomor ponselnya. Bukankah pria bajingan itu bisa kena pasal tindakan tidak menyenangkan?

Ah! Ku rasa Taeyong mengenalnya. Ku ambil ponsel disakuku, lalu mencet nomor Taeyong di kolom pencarian nama.

Taeyong : Ya, Hyung?

Me : Dimana?

Taeyong : weissst, ada apaan nih kayaknya penting.

Me : Ya gitu. Lo dimana?

Taeyong : lagi di mobil sama manager menuju kantor. Why?

Me : SM Cafe. Tunggu gue disana. Sendirian, jangan bawa siapapun.

Taeyong : Okay, lagian waktu latihanku masih 2 jam lagi.

Me : Oke, see you.

Ku nyalakan mesin mobil melaju ke kantor meninggalkan kampus Nami.

Ternyata Taeyong sudah sampai terlebih dahulu, seperti pesanku... dia datang seorang diri. Tanpa basa basi aku duduk di depan mejanya. Taeyong yang fokus pada ponsel miliknya terperajat kaget.

"Kamcaghia..." aku hanya menarik sedikit bibirku, aku sedang tak mood tersenyum.

"Hyung, ada apa sih? Galak banget muka lo?"

"Lo tau Song- Kang?" Tanyaku tanpa basa-basi. Taeyong sedikit berfikir sejenak, "aktor atau trainee?"

"Trainee." Jawabku singkat, sudah kuduga dia mengenalnya.

"Oh iya, kenapa anak songong itu?"

"Ceritain tentang dia, semua yang lo tau."

Kurasa sikapku cukup membuat Taeyong tau jika aku sedang dalam mode serius. Tanpa bertanya lebih banyak lagi, dia menceritakan secara detail.

Dream - FF Byun Baekhyun (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang