Jeno masih ingat, dulu ada anak lelaki bersurai pink yang suka sekali mengumpati nya dari belakang. Entah itu dari bilik toilet, ruang Olahraga, atau dari balik gorden unit kesehatan. Jeno tahu, memang ada banyak sekali yang membicarakan nya, tapi dia tidak pernah mendengar nya secara langsung, pengecualian lelaki itu.
Entah dia sadar atau tidak, bahwa Jeno juga berada disana ketika dia membicarakan nya.
Mulut nya terus saja berceloteh, membandingkan antara diri nya Jeno dan semakin sering Jeno mendengar nya, pada akhirnya hanya decihan tidak masuk akal yang keluar dari bibir nya.
"kenapa semua orang membicarakan Jeno terus sih, iya tahu kalau dia tampan, tapi aku juga tidak kalah tampan. Aku juga bisa berkelahi kalau aku mau."
"Dengan tubuh kurus dan wajah manis mu itu? aku yakin satu pukulan saja kau langsung tumba-AKHH IYA NA IYA TIDAK LAGI!"
Pada akhirnya si kulit tan yang selalu mengekori nya itu sendiri lah yang menghancurkan ekspetasi si manis.
Dan Jeno akan selalu menjadi saksi bisu yang tidak mau mengakui bahwa hati nya ikut menghangat saat itu juga.
*🌸*
Menjelang tahun terakhir sekolah Jeno tidak pernah bertemu lagi dengan lelaki itu. Gengsi, mengakui bahwa matanya selalu saja mengawasi keberadaan lelaki berkulit tan itu yang kini tinggal sendirian. "mungkin besok, mungkin besok lagi, sudah seminggu, hampir satu bulan." Sampai hari kelulusan tiba dia benar-benar tidak pernah menemukan lelaki bersurai pink itu lagi. Tidak pernah bertanya dan tidak mau peduli.
Namun, ternyata takdir membawa nya ke sini. Di hari pertama kaki nya melangkah memasuki Universitas. Obsidian nya di sudutkan pada satu-satu nya objek tidak asing yang dirindukan mata sabit nya.
Bahkan kini berada di satu jurusan yang sama, kelas yang sama. Dan untuk pertama kali nya, dia mengetahui nama dari lelaki bersurai pink yang sering mengumpati nya itu.
Na Jaemin.
-manis dan juga.. seorang yang naif.
Berbeda dari apa yang sering ia saksikan sebelum nya, dia masih orang yang sama namun dengan watak dan sifat yang berbeda. Dan Jeno membenci orang seperti itu.
Menyebar senyum nya ke siapa saja yang ia lewati, tidak pernah menolak untuk dimintai tolong walau mungkin orang yang ditolong hanya berpura-pura saja. Hampir setiap minggu membagikan sesuatu seperti kue buatan nya.
Dan sesekali berusaha terlihat melempar senyum ke arah nya. Jeno acuh seperti tak pernah mengenal nya; atau memang mereka tidak pernah berkenalan, hanya saling tahu masing-masing saja. Karna mungkin hanya dia yang belum pernah di taklukkan oleh senyum manis sang pemilik surai pink.
Dan malam itu tiba, ketika wajah nya belur dan satu tangan yang di ulur ke arah nya. Mungkin ketika itu lah waktu menghancurkan batas yang berusaha ia buat di hari nya.
Ketika wajah si surai pink hampir tidak berjarak dengan wajah nya. Alis yang menukik berkonsentrasi, bulu mata lentik yang ikut berkedip malu-malu serta bibir semerah cherry yang sedikit terbuka, ketahuilah bukan salah Jeno jika dengan lancang bibir nya mendarat sempurna pada helaian manis itu.
Sungguh, Ia hampir kehilangan akal menyaksikan pemandangan indah di depan nya.
Dan ya, Jeno mengaku ia telah jatuh pada pesona milik si surai pink saat itu juga.
Atau mungkin sudah sejak lama.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Healed
Fanfiction𝒐𝒏 𝒉𝒐𝒍𝒅 / "Cintaku sudah habis di orang ini." "Jadi apakah itu cinta sepihak?" "Tidak, cintaku sudah lengkap." © softjaeboo, bxb | songfic | romance | hurt/comport | 18