27. silent treatment

416 49 0
                                    

"Astaga, dia benar-benar terkenal," bibir Jaemin mengeluarkan tawa kecil sementara ibu jarinya sibuk menggulir layar ponselnya yang menampilkan ketenaran dari seorang Lee Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga, dia benar-benar terkenal," bibir Jaemin mengeluarkan tawa kecil sementara ibu jarinya sibuk menggulir layar ponselnya yang menampilkan ketenaran dari seorang Lee Jeno. Dia tiba-tiba saja menipiskan bibir begitu menyadari ini sudah hampir lewat beberapa minggu sejak terakhir kali dia drop pasca kemoterapi nya.

Waktu rupanya telah banyak berlalu dengan dia yang tertidur sementara Jeno menjalani kehidupannya yang baru.

"Taeyong hyung, apakah Jeno sudah memberimu tanda tangan nya?"

Lee Taeyong—perawat laki-laki itu menutup pulpen nya lalu berjalan lebih dekat ke arah Jaemin yang kini duduk dengan kaki yang menggantung di tepi bangsal.

"Bagaimana perasaan mu?"

Bibir pucat itu melengkung naik,"Baik," jawabnya.

Taeyong tersenyum simpul. Senang rasanya bisa berbicara lagi dengan anak ini. Mendapati senyumnya yang manis dibalik pahit apa yang ia rasakan selama ini.

Baik Taeyong maupun Jaemin otomatis menoleh ke arah pintu yang didorong terbuka.

"Siap untuk pulang, Jaemin-ssi?"

Jaemin tersenyum, matanya melirik pada sosok laki-laki yang berdiri tepat di belakang Jaehyun.

"Tentu, dokter!"

•🌸•

"Apa kau masih marah? masih tidak mau bicara dengan ku?" Lekat Jaemin perhatikan kepala Jeno yang sedang bersimpuh; memasangkan sepatu ke kedua kakinya.

"Jeno-ssi," panggilnya. Kedua tangannya kini menekan kedua sisi bahu lelaki mancung itu.

Jeno pada akhirnya mendongak dan menatap balik wajah Jaemin.

Namun sepertinya tidak ada satu patah katapun yang bisa Jaemin keluarkan begitu matanya bertemu tatap dengan iris gelap itu.

Jeno berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu yang lebih muda turun dari bangsal.

"Ugh!" Jaemin tiba-tiba saja mengaduh begitu tapak sepatunya menyentuh dinginnya lantai ruangan.

Jeno refleks mendekapnya.

"Aku tidak bisa merasakan kedua kaki ku, rasanya kaku. Tolong ambilkan kursi—"

Belum selesai Jaemin berbicara tubuhnya sudah melayang dalam gendongan Jeno.

"Ya! Kau gila! Turunkan aku!"

Tapi Jeno sekalinya bengal. Tidak peduli berapa banyak pasang mata yang memperhatikan mereka di lobi.

Merah muda yang kemudian samar muncul di pipi pucat Jaemin, membuatnya semakin merengsek masuk di antara perpotongan leher sang kasih.

tbc.

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HealedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang