(Baekhyun)
Yogyakarta, 6 July 1943
"Selamat ulang tahun, Mayang."
Gadis cantik berkebaya kuning itu genap berumur 19 tahun hari ini.
"Hai, terimakasih oppa. Lukisan mu indah sekali."
Aku memberikannya lukisan taman bunga depan Candi Prambanan yang aku lihat minggu lalu saat aku bertugas dengan letnan Otsuka.
"Aku senang jika kamu menyukainya. Besok aku akan memberikanmu sesuatu, datang lah kemari sebelum para tentara itu berkeliling."
Aku sudah mempersiapkan kado yang lain untuknya, tapi hari ini bukanlah hari yang tepat.
"Aku mencintaimu....." ucapku padanya.
"Aku mencintaimu juga Hwi."
***
"Baekhyun." Suara itu.Aku menegakan kepalaku, "Nami, sedang apa kau disini?"
Dia duduk di bangku kosong sampingku. Wajahnya terlihat lelah. Aku langsung berfikir yang tidak- tidak tentangnya. Apa Nami sakit?
"Nam, ya Tuhan... kamu sakit?" Tanyaku penuh ke-khawatiran. Dia menggeleng pelan. Matanya berkaca-kaca, ah! Apalagi ini.
"Sayang..." aku memanggilnya lagi memastikan dia mendengar pertanyaanku. Dia langsung memelukku, baju dipundakku terasa basah, Nami menangis?
"A-aku takut Baekhyun." Ucapnya terbata.
Deg
"Hei hei, apa yang terjadi? Kau kenapa?" Tanyaku lembut. "Tenang Nami, cerita sama aku." Ku hapus airmatanya pelan.
Dengan terbata Nami menjelaskan semuanya. Tentang Dev yang di hajar Song-Kang tanpa ampun, tentang ancaman yang ia terima agar tak melaporkan hal itu pada pihak kepolisian.
Aku tau ini hal berat untuk Nami. Aku memeluknya lagi, berharap Ia tau-- jika Ia aman bersamaku.
Tapi tunggu....
"Bagaimana Dev bisa mengenal Song-Kang?" Hal itu membuatku sangat penasaran. Bukankah itu hal yang janggal?
Ternyata Nami juga berfikiran hal yang sama denganku. Ia bilang, Dev berjanji akan menjelaskannya, namun ia keburu di hajar dan tak sadarkan diri.
Sial
"Lalu, kamu kenapa ada disini Baek?"
"Ah! Aku ke sini mengantarkan Aeri." Alis Nami bertemu, "Kenapa dengan Aeri?"
"Jangan berasumsi dulu yang tidak-tidak ya, aku bisa jelaskan." Tentu hal itu harus segera clear aku tak mau Nami salah paham tentang hubunganku dengan Aeri.
Nami sangat tekejut ketika aku menceritakan menemui Aeri dalam keadaan babak belur di depan rumahku.
"Kau tak curiga dengan Song-Kang?" Tanya Nami ragu.
Sejujurnya, aku sangat yakin ini ada kaitannya dengan dia. Tapi aku tak punya cukup bukti. Lagipula aku belum mendengar penjelasan Aeri.
"Hmm, sebenarnya iya. Cuman kita harus dengar dulu penjelasan dari Aeri Nam." Iya mengangguk setuju.
"Oia kau bawa powerbank? Ponselku mati. Aku harus menghubungi Manager Hyung agar bisa memberitahu kejadian ini." Untung saja Nami bawa dan belum sempat menggunkannya.
Setelah daya batre ku terisi, aku langsung segera menghubungi Manager Hyung. Maafkan aku, sebenarnya tak enak hati juga untuk menghubungi selarut ini, tapi apa boleh buat ini keadaan yang darurat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream - FF Byun Baekhyun (SELESAI)
Fanfic"Apa itu Pedang Sapatha?" "Tragedi tahun 1944, di sebuah Desa dekat Candi Prambanan," begitu katanya. Namiya Cassa Danureja di terima berkuliah di Seoul Nasional University jurusan Business Administration. Harapanya selain berkuliah adalah bisa fang...