14. pulang

729 104 0
                                    

Melangkah pulang dengan ragu, dengan berat aku melepaskan tangan nya untuk kembali memasuki perkarangan rumah dimana aku diajar dewasa sebelum waktu nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangkah pulang dengan ragu, dengan berat aku melepaskan tangan nya untuk kembali memasuki perkarangan rumah dimana aku diajar dewasa sebelum waktu nya.

Pahit dan senyap, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan sebelum wanita paruh baya dengan tubuh ringkih itu menatap ku haru.

Dia Nyonya Lee itu, tapi benarkah dia Ibu ku? wanita cantik dengan ego setinggi langit, pergi ketika matahari baru saja menampakkan atensi lalu pulang ketika kedua mata kecil ku tidak sanggup lagi menahan kantuk. Lalu di pagi hari aku akan  berlari menghampiri seorang pengasuh yang tengah membuatkan ku segelas susu dengan pertanyaan sama yang sering kuajukan—

"Bibi, apakah ibu mampir ke kamar ku tadi malam? apakah ibu mencium kening ku dan mengucapkan selamat malam? "

Dan wanita paruh baya itu akan bereaksi sama, tersenyum untuk menutupi betapa ia juga sangat mengasihani aku yang masih sangat kecil dan haus kasih sayang ini.

"Jeno tahukan nyonya harus istirahat? tapi walaupun begitu tadi malam Nyonya sempat menanyakan apakah Jeno sudah tidur atau belum?"

Pertanyaan dan Jawaban yang sama yang membuat ku sama sekali tidak puas.

"Jeno, benarkah itu kau?"

Sudah berapa lama aku meninggal kan tempat ini? apakah selama itu hingga wanita ini berubah terlalu banyak. Kantung matanya menghitam. Kerutan yang menghiasi wajah elok nya juga lipstik yang senantiasa berwarna merah itu sudah hilang entah kemana.

"Jeno, maafkan ibu, maafkan ibu nak." dimanakah suara tinggi yang selalu kudengar lantang ketika menyahut perkataan suami nya itu.

"Jangan biarkan ibu mu menyentuh kaki mu, terlepas bagaimanapun dia tetap orangtuamu."

Kurengkuh tubuh letih itu sebelum wanita ini bersujud di hadapan ku. Bentuk mata yang sama dengan milik ku itu berderai linang menatap ku.

"Maafkan Ibu Jeno, Maafkan Ibu."

"Biarkan dia memeluk mu."

"Kenapa? "

"Disini—" jari ranting itu menyentuh dada ku."Hati mu beku lalu pelukan dari penyebab luka itu bisa mencairkan nya."

"Bisakah kau memelukku?"

Isakan pilu itu semakin menjadi kala tubuh wanita itu merengkuh ku kuat. Memendam kepala nya pada tubuh putranya yang tidak dia ketahui sejak kapan sudah sedewasa ini.

"Ibu merindukan mu Jeno, tolong maafkan Ibu."

Apa ini, kenapa dada ku rasa nya penuh dan sesak?

"Ibu.. "

Wangi ini, wangi yang sama yang selalu kupeluk setiap malam dari jaket milik nya yang kucuri.

"Ibu... "

Satu kata sederhana. Lantas cairan bening yang mengalir keluar dari sudut mata ku adalah bukti pengawalan bagaimana sakitnya berdamai dengan luka lama.

tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang