17 : MIMPI?

69 9 0
                                    

      Seorang gadis kecil membuka matanya secara perlahan, ia mengernyitkan dahi nya ketika cahaya putih mendominasi pandangan nya saat ini.


Gadis itu menggeram ketika merasakan sakit yang teramat di bagian kepalanya, dengan cepat ia memegang kepalanya yang sepertinya sebentar lagi akan pecah.

Dari ujung matanya, ia melihat seorang lelaki dengan tubuh yang gagah berlari ke arahnya. Berkali-kali lelaki itu memanggil nama dirinya, sambil terus memencet bel yang terdapat di nakas sebelah ranjang.

"L-lia?! Liaa?! LIA KAMU GAK APA-APA?!"

Suara itu tidak asing di telinganya, Lia berusaha membuka matanya dan benar, lelaki itu adalah sosok yang ia rindukan selama ini, "ayah, kepala Lia sakit banget, Yah!"

"Sabar Lia, bertahan ya nak."

Tak lama berselang, seorang dokter dan dua orang perawat masuk ke dalam kamar. Di belakang suster, Ibrahim, ayah Lia memperhatikan anaknya yang sedang di periksa oleh dokter dengan tatapan nanar.

Setelah Lia periksa dan di beri obat tidur untuk meredakan sakit kepalanya, dokter mengajak Ibrahim untuk berbicara berdua di luar ruangan rumah sakit. "Jadi begini pak Ibrahim.."

"Anak bapak mengalami gegar otak, kita masih belum tahu apakah itu gegar otak ringan atau lumayan berat. Untuk saat ini, saya sudah memberikan obat pereda sakit kepala kepada dek Lia. Mungkin besok baru bisa kita Rontgen untuk hasil selanjutnya."

Ibrahim mendengarkan ucapan dokter itu dengan sesama, "Saya mohon dok, lakukan yang terbaik untuk anak semata wayang saya, saya mohon!" Ucap pria paruh baya itu dengan lirih memohon kepada dokter di hadapannya.

"Tentu Pak Ibrahim, kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien kami."

___


Pukul 7 Malam, Lia terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling ruangan yang di dominasi oleh warna putih, ia lalu menatap lurus ke depan di ruangan kosong itu.

Apa yang sebenarnya terjadi ?

Kenapa ia bisa kembali ke dunia nya lagi?

Dunia nya ? Apakah selama ini dia terperangkap di dunia lain ? Oh come on, zaman sudah berkembang pesat, mungkin saja ini hanya mimpi. Hanya mimpi.

Namun semua terasa nyata, Pria bernama Edward, lembut sentuhannya, suaranya yang hangat, itu semua terasa nyata baginya.

Lia terperanjat saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok pasangan suami istri yang tersenyum penuh haru menatapnya.

"Akhirnya kamu bangun juga, sayang.." Lirih Yuni, ibu Lia

Wanita yang sudah berusia 55 tahun itu pun memeluk tubuh anaknya dengan erat.

"Ibu.. Ayah.."

Lia masih belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ia masih gamang akan semua yang ada di depan matanya sekarang.

"Ibu takut banget kalau kamu kenapa-kenapa, Nak. Tadinya, kalau kamu belum bangun juga dari koma, ibu sama ayah mau bawa kamu ke Singapura."

"Koma? Aku koma?" Tanya Lia.

Yuni menatap anak gadisnya dengan lembut, "Iya sayang, kamu gak sadarkan diri hampir kurang lebih 3 Minggu yah, Ayah?"

Ibrahim yang di tanya hanya menganggukkan kepalanya.

"3 MINGGU???!!!" Seru Lia dengan ekspresi yang cukup heboh.

"IBU JADI SELAMA ITU AKU KOMA? BUK BERARTI AKU GAK BENER-BENER TERDAMPAR DI ALASKA KAN BUK?! AKU GAK BENER-BENER KETEMU MANUSIA SERIGALA KAN BUK?!! AYAH?!! AKU GAK BENER-BENER DI MAKAN SAMA ZOMBIE KAN YAH?!!"

Yuni dan Ibrahim saling pandang melihat anaknya tiba-tiba menjadi histeris. Ibrahim kemudian mendekati anaknya, ia memegang bahu Lia mencoba menyadarkan anaknya kembali.

Tak sengaja, Lia melihat kaca yang terdapat di nakas, dengan cepat ia menyambar kaca itu, dan melihat bahunya yang pernah di gigit oleh manusia serigala itu. Namun di luar dugaannya, nyatanya, bekas gigitan itu benar-benar ada di sana.

"Lia kenapa nak? Kamu mimpi buruk selama koma?"

Lia menatap ibunya dengan tatapan nanar.

Mimpi?

Gadis itu terus menyentuh tengkuknya yang masih terasa perih, apakah saking terasa sakitnya sampai ia memimpikan di gigit oleh seorang werewolf?

"Benar! Itu yang paling masuk akal!" Seru Lia.

Kedua orang tuanya hanya saling pandang melihat anaknya yang masih bersikap aneh.

Benar, ini semua hanya mimpi. Tidak ada manusia serigala, tidak ada vampire, tidak ada istana di dalam hutan, tidak ada hutan zombie, dan yang terpenting, tidak pernah ada pria bernama Edward dalam hidupnya.

Tidak pernah ada.

Gadis itu pun melihat ke arah kedua orang tua nya, keduanya masih menatapnya dengan raut wajah yang khawatir.

"Ayah, ibu, pulang aja, Lia udah gak apa-apa kok."

"Enggak, ibu mau nemenin kamu di sini sampai sembuh." Ujar Yuni.

"Lia gak apa-apa Bu, toh Lia udah bangun sekarang." Ucap Lia yang masih terus membujuk sang ibunda.

Ibrahim segera memegang bahu istrinya dengan lembut, "iya, ibu pulang aja, Lia biar ayah yang jagain. Nanti besok ibu baru ke sini lagi."

Lia mengangguk antusias, melihat wajah ibunya yang sangat lelah, tidak tega membuat ibunya harus berada di rumah sakit.p

Akhirnya, Yuni pun mengikuti kemauan anak dan suaminya. Setelah kepergian ibu dan ayahnya yang mau mengantar ibunya terlebih dahulu, Lia sendirian di kamarnya.

Pikirannya masih berkelana ke sana kemari, hatinya masih tidak menerima bahwa semua ini hanyalah mimpi.

Apakah selama ini gue cuma Mimpi?

Lalu bagaimana dengan bekas gigitan yang benar-benar tercetak jelas di bahunya? Ataukah itu karena kecelakaan nya?

Tapi semua ini terlalu nyata untuk di katakan hanya sebuah mimpi.

I'm Mate a Werewolf!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang