[✔] LEMONADE

LEMONADE - O8

Saat ini, Joanna tengah duduk dibawah ring basket dengan kipas portable mini berwarna pink ditangannya.

Ia menemani Naren yang katanya ingin bermain basket, melihat bagaimana kekasihnya tidak pernah meleset saat mencetak bola pada ring satunya.

"Mukanya dari kemarin sepet banget, kenapa by?" Tanya Naren, mengambil duduk disebelah Joanna dan menerima uluran botol air mineral.

"Kania kalau diliat-liat cantik ya?" Tanya Joanna.

"Kok tiba-tiba nyambung kesana?"

"Dia suka sama kamu tau, Ren!"

Bukannya ngeri melihat Joanna dalam mode buas nya, Naren malah terkekeh lalu menggosok kening gadis itu dengan kepalan tangan, jangan lupa senyuman manis nya yang menambah ketampanan seorang Naren.

"Iya emang dia cantik, Na."

"Tuh, kan!"

"Tapi untungnya sih aku lebih dulu kenal sama kamu ketimbang dia, coba kalau engga? Bisa aja yang jadi cewe aku sekarang malahan Kania."

Joanna menoleh lalu menoyor pelipis Naren pelan. "Kok pake diperjelas sih akhirnya? Suka ya kamu sama dia?"

"Ckckck, siapa sih yang gak suka cewe cantik Na? Cowo yang udah punya pacar aja kadang suka khilaf kalau didepan nya ada cewe bening." Gamblang sekali mulut Naren berbicara seperti itu sampai membuat Joanna tidak tahan mengapit mulut itu dengan jemari nya.

"Ini mulut aku jahit juga lama-lama!" Seru nya dengan wajah kesal.

Tidak lama, akhirnya Joanna pun melepaskan capitan bibir Naren lalu memukul nya pelan. "Ngadi-ngadi lagi, nih bawah sepatu aku siap mendarat dimulut kamu." Ancam Joanna.

"Aku belum selesai. Kamu tau gak sih alasan aku selalu minta kamu gak usah make-up tebel-tebel? Soalnya kamu tuh cantik nya bahaya Na ntar banyak cowo yang suka aku yang ribet harus ngekepret mereka pake uang." Jelas Naren membuat Joanna sedikit tertawa.

"Iyalah! Orang tua aku kerja, banting tulang buat anaknya dan aku harus nunjukin hasil kerja keras mereka! Ya dengan aku jadi cantik lah! Makanya aku juga beruntung ketemu sama kamu, kayaknya masa depan aku bakal terjamin dan gak bakal diajak susah bareng."

Naren menggeleng lalu mengacak surai kecoklatan Joanna dengan gemas. "Kalau sama aku sih gak bakal susah Na. Aku mau nanya deh menurut pandangan kamu, kalau ada cowo yang ngajak kamu susah bareng tapi ngejamin cinta, kamu mau?"

Dengan tegas, Joanna menggeleng. "Aku bukan matre atau apa tapi terserah lah ya mau dibilang gitu aku juga gak peduli. Aku jujur dari hati nih, aku gak bakal mau diajak susah bareng disaat orang tua aku mati-matian ngehidupin aku, ngebuat hidup aku enak dan gak ngebiarin anak nya susah. Masa ujuk-ujuk cowo dengan modal cinta mau ngajak susah bareng? Gila kali ah!"

"Ini menurut aku aja sih, gatau pikiran cewe diluar sana gimana tapi emang papa juga selalu bilang, cari suami yang emang bisa menuhin gaya hidup kamu tapi walau pun gitu tetep harus dilatih buat ngontrol keuangan kedepannya."

Naren tersenyum, menatap Joanna berbinar karena penuturan panjang yang gadis itu lontarkan padanya. Ah Joanna dan pikiran realistisnya.

"Kayaknya kalau kamu bahas ginian sama Viona, bakal beda lagi." Cetus Joanna pada Naren.

"Emang bakal gimana?"

Bahu Joanna terangkat bersamaan hembusan nafas. "Kamu tau dia anaknya soft banget, dia cewe perasa. Dia pikir, nikmatin hidup dari nol sejak awal itu justru bagian dari hidup. Bareng-bareng dari susah sampai sukses, Viona pikir itu tantangan hidup yang emang semua orang harus jalanin sama pasangannya." Jelas Joanna mengusap wajah dengan tisu.

"Pola pikir orang beda-beda memang," gumam Naren.

Empat gadis dengan pola pikir yang berbeda disatukan dalam lingkaran persahabatan, membuat Naren terkadang kagum akan keempatnya.

"Kalau Jordan sama Alicia gimana menurut kamu?" Tanya Naren, keduanya malah membahas teman-teman mereka untuk dijadikan bahan obrolan saat ini.

"Alicia itu punya prinsip, bahkan dari kecil udah nanemin hal itu didiri dia sendiri. Jangan ngandelin kekayaan cowo, dia juga harus jadi cewe kaya. Jadi, imbang kan tuh? Tau sendiri Al gimana, dia bukan tipe cewe menye-menye yang bakal pasrah sama keadaan justru dia bakal memutar balikan hal itu. Kayak ah apasi cewe sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya bakal ngurus rumah tangga?"

" - justru itu jadi motivasi buat Al sekolah tinggi-tinggi, iya sih sekarang masih bandel tapi aku yakin sekali Al ngomong A pasti bakal dilakuin sama dia,"

Naren mengangguk setuju, biar tingkah Al seperti preman disekolah tidak dapat ditampik jika gadis itu memang berpikiran luas untuk dirinya sendiri.

"Jasmine-"

Joanna mengangkat tangannya. "Jasmine sejahtera lahir batin selamat sentosa dan terjamin hidupnya sama Radja." Potong Joanna membuat mereka berdua lantas terbahak bersama.

Tbc.

.

.

.

Ku liat liat masi ada yang dendam sama Bina sampai ngebawa di Lemonade😭☝🏻

Kania sama Alana, Bina versi orkay nya😭🤏🏻