Happy Reading
*
*
*(Nami)
Cuaca Seoul cerah pagi ini. Aku membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar, mempersilahkan sinar matahari masuk menyinari kamar yang di dominasi warna putih ini.
Tata letak kamar yang dulu tak banyak aku ubah. Aku hanya mengganti posisinya agar lebih luas saja. Lemari kosong yang sengaja ditinggal dekat jendela juga sudah penuh oleh koleksi novel dan komik milikku. Lampu nya aku ganti dengan ukuran yang lebih kecil agar terlihat manis.
Sudah tiga bulan lamanya aku menjadi mahasiswi SNU, ternyata kuliah memang sesibuk itu. Berbeda sekali dengan bayanganku dulu.
Tak sulit bagiku untuk beradaptasi, mungkin aku cukup beruntung karena yang ku temui adalah teman yang baik. Meskipun sudah berbekal basic bahasa Korea, aku masih belum terlalu mahir melakukan percakapan. Untungnya SNU memberikan kelas tambahan bahasa untuk mahasiswa asing. Seminggu kami bisa tiga kali masuk kelas, dan diadakan malam hari. Walaupun masuk kelas Internasional, tetap saja ada beberapa dosen yang full mengajarnya menggunakan bahasa Korea.
Teman kelasku kebanyakan memang foreign, tapi beberapa juga yang pribumi sini. Aku dekat dengan 5 orang teman, kemana-mana kami selalu bersama. Kalau di Indonesia udah ku kasih nama geng Pandawa deh, kita memang sedekat itu.
Xiao Lin berasal dari China, Alice berasal dari Kanada, Park Narae dan Kim In Ga mereka berdua orang korea dan aku sendiri yang berasal dari Indonesia.
Karena dari Negara yang berbeda, kita berlima punya bahasa yang berbeda pula. Sehari-hari kami menggunakan bahasa Inggris, terkadang bahasa Korea agar mengembangkan kemampuan komunikasi kami. Selain bahasa, budaya dan kebiasan kami pun berbeda. So far, kami cukup open-minded dan menghargai perbedaan yang ada sih.
Apakah aku pernah bertemu dengan NCT selama tinggal disini? Jawabannya tidak. Bahkan ketika bulan kemarin mereka comeback, aku hanya membeli beberapa album tanpa melihat showcase atau konten mereka di Youtube. Kalau seperti ini, kadang aku kangen masa santuy yang dulu.
Seperti yang aku katakan, kuliah itu sangat sibuk. Teman-temanku hampir semuanya terlampau ngambis. Atmosfirnya sangat terasa ketika mendekati kuis atau ujian.
Tak heran sih, persaingan di dunia kerja itu ketat banget. Apalagi di Negara maju. Masuk akal mereka mengingikan nilai yang baik demi masa depan. Aku bisa mengerti bagaimana In Ga bercerita bahwa orang tuanya memberikan pressure yang besar untuknya.
Aku tak terlalu pintar, tapi tak bodoh juga. Mirip seperti di Indonesia, kurikulum semester 1 masih belajar tentang matakuliah umum, contohnya matematika dasar. Aku patut berbangga diri, karena untuk satu matakuliah itu aku yang paling unggul satu kelas, bahkan aku dijuluki Enstein from Indonesia karena pernah memecahkan soal matematika dan menjawabnya tanpa menggunakan kalkulator. Tentu saja aku terkikik geli melihat ekspresi takjub mereka. Apalagi setelah mereka menyebutku Enstein? Hahaha aku tak sepintar itu. Mereka tak tau saja saat aku SMA, haram hukumnya menggunakan kalkulator saat mata pelajaran Sains, makanya aku jadi terbiasa.
Tapi untuk matakuliah Ekonomi, sungguh aku harus belajar 1x24 jam jika ingin menyaingi nilai Lin. Dia benar-benar sangat pintar, nilai kuisnya hampir semuanya sempurna. Kami berlima jadi sering belajar bersama dan Apartemenku menjadi markas utamanya.
Siang ini Alice meneraktir kami berempat untuk nonton di biokop. Perayaan pacarnya yang lolos seleksi atlet Nasional Kanada. Sayangnya hanya aku dan Narae yang bisa datang, Lin dan In Ga berhalangan hadir. Aku bersiap-siap untuk pergi, kami bertiga sepakat janjian terlebih dahulu di kedai kopi tak jauh dari studio bioskop agar bisa datang barengan nanti ketika beli tiket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream - FF Byun Baekhyun (SELESAI)
Fiksi Penggemar"Apa itu Pedang Sapatha?" "Tragedi tahun 1944, di sebuah Desa dekat Candi Prambanan," begitu katanya. Namiya Cassa Danureja di terima berkuliah di Seoul Nasional University jurusan Business Administration. Harapanya selain berkuliah adalah bisa fang...