Edward Pov
"HAHAHAHAHAHA"
Wolf di dalam tubuhku ini tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan aku di sundul oleh seorang wanita yang bertubuh mungil itu. Aku meringis sambil mengusap-usap dahiku yang sedikit benjol. Gadis mungil itu kuat juga rupanya.
"Seorang Alpha terkalahkan oleh gadis mungil ?! Yang benar saja, hahahaha." Ucap Nic seraya meledak ku.
Ada apa dengan wolf ini?! Ia bahkan tak pernah ingin keluar, namun semenjak kehadiran gadis kecil itu ia menjadi sangat senang berbicara. Bahkan sekarang sudah berani meledek ku.
"Diamlah Wolf sialan! Tadi aku tidak ada persiapan sama sekali bodoh!" Seru ku.
Nic menggeram pelan, "Alasan.."
Aku ingin membalas ucapannya, namun aku mendengar pintu terbuka, dan nampaklah gadisku dengan memakai kemeja hitamku yang terlihat kebesaran di tubuh mungilnya. Kemeja itu hanya menutupi separuh pahanya. Ia terlihat lumayan... Seksi?
Ya seksi. Aku tidak menyangka bahwa kemeja ku akan terlihat indah dan sedikit mengundang gairah saat melekat di tubuh gadis itu, apalagi saat aku tau bahwa di balik kemeja itu ia tidak memakai apapun lagi. Benar, hanya kemarin yang menutupi tubuhnya.
Gadis itu menunduk, ia memainkan ujung kemeja hitam itu. Rambut ikal berwarna hitamnya itu terumbai menutupi bentuk dadanya yang yaa... Lumayan lah untuk ukuran gadis mungil sepertinya.
Ah, Edward! Sadar bodoh! Apa yang sedang kau pikirkan ?!
"Aku tidak menemukan pakaian wanita, dan baju ku sudah tidak layak pakai lagi. Jadi aku meminjam bajumu." Ucap gadis itu dengan suara yang cukup pelan.
"Aku tidak bisa memakai celanamu, karena semuanya sangat besar. Tidak ada yang cocok dengan pinggang ku." lanjutnya.
Aku ingin tertawa melihat tingkahnya, benar juga, aku sampai lupa kalau belum membelikan gadis ku ini pakaian dan keperluannya yang lain?
"Hahaha.. Pakailah apapun yang ada di walk in closet itu, semua milikku adalah milikmu juga sayang."
Aneh rasanya saat aku pertama kalinya memanggil seorang gadis dengan panggilan sayang, rasanya sungguh menggelikan seakan kupu-kupu beterbangan di perutku.
Aku melihat wajahnya terkejut saat aku berkata seperti itu, matanya membulat dan pipi chubbynya itu sudah seperti kepiting rebus.
***
Autor prov
Ia lantas berdiri dari duduknya, namun ada yang berbeda, tatapannya. Ya tatapannya. Lagi lagi Edward menatap Lia dengan begitu dalam, tatapan yang bisa membuat siapa saja gugup saat di tatap seperti itu.
"Tu.. Tuan... Apa yang kau lakukan.." Ucapnya terbata-bata.
Edward terus berjalan mendekati Lia, dengan tatapan yang tidak berubah. Lia bahkan menelan ludahnya sendiri karena saking gugupnya di tatap seperti itu.
"Tuan, kalau kau semakin mendekat, aku akan teriak!" Ancam Gadis mungil itu
Lia terus mundur, hingga ia menyadari bahwa tubuhnya telah menabrak tembok yang berada tepat di belakangnya. Sedangkan Edward terus mempersempit jarak di antara mereka. Pikiran Lia sudah merajalela kemana-mana, ia takut kalau lelaki ini akan menciumnya. Ia lalu menutup mulutmu sendiri dengan tangannya, namun yang terjadi ternyata di luar permikirannya.
PLETUK!
Edward menyentil dengan pelan dahi gadis yang sudah tegang itu dengan jarinya. Ingin rasanya ia tertawa melihat reaksi gadis kecil ini.
"Mau sampai kapan kau memanggilku Tuan hah? Aku bukan Tuan mu." ucap Edward lalu mulai menjauhi dirinya dari Lia.
Lia bernapas lega, saat tau ternyata Edward hanya menggodanya saja.
'Lah terus gua harus manggil lu apa? Oppa? Om?' ucapnya dalam batin.
Namun belum selesai rasa terkejutnya, Edward tiba-tiba berbalik dengan cepat dan langsung menggendong Lia ala bridal style. Lia yang tiba-tiba di gendong seperti itu pun membulatkan matanya, dan langsung mengalungkan kedua lengannya di leher Edward.
Lelaki itu pun lalu menaruh Lia dengan lembut di ranjang king sizenya. Ed menatapnya dengan tatapan tidak yakin, haruskah ia mengklaimnya saat ini?
ia bertanya pada Wolf di tubuhnya, dan Nic menggeram melihat keraguan pada diri Alpha yanv satu ini.
"Kalau kau tidak mengklaimnya sekarang, kau akan kehilangan Mate mu!"
Edward masih ragu, gadis ini seperti nya masih sangat muda bila dilihat dari wajahnya.
"Kalau kau tidak mengklaimnya sekarang, Jason akan dengan mudah membunuhnya."
setelah mendengar perkataan Wolf itu, akhirnya Ed segera membuka separuh baju gadis di bawahnya ini sampai bahunya. Lia yang di perlakukan seperti itu segera membelalakan matanya tidak percaya.
"AAAAAA ORANG GILA!"
Ed memandang baju gadis di bawahnya ini dengan tatapan mendamba, ia lalu menoleh pada Lia yang sudah menatapnya dengan tatapan shock.
'Cantik'.
Tanpa pikir panjang, Ed segera mencium lagi bibir ranum yang manis itu, bibir gadis kecil ini sangat manis, seperti permen kesukaannya waktu kecil.
Ed melumat bibirnya dengan sedikit kasar, membuat Lia sedikit kesusahan dalam mengimbangi nya. Lalu tak lama Ed melepaskan ciuman itu, ia menatap Lia dengan tatapan gelapnya.
Lia segera sadar dan menarik kembali bajunya, namun Edward segera menuruninya kembali. Sampai akhirnya Ed mengunci tangan gadis itu, Lia berteriak sangat kencang saat taring pria di hadapannya ini menancap dengan sempurna di bahunya.
"IBUUU SAKIT!!! LO GILA?!!!"
Sakit.
Sangat sakit, sampai darah bercucuran di sana.
Setelah kejadin itu, Edward langsung berbaring di samping Lia dan kemudian menyelimuti tubuhnya dan gadis di sampingnya ini. Ia lalu memeluk tubuh mungil gadisnya dengan cukup erat, Edward mulai memejamkan matanya, dan lengannya sesekali membelai rambut Lia.
Sedangkan Lia ? Kalian tau, gadis itu masih dengan rasa sakit yang teramat dan tampang bodohnya di perlakukan seperti itu. Apalagi sekarang pria gila dengan paras yang sangat tampan itu tertidur sambil memeluk tubuhnya.
"Tidurlah, aku tau kau pasti lelah." Ucap Edward dengan sangat lembut.
Wah.. Dia benar-benar pria tampan yang gila. Ucap Lia di dalam batinnya.
***
Note : Kasih tau ya kalau ada salah dalam penulisan 😊
Terimakasih banyak untuk yang telah membaca dan menunggu ceritaku selama ini!! Mohon dukungan nya teman-teman 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Mate a Werewolf!!
Werewolf[ON GOING!!!!] Sejak bertemu dengannya, tidak, bukan, melainkan sejak terjadinya kecelakaan itu, kehidupan ku berubah 180° derajat. Aku tak habis pikir dengan takdir yang tuhan berikan kepadaku. Apa semesta sedang mempermainkan ku? Oh sungguh ini t...