Sudah satu Minggu dari sadarkan diri, Lia di rawat di rumah sakit Sari Asih. Tepat hari Sabtu ini Lia sudah di ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Ketika Lia sedang membereskan beberapa barangnya dan orangtuanya, tiba-tiba dokter dan satu orang perawat datang dan menghampirinya.
Dokter itu tersenyum kepada Lia, "Gimana sekarang keadaan dek Lia?"
"Sekarang udah gapapa dok, cuma pusing nya kadang masih ada sesekali." Ucap Lia.
"Oalah, itu gapapa wajar kok, namanya juga kepala kamu kebentur batu. Tapi syukurnya itu cuma gegar otak ringan, jadi gak ada masalah asal giat minum obat aja." Tutur dokter tersebut yang di kenal bernama Yudish.
Setelah puas bicara dengan pasiennya, Dokter Yudish segera beralih kepada wali pasien.
Yuni mengikuti langkah dokter tersebut menuju ruangannya.
"Jadi begini ibu Yuni, seperti yang di jelaskan oleh ibu dan pak Ibrahim beberapa hari belakang ini tentang kondisi psikis nak Lia.."
Suara Dokter Yudish tercekat sebentar sebelum melanjutkan kembali perkataan nya, "Sepertinya ada sedikit trauma dengan kejadian tersebut, saran saya lebih baik ibu membawa anak ibu ke psikolog agar bisa di analisis lebih lanjut."
"Tapi anak saya berkali-kali bilang kalau dia berada di negeri orang lain, dok. Kalau memang dia trauma karena kecelakaan itu, apa hubungannya?" Tanya Yuni seolah meminta penjelasan lebih lanjut tentang anaknya.
Dokter Yudhis menghela napasnya gusar, "Maka dari itu Buk, sebaiknya hal tersebut di tangani oleh ahli psikologi. Saya tidak bisa menjelaskan lebih lanjut, karena itu sudah di luar ranah saya."
___
Lia POV14 Bulan kemudian
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, setelah penyiksaan karena Ujian Nasional yang cukup menguras pikiran dan tenaga ku, akhirnya aku bisa berteriak kepada dunia ...
"GUE LULUS WOYY !!!!"
Aku tertawa keras setelah keluar dari ruang kelas yang sangat membosankan itu, lalu berlari menuju taman yang di mana di sana sudah banyak teman-teman satu angkatan ku yang sudah berkumpul. Begitupun dengan Risti.
Aku celingukan mencari keberadaan sahabat terbaik ku itu, tapi tidak kutemukan batang hidungnya sama sekali.
"Mana sih tuh anak.."
Aku melihat Difa sedang tertawa bersama teman-temannya yang lain, saat itu juga aku menghampirinya siapa tahu dia tahu tentang keberadaan Risti.
"Eh, kenapa Li?" Tanya Difa saat sadar aku berdiri di belakangnya.
"Lo liat Risti gak?"
Difa kemudian celingukan sama seperti yang ku lakukan tadi, lalu tangannya menunjuk ke arah perpustakaan yang berada di sebelah Mushola sekolah ku, "Tadi sih gue liat dia ke perpustakaan, noh."
Aku mengangguk.
Setelah mengucapkan terimakasih, aku segera berlari menuju perpustakaan.
"Ris??? Lo di mana???"
Suasana perpustakaan kali ini benar-benar hening, mungkin karena yang berada di sekolah saat ini hanya kelas 12 saja kali yah?
Duhh... Risti mana sih.
Ku susuri gelapnya perpustakaan itu, namun seketika aku melihat di antara rak rak buku pelajaran itu di paling ujung, ada seorang lelaki yang cukup tinggi sedang bersembunyi. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena minimnya cahaya di perpustakaan sekarang.
"Siapa itu ..." Ucapku sedikit lirih.
Jujur aja sekarang aku benar-benar takut, please!!!! Ya siapa sih yang gak takut kalau ada di situasi kaya gini, mana kaga nongol-nongol lagi tuh bocah, Risti rese.
Aku membalikkan badan dan mencoba tidak menggubris sosok itu, lagian kalau emang itu setan kan takut juga yee.
Bodo amat deh.
"Hallo.. My little girl..."
DEG!
Suara bariton itu memenuhi ruangan perpustakan, aku terpaku di tempat ku, hati ku tiba-tiba seperti tidak berdetak lagi, dan darah di tubuhku tiba-tiba berdesir dengan hebat.
Suara itu, suara yang sudah lama tidak ku dengar namun sangat tidak asing di telinga ku, seperti aku pernah mendengarnya.
Ketika aku ingin berbalik, tiba-tiba ...
"DAAARRRR!!!!!"
Risti keluar dari tempat persembunyiannya dan mengejutkan ku yang sudah ketakutan setengah mati.
Aku refleks berteriak, sambil memegang dadaku yang sudah tidak karuan seperti apa tahu Lalu menghembuskan napas kasar ketika melihat Risti tertawa terpingkal-pingkal di sampingku.
"HAHAHAHAHAHA... GOKIL BANGET MUKA LO ANJIR!!! HAHAHAHAHA"
"TAIK LO RIS!!!!"
Aku segera mengalihkan pandanganku kembali ke arah rak rak buku itu, namun tidak ada apapun di sana.
Hah?! Apa gue cuma halusinasi yah? Tapi... Itu real banget.
"Aduh, hahaha.... Udah ah yuk kita balik ke lapangan." Seru Risti. Kayaknya dia udah capek ketawa.
"YA LO LAGIAN ISENG BANGET PAKE ACARA JAILIN GUE DISINI!!" teriak ku tepat di depan kupingnya.
Budek budek deh tuh anak.
"Yee, santai dong buk!! Yaudah ayo..."
Risti menarik tangan ku untuk segera keluar dari perpustakaan, aku mengikutinya sambil sesekali ke arah belakang.
Namun tetap, tak ada apapun di sana.
___
Author POV"Lo jadi ngambil kuliah di Malang, Li?"
Lia mengangguk mantap, "Yoi, gue juga keterima tes kemarin, yakali gak gue ambil?"
" Ya itu mah balik lagi sama Lo sih." Risti kemudian melanjutkan ucapannya, "Orang tua Lo udah setuju?"
"Udah gampang deh, balik dari sini gue bilang ke mereka. Lagian nih, pasti mereka juga ngizinin kok gue kuliah di sana."
Sedangkan itu, setelah Lia sampai di rumah dan berbicara kepada orang tua nya, ayahnya dengan tegas menjawab.
"Bulan depan kita bakal pindah ke New York, Lia. Dan kamu juga akan ayah kuliahin di sana!."
***
Okaaayyyy sampai sini dulu yaaa!!!!
Doain aku yah supaya bisa cepet up lagiii...
Kalian gimana sekolahnya ?? Kuliahnya ?? Kerjanya ?? Semoga selalu bahagia dimana pun dan dalam situasi apapun yaaaa
Saranghaeeee (づ ̄ ³ ̄)づ
Peluk dan cium
Auliya
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Mate a Werewolf!!
Werewolf[ON GOING!!!!] Sejak bertemu dengannya, tidak, bukan, melainkan sejak terjadinya kecelakaan itu, kehidupan ku berubah 180° derajat. Aku tak habis pikir dengan takdir yang tuhan berikan kepadaku. Apa semesta sedang mempermainkan ku? Oh sungguh ini t...