3 bulan sebelum nya.
Pria mancung itu melirik kembali ke arah si manis yang sedang tiduran di sofa dengan beberapa makanan ringan yang berserakan di sekitar nya. Merasa di perhatikan, si empu tentunya menatap balik lalu memperbaiki duduk nya.
Menatap jenaka, dengan jahil Jaemin menarik turun sebelah kerah kaos kebesaran yang sedang dia kenakan saat ini, memperlihatkan bahu putih mulus miliknya. Dengan dalih menggoda maksudnya.
"Do you wanna play with me? I'm ready whenever you want, sir."
Yang lebih tua mendecih, memalingkan wajah nya. Seutas tarikan tipis pada bibir nya yang berusaha di sembunyikan sebetulnya.
"Aku terus memikirkan sesuatu," cetus Jeno setelah nya.
Merasa tertarik Jaemin lalu berpindah duduk ke sebelah lelaki tampan itu.
"Apa?" tanya nya penasaran.
"Kau dan perihal cinta."
Spontan dan menghasilkan debar, si manis merona lagi. Terkejut sekaligus heran saja sejak kapan lelaki bertampang beringas di depan nya ini belajar mengatakan hal keju yang sial nya berhasil membuat kupu-kupu di perut nya berterbangan.
Menepuk keras belakang kepala si dominan, kini giliran Jeno yang dibuat bingung, sejak dia mulai jujur dengan perasaan nya, saat itulah Jaemin bermain kekerasan kepadanya.
"Cheesy! "
"Tapi kau suka, kan?"
"Tentu saja."
•🌸•
Melingkarkan dengan apik syal rajutan favorit milik si manis. Menatap lamat sekali lagi bila saja Jaemin mau membiarkan nya ikut untuk mengantar nya pulang mengunjungi rumah sang ibu.
"Obat mu?"
"Sudah."
"Ponsel mu?"
"Sudah."
"Kabari aku jika sudah sampai!"
"Iya Lee Jenooow~" Jaemin tersenyum lebar melihat bagaimana protektif nya Jeno saat ini.
Lelaki itu mengecup kening Jaemin lalu membetulkan bennie di kepala nya.
"Aku mencintaimu."
"Aku tahu, bye! "
Jeno menatap nanar punggung sang kekasih, bilamana ingatan dua hari lalu mengenai percakapan antara Jaemin dengan sang Ibu yang tidak sengaja di dengarnya.
"Jangan cepat-cepat menemui ayah mu, setidak nya sehari ibu dulu baru boleh kau setelah nya."
Si manis menggeleng,"Apa yang ibu katakan?"
Dia menangkup pipi sang ibu, mengusap liquid bening yang mulai menganak pinak di sana."Nana akan selalu disini bersama ibu."
Mata perempuan paruh baya itu kini menatap lurus ke arah jelaga duplikat seperti milik nya itu,"kau berjanji?"
Bungkam nya kata adalah alasan bagaimana kepala yang hampir memutih itu menunduk kembali, menarik resleting tas yang dia kemasi tadi.
"Maafkan Nana, Ibu."
Tanpa aba, Jeno menerobos masuk lalu segera menunduk sopan pada sang ibu calonnya?
"Lee Jeno benar?"
Si mancung saat itu hanya bisa menatap bingung antara Jaemin dan wanita yang sedang melempar kan tatap datar kepada nya.
"Kau sungguh mencintai putra ku?"
"Y-ya? Ah ya.." dia mengatakan itu dengan menatap lurus kearah Jaemin."Aku sangat mencintai nya."
Sedikit membingungkan. Namun dalam seperkian detik, sorot itu berubah derajat berkebalikan.
"Kalau begitu aku percayakan dia padamu, tolong jaga dia dengan baik. Bisakah kau melakukan itu?"
"Ibu.. "
Perempuan paruh baya itu beralih pada sang buah hati lalu mengusap dan mengecup sayang kening nya.
"Tinggal lah bersama Jeno, hm. Bahagialah, Ibu menyayangimu."
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healed
Fanfiction𝒐𝒏 𝒉𝒐𝒍𝒅 / "Cintaku sudah habis di orang ini." "Jadi apakah itu cinta sepihak?" "Tidak, cintaku sudah lengkap." © softjaeboo, bxb | songfic | romance | hurt/comport | 18