Matahari terbit dari arahnya, sinarnya seolah memberi tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang baik. Dua burung cantik hinggap dengan sempurna di ranting-ranting pohon. Lalu berkicau ria, seakan membangunkan Lia yang saat ini masih tertidur dengan nyenyak.
Gadis cantik berkulit kuning Langsat itu pun perlahan membuka matanya, menguap sebentar lalu merenggangkan otot-ototnya. Lia perlahan bangkit dari posisinya lalu berjalan menuju jendela yang memperlihatkan burung-burung yang berkicau itu.
"Terimakasih burung kecil" ucap Lia.
Sekitar dua puluh menit berlalu, Lia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung pada lehernya. Lia berjalan menuju lemari berwarna hitam dan putih. Setelah siap Lia segera bergegas keluar dari kamarnya, dan berjalan ke ruang makan yang terletak di belakang.
Seperti biasa, rumahnya sunyi. Selalu sunyi. Kedua orang tua Lia masih tertidur pulas di balut selimut yang hangat. Memang, rumah Lia terletak di salah satu dataran tinggi di daerah jawa barat, menjadikan suhu di sana saat pagi hari terasa sangat dingin.
Saat pertama kali pindah ke daerah ini, sekitar tahun 2004 saat lia masih berusia 2 tahun, ibunya berkata bahwa ia tidak bisa mandi sama sekali, karena air disini seakan membuatnya menjadi batu es.
Lia melihat jam di lengannya, ternyata sudah pukul 06.05 WIB. Lia segera bergegas pergi ke garasi rumahnya dan mengeluarkan sebuah motor berwarna merah, ya memang Lia sering membawa motor ke sekolahnya walaupun tidak setiap hari, itu di karena kan sekolah Lia terletak di kota, sedangkan rumah Lia terletak di kampung dalam.
'Semoga menjadi hari yang baik! Semangattt' batin Lia seakan menyemangati dirinya sendiri, setelah itu dia menarik gas motornya dan melesat menembus kabut-kabut tipis di sepanjang jalan.
***
Lia's Pov
Seperti biasa, aku berjalan santai menuju ruang kelasku. Aku berjalan sambil memperhatikan sepatu ku yang jarang sekali di cuci. Hahaha. Masa bodo dengan sepatu ini. Ya walaupun teman-teman ku sering mengkoreksi cara berpakaian ku yang terkesan norak, tapi aku tidak peduli. Persetan dengan perkataan orang lain!
Aku berjalan menuju kursi ku yang terletak di sudut paling belakang, di sana sudah ada sahabat karib ku yang sedang sibuk mengutak atik ponselnya. Sepertinya dia belum menyadari kehadiran ku. Aku menarik kursi sambil pura-pura tidak melihatnya, lalu dia seakan tersadar akan hadirku langsung berteriak di depan telinga ku.
"Liaaaaaaaaaaa!!!!"
Aku mendengus, lalu menatapnya dengan malas. "Apa sih! Sakit nih telinga gue!" ujar ku.
"hehehe, maaf maaf. Habisnya... Gua terlalu seneng ketemu sama Lo."
Risti Larasati. Aku baru berteman dengan nya beberapa bulan, tapi terasa seperti telah bertahun-tahun lamanya. Hahaha lebay memang, tapi memang begitu nyatanya. Risti adalah anak yang aktif dan sangat mengasyikkan, dia adalah gadis aneh yang pernah aku temui. Dia tidak cantik seperti kebanyakan wanita, dia manis. Berkulit sawo matang, matanya sangat lebar dan seperti mata seekor panda.
Aku tidak menanggapi ucapannya, percuma saja mending kembali memfokuskan diri pada handphone yang sedari tadi ku acuh kan. Aku membuka Wattpad, tempat ku bisa berimajinasi, tempat ku mengalihkan pikiran ku dari rumitnya sekolah hahaha. Padahal, saat pelajaran berlangsung pun aku jarang sekali memperhatikan guru, aku terlalu memfokuskan diri pada cerita yang aku baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Mate a Werewolf!!
Werewolf[ON GOING!!!!] Sejak bertemu dengannya, tidak, bukan, melainkan sejak terjadinya kecelakaan itu, kehidupan ku berubah 180° derajat. Aku tak habis pikir dengan takdir yang tuhan berikan kepadaku. Apa semesta sedang mempermainkan ku? Oh sungguh ini t...