23 | Seo-Hwi

51 16 6
                                    

(Baekhyun)

"Nam, sini....." aku mempersilahkannya duduk disamping kasurku. Hari ini turun salju, jadi setelah makan malam di rumah, aku urung mengantarkannya pulang.

Dia mendekat ke arah ku takut- takut, mungkin dia belum terbiasa berduaan dalam kamar.

Nami yang sudah duduk kembali   menatapku, sejak di restaurant aku sudah tau jika ada yang sedang dia pikirkan.

"Siap buat cerita?" Aku mengelus ujung kepalanya. Dia menggangguk lesu dan terlihat berfikir kalimat apa yang pas untuk diungkapkan.

"Pertama, aku mau minta maaf kalau udah ngerusak rencana yang udah kamu siapin jauh hari." Aku menggeleng pelan, tak ada sedikitpun rasa marah atau kecewa. Malah aku merasa payah jika tak sadar membuat ia tak nyaman.

"Aku takut..." deg. Hatiku mulai tak tenang. Aku bergeser menegapkan tubuku. Benar saja, ku lihat pundak Nami bergetar. Dia menangis...

"Nam, kamu kenapa? Please tell me, did anyone hurt you?"

Jika kebanyakan pria akan takut dengan banyak lelaki mendekati wanitanya, tapi hal yang paling aku takuti adalah jika mereka menyakiti wanitaku.

Mereka boleh melakukan apapun padaku, tapi tolong jangan pada seseorang yang aku cintai.

"Maaf... aku baru cerita sekarang. Kamu jangan salah paham." Aku mengiyakan ucapannya.

"Iya, sayang please aku gak akan marah. Coba kamu cerita sama aku, apa yang terjadi?" Tanyaku tak sabaran.

"Sebelum keberangkatanku ke Indonesia.  Beberapa harinya aku pergi janjian dengan teman kampusku di Kedai dimana In Ga bekerja. Saat itu, aku sampai duluan. Lalu pria asing datang menemuiku."

Aku tetap diam, menunggu ia melanjutkan ceritanya. Ku tau, ini bukanlah masalah sepele, sehingga tak mudah baginya.

"Awalnya aku tak curiga. Dia hanya pria asing yang narsis memperkenalkan dirinya sebagai seorang Trainee SM. Aku tak peduli, sampai akhirnya dia memberikanku amplop coklat berisikan foto kita berdua. Bahkan ada foto kita berciuman saat di jendela dapur rumahmu."

Tubuhku mendekapnya. Aku tau pasti dia sangat ketakutan, pantas saja dia merasa tak nyaman dekat denganku di ruang publik. Selama ini aku berusaha main aman, bahkan aku selalu menggunakan mobil yang lain jika ingin pergi bertemu dengan Nami.

Bahkan rumah-ku??? Gila. Para penguntit juga sudah mengetahuinya.

Ini gila, aku sudah benar- benar tidak memiliki privacy lagi.

Padahal yang hanya tau rumah baruku cuma orang terdekat saja.

"Apa dia menyakitimu?" Tanyaku lembut sambil mengelus rambut hitamnya, padahal mati-matian menutupi rasa khawatirku dengan kondisi mental Nami.

"Tidak, hanya saja aku merasa dilecehkan." Ucapan Nami barusan langsung membuat rahangku mengeras, "maksudmu?"

"Aku menawarkan sejumlah uang agar dia mau tutup mulut dan menghapus semua foto itu, berapapun jumlah yang dia mau pasti akan aku berikan. Tapi dia seolah tak membutuhkannya, dengan lancang dia malah menginginkan aku."

"Brengsek!" Aku reflek mengumpat kasar. Ini tak bisa dibiarkan, siapapun dia-- sudah sepantasnya menerima balasan atas kekurangajarannya.

"Kau tau namanya?"

Nami mengangguk pelan, "Song- Kang."

"Keparat!" Si Bajingan itu sudah merebut Aeri, sekrang apa mau nya mendekati Nami, kekasihku. Siapa sih dia? Sepertinya aku harus menghajar dia untuk kedua kalinya.

Dream - FF Byun Baekhyun (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang