3 : TERSESAT

509 66 1
                                    

Dan di bawah gerimis, aku kehilangan kesadaran ku.

***


Aku membuka mataku, kesunyian terpancar jelas di sekeliling ku. Ku edarkan kedua mataku untuk melihat sekeliling. Hutan! Oh tuhan aku di hutan! Apa yang salah dengan ku? Aku ingat terakhir kali aku mengalami kecelakaan, dan itu nyata, karena di kaki dan tangan ku terdapat luka gesek. Tapi apa ini? Ini hutan belantara dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi ke atas.

Aku masih tidak mengerti mengapa aku tiba-tiba berada di tempat yang tidak aku kenali, setahu ku, aku sudah memasuki kawasan desa ku, dan itu berarti aku hafal jalannya. Tapi ini tidak. Aku sama sekali asing berada di tempat ini, aku mencari motor dan tidak ada. Yang tersisa hanyalah tas ransel yang memang stay di punggungku saat aku masih di Cafe.

Apa mungkin aku terpental sangat jauh pada waktu kecelakaan, sampai-sampai aku tidak tau aku berada di mana sekarang?

Oh come on! Itu mustahil!

Aku menarik napas perlahan, mulai berpikir jernih. Apa mungkin ini hanya mimpi saja? Karena memang aku terlalu syok dengan kecelakaan tadi? Tapi saat aku mulai mencupit lengan ku yang sangat sensitif, itu sakit. Oh sungguh ini bukan mimpi tuhan? Yang benar saja!

Aku sedikit berjalan ke arah utara, siapa tahu ada desa kecil yang aku temui. Namun setelah berjalan jauh yang aku bisa, aku sama sekali tidak mendapatkan apapun. Ya tuhan tolong aku! Hutan ini benar-benar seperti hutan kutukan! Hutan ini menyeramkan, aku takut ibu, ayah! Aku takut!

Kaki ku masih terasa sangat sakit saat di paksa berjalan, aku tidak memperdulikan lagi baju sekolah ku yang robek-robek seperti gembel itu. Aku tidak peduli rambutku yang sudah acak-acakkan dan pastinya sangat dekil. Aku tidak peduli. Persetan dengan penampilan ku saat ini. Aku hanya ingin pulang ke rumah!

Aku duduk di sebuah pohon besar yang menjulang tinggi ke atas, aku sungguh tidak kuat lagi berjalan, kaki ku benar-benar sakit. Aku pun mengambil air mineral di dalam tas. Aku memang selalu membawa botol minum apabila pergi kesekolah, alasannya ialah agar irit. Tapi percuma, saat di sekolah air itu tetap anteng di tas ku, tak aku keluarkan barang sedetik saja. Dan saat ini aku sedikit beruntung dengan kebiasaan ku itu, karena apabila air itu habis di minum di sekolah, mungkin aku sudah mati karena dehidrasi saat ini.

Hari semakin gelap, aku mencari beberapa daun yang lumayan agak besar untuk alas ku tidur dan selimut untuk ku. Aku beruntung karena dari smp sampai sekarang kelas 12 SMA aku adalah seorang anak pramuka dan bukan anak mami, jadi aku bisa memanfaatkan sedikit keahlian ku dalam merakit atap untuk ku tidur, hanya berjaga-jaga apabila tiba-tiba hujan datang. Aku tak tau harus meneduh di mana. Benar kan?

Dan sekitar 30 menit berlalu, sebuah gubuk reot itu siap untuk ku tempati. Walau bukan gubuk sih. Hanya sekedar atap dan alas saja.

Aku masuk ke dalam hasil karya ku, dan mulai mencari posisi senyaman mungkin walau aku tau di sini sama sekali tidak nyaman dan aman!

***

Author pov

Di sisi lain

"Lord!" seru seorang pria dari sebuah ruangan,

"Ya Tuan"

"Temani aku kehutan, aku ingin mencari angin segar" ucapnya

Lelaki yang di sebut lord itu kebingungan dengan sikap Tuannya, pimpinan para Werewolf di Packnya, apakah dia tidak salah dengar? Malam-malam begini ingin mencari angin segar di dalam hutan? Dia lupa, bahwa tuannya adalah sosok yang sama sekali tidak bisa tebak.

Tapi karena takut terhadap tuannya dia pun senantiasa menemani tuannya itu.

"Siap Tuan."

Terdengar gelak tawa dari arah meja, lord pun merasa aneh, lalu memasang muka kebingungan kenapa tiba-tiba tuannya itu tertawa.

"Kau itu seperti baru mengenalku saja Lord! Hey! Aku dan kau ini teman semasa kecil. Jangan hanya karena permintaan ayah ku yang meminta kau menjadi pengawal pribadiku, kau menjadi amat tunduk padaku. Come on Lord!" ujar pria yang sekarang berjalan menuju pintu, saat berada di depan Lord dia sedikit menepuk-nepuk bahu Lord dengan santai.

Di sisi lain di tengah hutan, seorang gadis memeluk tubuhnya karena tubuhnya mengigil menahan dingin yang teramat. Angin dingin itu terus menerus bertiupan, tak memiliki belas kasih pada gadis kecil itu. Walaupun Lia telah menebalkan selimut yang dia buat dengan di tambah beberapa daun lain, namun itu sia-sia.

Lia mulai bangkit dari tidurnya, lalu keluar dari gubuk yang ia bangun sendiri dengan susah payah itu. Di lihat dari langit yang sangat gelap sepertinya ini sudah tengah malam. Sebenarnya Lia sangat takut berada di hutan belantara sendirian, di tambah suasana hutan yang sangat gelap dengan pepohonan yang besar menjulang tinggi ke atas. Sungguh, Lia tidak bisa menebak apa yang akan terjadi padanya nanti. Mungkin saja sebentar lagi ia akan mati? Bisa saja kan? Memang di pikir pikir sepertinya hanya dia manusia yang berada di hutan itu. Sendirian.

Suara semak membuat Lia was-was, bagaimana kalau ternyata ada serigala? Babi hutan? Harimau? Lia kembali memasuki gubuk nya dan mulai menutupi tubuhnya dengan perasaan campur aduk.

Namun, terdengar langkah kali yang menginjak ranting-ranting. Lia tau itu manusia karena terdengar helaan napas yang panjang, tapi saat Lia hendak saja keluar, ia mendengarkan sedikit percakapan manusia itu.

"Apa kau mencium bau manusia Lord?"

Lord pun mengendus-ngenduskan hidungnya lalu menjawab, "Iya Tuan, aku mencium bau manusia disini." Ucap Lord dengan penuh sopan santun.

"Lord sebut namaku! Jangan panggil aku tuan mu saat kita sedang berdua seperti ini"

"Apakah itu penting sekarang Edward?!" ucap lord dengan kesal.

Pria yang disebut Edward itu pun tertawa, namun kembali memfokuskan hidungnya kembali. Dia benar-benar mencium wangi darah manusia bercampur dengan wangi mawar yang sangat harum, lalu pandangannya terjatuh pada sebuah gubuk yang hanya terbuat dari daun dan ranting-ranting pohon tersebut.

"Ah Lord, sepertinya hanya perasaan ku saja. Sekarang mari kita pulang saja." Ucap Edward sambil sedikit melirik ke arah gubuk itu.

"EDWARD?! Are you crazy? Itu bau manusia! Dan kita harus menangkapnya sebelum-hmmpft" ucapan Lord terhenti karena Edward langsung membekap mulutnya dengan cepat. Dan berbisik di telinga Lord dengan penuh penekanan,

"Kau terlalu berisik Lord! Tunggu lah sampai mangsa kita sendiri keluar dari sarangnya" lalu setelah itu Edward menunjuk dengan dagunya ke arah gubuk asal-asalan itu.

Lord seperti mengerti, dan mulai berbicara, "Ah ya Edward, sepertinya aku memang tidak mencium bau apa-apa. Hah. Mari kita pergi dari sini, disini terlalu gelap."

Lia yang mendengarkan percakapan mereka hanya menggaruk-garuk kepala belakangnya, ia sangat mengerti bahasa yang kedua pria itu ucapkan, itu adalah bahasa inggris. Namun kenapa mereka berbicara menggunakan bahasa inggris?

Tapi sepertinya mereka telah pergi, tidak lagi terdengar napas berat dan langkah kaki yang kian menjauh dan hilang begitu saja. Tapi tunggu, tadi sepertinya Lia mendengar mereka menyebutkan kalimat tentang manusia, apa yang mereka maksud dengan manusia disini? Lia kah?

Karena takut mereka hantu, Lia segera keluar dari gubuknya dan mulai berlari berlainan arah dengan langkah kaki tadi, dan sepertinya dia baru saja menyesali kenapa dia harus keluar dari gubuk reot itu.

Mereka mengejarnya dengan sangat cepat!

***











Note : Kasih tau ya kalau ada salah dalam penulisan 😊

Terimakasih banyak untuk yang telah membaca dan menunggu ceritaku selama ini!! Mohon dukungan nya teman-teman 😊

I'm Mate a Werewolf!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang