Barisan Para Mantan

1.5K 106 0
                                    

__

"Sembarangan kamu, Vio," dia malah tertawa, tanpa rasa bersalah. "Eh! iya, di sana ada barang yang cocok buat kamu. Biar tubuh kamu tumbuhnya ke atas engga ke bawah." Wanita bernama Viona itu mencebik kesal kepadaku.

Kang Anam yang semula terlihat kesal, sekarang dia malah tertawa melihat wajah Viona yang berubah memerah.

"Roland! Menyebalkan."

Aku tertawa melihat ekspresinya yang sudah kesal. "Kamu cari apa?"

"Eh iya, jadi lupa gara-gara kamu sih! Itu, aku cari ...."

"Roti yang ukurannya 30 senti sama ada sayapnya, memang ada gus?" Itu kang Anam yang menjawab.

Aku mengerti dan langsung pergi ke ruanganku. Karena memang barang yang dia cari belum aku masukkan ke dalam stok barang, jadi barangnya belum di pajang di rak.

"Ini." aku memberikan kepadanya langsung.

"Kalau itu sih, saya juga tahu mbak. Tinggal bilang pembalut kan enak dari tadi. Enggak usah muter-muter ke roti dulu."

Aku tahu Viona pasti malu ingin mengatakan sejujurnya. Karena bagi perempuan itu merupakan hal yang sensitif.

"Totalnya..."

"Biar kang enggak usah bayar, kasih saja sama dia," aku memotong perkataan kang Anam.

"Jangan, Land. Nanti kamu dimarahi sama bos kamu loh."

"Tenang, nanti aku yang bayari."

"Ya sudah, kalau kamu yang maksa dan aku enggak bisa menolaknya. Thanks ya."

Dasar ya kaum wanita, tinggal bilang terima kasih saja kan lebih cepat enggak usah berbelit-belit. Ujung-ujungnya juga bakal bilang terima kasih.

"Boleh enggak minta bantuan sekali lagi."

Aku mengangguk dan berpaling, karena tidak tahan terlalu lama melihat Poppy eyes-nya.

"Aku numpang kamar mandi, ya?"

Aku mengangguk, "ikut aku."

"Kamu enggak bakal macam-macam kan, Land."

Apa lagi sih cewek satu ini. Selalu berpikiran buruk. "Aku semacam doang kok. Tuh, kamar mandinya. Jangan lupa di kunci. Di sini penghuninya pejantan semua."

Aku menunjuk pintu kamar mandi yang terdapat di bagian luar toko. Aku memang sengaja menekankan kata 'pejantan', biar dia ketakutan sekalian. Padahal aku jamin semua karyawanku tak akan ada yang berbuat hal aneh.

"Biasa saja kali ngomongnya, enggak usah di perjelas."

Lah tadi siapa yang main tuduh orang, sekarang malah menyalahkan kalau aku kerjain sekalian.

"Atau kamu butuh bantuanku, Vio," jujur aku hanya iseng, tak ada niatan sekalipun aku akan membantu hal yang tabu bagiku.

"Roland! dari dulu tetap saya ya kamu brengs*k. Pergi sana!"

Salam Rindu dari Gus RasyidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang