Setelah berlari sejauh 12 kilometer, akhirnya Lord dan Lia berhasil sampai di Istana milik Edward. Dengan masih menggendong Lia yang pingsan di dalam pelukannya, Lord berlari menuju pos keamanan. Pengawal yang melihat keadaan sekretaris tuannya itu segera membukakan gerbang dan berlari keluar menghampiri Lord.
"Apa yang terjadi Tuan Lord?"
"Sekarang bukan saatnya bertanya apa yang sedang terjadi, cepat kau siapkan beberapa pasukan serigala , setelah itu kita akan berangkat membantu Alpha di hutan bagian timur." Titah Lord.
Setelah menyuruh pengawal itu, Lord langsung berlari menuju dalam Istana. Kebetulan ia melihat pelayan yang sedang menyiram tanaman.
"Kau!"
Pelayan wanita itu segera menghampiri Lord, "Ya Tuan, Lord?"
"Cepat kau panggil Dokter istana untuk segera ke kamar Luna!"
"Baik tuan."
Lord segera masuk ke dalam istana, sementara itu, di sisi lain, Edward masih melawan serangan dari Jason. Tentu saja tidak mudah bagi mereka mengalahkan satu sama lain, karena baik Edward ataupun Jason adalah ketua suku terkuat di wilayah ini.
Edward menghentikan serangannya, dengan napas terengah-engah ia mencoba berdiri dengan tegak.
"Sudah, kita cukupkan sampai di sini saja perkelahian ini, Jason."
"Kenapa Ed? Kau takut akan kalah di tanganku, hah ? hahahaha."
Ed ikut tertawa mendengar ucapan musuhnya itu, "Takut? Bukannya kau yang takut kalah di tanganku, Jason?"
"Takut? Bahkan rasa takutku sudah mati tergantikan oleh rasa haus darahku padamu, temanku." Ucap Jason, "Ah.. Aku lupa, maksudku adalah, Mantan temanku.""Hentikan dendammu itu, Jason. Kau pikir Ravelin akan senang dengan pembalasan dendammu itu?"
"JANGAN PERNAH KAU SEBUT NAMANYA DENGAN MULUT SAMPAH MU ITU, SIALAN!"
Wajah Jason berubah menjadi merah kembali, matanya yang semula sudah berubah menjadi hitam, kini berganti lagi menjadi merah menyala.
"Kau tidak berhak bahagia, Ed. Jangan pernah lupakan bagaimana saat-saat anak buahmu mencabik-cabik tubuh Mate ku!"
Flashback on
20 tahun yang lalu.
"Jason!!!"
Jason tersenyum saat melihat seorang gadis dengan rambut hitam lebat yang di urai berlari kearahnya sambil tersenyum dengan saat ceria. Gadis yang sangat cantik dengan kulit putih pucatnya, matanya yang besar, lesung di kedua pipinya yang merona saat ia tersipu malu, wajah khas Asianya sangat cantik menurut Jason.
"Jangan lari, Ravelin! Kau akan jatuh nanti."
"Selama kau dan Ed ada di sisi ku, aku tak perlu takut dengan bahaya di sini." Ucap gadis bernama Ravelin itu sambil tersenyum.
Gadis bernama Ravelin itu kemudian duduk di batu yang di duduki oleh Jason, Ia menatap langit siang itu dengan wajah yang sangat damai. Di sampingnya, Jason menatap gadis itu dengan hati yang berdebar tidak karuan.
"Langit hari ini begitu cantik ya.."
"Benar, sangat cantik."
Ravelin kemudian menoleh menatap Jason yang masih melihat ke arahnya, ia lalu tersenyum dengan manisnya. Melihat Jason yang menatapnya terus menerus membuat Ravelin sedikit bingung.
"Kenapa kau menatapku begitu?"
"Tidak apa-apa, aku hanya ingin menatap temanku yang sangat cantik ini. Apakah tidak boleh?" Tanya Jason.
"Tentu saja boleh! Kau boleh menatapku sepuasmu sekarang, sebelum aku menjadi miliki Edward sepenuhnya."
Jason menghentikan senyumnya, ia lupa bahwa sebentar lagi Ravelin akan menikah dengan lelaki pillihannya yang notabennya merupakan temannya sendiri.
Ravelin bangkit dari duduknya, "Sudah ah, aku mau pergi dulu."
"Kau mau kemana?"
"Aku akan menemui Ed!!!" Seru gadis itu dengan riang.
Walau Ravelin adalah Mate Jason, Namun Jason mencoba mengikhlaskan Ravelin untuk bisa menikah dengan temannya, Ed. Bagi Jason, kebahagiaan Ravelin adalah yang terpenting untuknya saat ini.
"Biar ku antar."
"Tidak perlu, Jason. Aku bisa berangkat sendiri."
Jason bangkit dari duduknya, ia kemudian berdiri di samping Ravelin dengan tubuh yang tegak.
"Di hutan bagian selatan, banyak serigala, Valin. Kau bisa mati di terkam oleh mereka semua."
"Aku kan calon istri dari Alpha mereka, mereka tidak akan memakanku begitu saja, Jason. Lagipula kau ada keperluan ke kota kan? Pergilah, kalau ada apa-apa aku akan memanggil namamu."
Memang saat ini Jason memiliki janji penting di kota yang tidak bisa ia tinggalkan, namun ia juga tidak bisa meninggalkan Ravelin untuk pergi sendiri ke istana serigala. Di tambah hari sudah hampir menjelang malam.
"Tapi Rav-"
"Aku akan memanggil mu jika dalam bahaya, Jason."
"Kalau begitu, aku akan mengutus anak buah ku untuk mengantarmu ke sana."
Ravelin tertawa, sangat lucu melihat raut khawatir dari temannya yang Vampir itu, namun Jason tidak akan bisa di bantah.
"Hahaha... Baiklah yang mulia, aku akan menuruti keinginanmu."
"I'm seriuosly Ravelin."
"Okay, okay..."
Tak lama kemudian, Jason datang di tempat Ravelin menunggu diikuti dengan dua orang vampir wanita yang Ravelin tahu namanya adalah Joe dan Lyla.
"Antar Ravelin ke istana Werewolf, dengan selamat."
"Baik tuan."
Jason kemudian berjalan mendekat ke arah Ravelin dengan hati penuh cemas, entah ada apa dengan dirinya hari ini, namun perasaannya sangat cemas saat memikirkan Mate nya itu.
"Hati-hati. Ingat kalau kau dalam bahaya, lansgung panggil namaku dan aku akan datang kepadamu." Ucap Jason.
Ravelin tersenyum dengan sangat tulus, sebelum akhirnya mengecup pipi Jason, untuk pertama dan terakhir kalinya.
"Terima kasih, Jason."
Setelah kepergian Ravelin, Jason dan anak buahnya yang lain, segera pergi menuju kota untuk melakukan bisnis di sana. Namun selama pertemuan itu, hati Jason selalu tertuju pada Ravelin. Pikirannya sangat cemas dan khawatir pada gadis itu.
Sampai akhirnya...
"JASON!!!!!!"
Ravelin.
Ravelin dalam bahaya! Dengan cepat, Jason langsung meninggalkan ruang meeting tanpa pamit terlebih dahulu. Ia segera berlari menuju suara Ravelin memanggil dirinya.
"JASON TOLONG AKU!!!"
"TOLONG AKU!!"
'Bertahanlah sebentar lagi Ravelin, kumohon.'
"JAS- AAAAAA!!!!!!!"
Dan itu adalah teriakan Ravelin yang Jason dengar untuk terakhir kalinya.
Flashback off
***
Note : Kasih tau ya kalau ada salah dalam penulisan 😊
Terimakasih banyak untuk yang telah membaca dan menunggu ceritaku selama ini!!
Mohon dukungan nya teman-teman 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Mate a Werewolf!!
Werewolf[ON GOING!!!!] Sejak bertemu dengannya, tidak, bukan, melainkan sejak terjadinya kecelakaan itu, kehidupan ku berubah 180° derajat. Aku tak habis pikir dengan takdir yang tuhan berikan kepadaku. Apa semesta sedang mempermainkan ku? Oh sungguh ini t...