Kejutan Untuk Meira

12.1K 569 4
                                    

"Bisa gak sih gak usah ngagetin orang, kalau aku jantungan terus mati gimana?" gerutuku kesal dengan panggilan Dewa tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bisa gak sih gak usah ngagetin orang, kalau aku jantungan terus mati gimana?" gerutuku kesal dengan panggilan Dewa tiba-tiba.

Bukannya minta maaf, Dewa malah tersenyum. "Kalau, Lo mati ya tinggal kuburin susah amat!" jawabnya santai, kurang asem memang ini anak, bicara seenaknya saja. "Lagian ngapain sih dari tadi, Lo senyam-senyum?" tanyanya kemudian dengan alis terangkat. Membuatku terkejut, jadi dari tadi Dewa memperhatikan aku, Oh May God, kurang kerjaan banget.

"Em ... Mau tau aja urusan orang," jawabku terbata.

"Khem ... Atau jangan-jangan, Lo punya rencana jahat ya, gara-gara ditinggal nikah mantan," tebaknya sembari menatapku dengan memicingkan sebelah mata.

"Enak aja, ya e-enggaklah, kalau ngomong suka benar, eh maksudnya asal aja," jawabku kesal. Duh, kok jadi keceplosan. Lagian Dewa ngapain sih pake merhatiin aku segala.

"Dah lah ayo pergi!" ajak Dewa, mengalihkan pembicaraan.

"Kemana?"

Dewa menoyor kepalaku, membuatku geram seketika udah dandan cantik-cantik tetap aja dianggap kayak cewek bego.

"Dewa ... Bisa gak sih sopan dikit, aku tu ...."

"Iya, iya kamu tu lebih tua dari aku. Dah ayo pergi, emangnya kamu mau sendiri di sini acara akadnya udahan!"

Aku bergeming karena masih kesal atas ucapannya yang tidak berprike-temanan.

"Kamu mau di sini aja?" tanyanya lagi memastikan, semakin membuatku kesal.

"Lo tu ya bukannya minta maaf!" ketusku.

"Ya udah, Maaf!" ucapnya singkat seperti terpaksa. Membuatku semakin kesal.

***

Setelah acara akad kini kami pindah ke gedung resepsi samping masjid. Mas Bram nampak terlihat gagah duduk bersanding dengan Meira, meski telah resmi bercerai, rasanya ada perasaan perih melihatnya bersanding dengan wanita lain.

Ada apa denganku? Tidak, Naya kamu tidak lagi mencintainya. Tidak! sepertinya mensugesti diri jauh lebih baik dari pada memikirkan perasaan yang tidak penting.

Tiba saatnya untuk bersalaman dengan pasangan penganti untuk memberi ucapan selamat, aku sudah menyiapkan kejutan selanjutnya anak durhaka itu harus menerima hukuman.

Aku menggamit tangan Meira dengan tersenyum lebar sembari mengucapkan selamat.

"Selamat hidup berbahagia, Meira! Aku punya sesuatu untukmu. Tentunya sesuatu yang akan membuatmu terkejut," bisikku pelan, lalu kembali tersenyum.

Seketika wajah Meira terlihat pias, fokusnya terganggu. "Jangan macam-macam kamu!" balasnya berbisik sembari meremas tanganku. Si*lan, berani sekali dia meremas tanganku. Mesku terasa sakit aku tetap berusaha untuk tenang, dan melepaskan salamannya. Meira tersrnyum puas.

MEMBUAT SUAMI MENYESALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang