Baru diunboxing

941 53 3
                                    

Rasyid Arroland pov


“Jangan gila kamu, Nada!” teriakku pada Nada.


Aku menahan tangan nada yang tengah berusaha merobek jahitan luka di pergelangan tangannya, akibat ulah dia yang ingin mempertaruhkan nyawanya. Entah sudah yang ke berapa aku harus menggadaikan batasanku terhadap yang bukan muhrim. Dan itu semua gara-gara Nada.


Heran saja dengan dia, bisa-bisanya nyawa enggak ada artinya bagi dia. Memang kalau dia mati urusannya bakalan kelar. Dia enggak tahu apa, atau pura-pura belum tahu? Dengan situasinya seperti sekarang, pasti yang akan menemuinya di dalam kubur adalah malaikat Munkar. Malaikat Nakir enggak mungkin bakalan datang, lirik dia pasti enggak.


Sok tahu aku ya?


Tapi memang benar, kan? Kalian lihat sendiri, dia statusnya masih perawan, tapi sudah curi start melebihi istriku. Wanitaku saja masih baru diunboxing, lah dia sudah bunting duluan.


Astagfirullah! Untuk Nada, semoga dia cepat insaf.


Dan, untuk istri tercintaku, terima kasih karena telah menjaga sesuatu yang sangat berharga. Terima kasih juga, karena mempercayakan kepadaku untuk membuka segelnya.


Jangan treveling dulu pikirannya, maksudnya buka segel itu, segelnya minuman yang dalam kemasan itu. Iya benar, yang kayak botol, kan dia kesusahan kalau buka sendiri. Jadi enggak salah kan, kalau aku bantu dia.


Lupakan segel dan kembali lagi kepada Nada, dia sekarang sudah menatapku tajam. “Memang aku sudah gila. Aku gila karena, Mas. Sejak pertama bertemu Mas, aku sudah langsung jatuh cinta sama Mas. Tapi bagaimana tanggapan, Mas? Mas biasa saja, seakan menganggapku tak pernah ada,” katanya dengan emosi yang menggebu.


“Nada, sedari awal aku sudah tekankan, aku hanya menganggapmu sebagai adikku.”


“Iya aku sudah tahu! Karena sejak saat itulah aku hancur. Aku mulai pergi mencari pengganti, aku berikan semua hatiku kepada orang yang selalu bilang dia mencintaiku. Bahkan aku tak ragu meski dia meminta kehormatanku. Semua itu demi apa? Demi aku bisa melupakan, Mas. Tapi apa balasan Tuhan kepadaku? Saat aku sudah merelakan semuanya untuk orang lain, dengan mudahnya Dia membuat orang itu pergi meninggalkanku. Apa aku tidak berhak dicintai, Mas? Kenapa ini tidak adil?”


“Nada istigfar! Kamu harus ingat, Allah tidak akan membebankan sebuah cobaan kepada umatnya melebihi batas kemampuannya. Jadi, kamu harus percaya bahwa kamu bisa melewati setiap masalah yang kamu hadapi.”


“Tapi aku capek, Mas. Walaupun aku tidak mengakhiri hidupku sendiri, nyawaku juga tak akan lama lagi. Ayah tetap akan membunuhku, Mas. Aku ini aib, aku sudah mempermalukan mereka.”


Aku berdiam sejenak, memikirkan cara yang tepat agar tak ada seseorang yang rugi sedikit pun dari awal. Perihal dia yang pernah menyukaiku, lupakan. Lagi pula dia sudah mendapatkan pengganti. Karena memang sedari awal aku tidak pernah menyuruh orang yang mencintaiku untuk jatuh cinta kepadaku. Jadi aku tidak salah kan, kalau aku tidak bertanggung jawab jika sewaktu-waktu orang lain ke bawa perasaan. Termasuk dia.

Salam Rindu dari Gus RasyidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang