Jangan samakan aku denganmu, yang mudah mempermainkan hati orang lain.
***
Bella dibuat terkejut, saat pertama kali dirinya membuka mata berada di tempat yang terasa asing baginya. Berusaha untuk bangkit, namun rasa pusing kembali membuat tubuhnya tak bisa seimbang dan tak cukup kuat untuk bangun.
"Bel, kamu sudah bangun? Gimana kondisimu sekarang? Masih ada keluhan."
Bella memicingkan mata melihat sosok pria yang sedang berdiri di sampingnya tidur. "Aku di mana, Afan? Kenapa kamu bisa ada di sini?” tanyanya mulai curiga.
"Sebelumnya aku minta maaf, aku bawa kamu tanpa seizinmu dulu. Tetapi karena ini sudah darurat, terpaksa aku bawa kamu. Kamu tadi pingsan di mobil. Kebetulan aku pas jalan di sana. Ya ... singkatnya aku bawa kamu kemari. Maaf juga, karena darurat aku terpaksa bopong tubuh kamu."
Bella mendesah pasrah, dengan keadaan yang mengimpitnya menerima hal yang paling dia hindari. Bisa-bisanya tubuhnya selemah itu, hingga merepotkan orang lain, bahkan melibatkan seorang pria. Rupanya dia sampai pingsan saat menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya tadi dan harus berakhir di rumah sakit.
"Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Afan dan Bella mengangguk pelan.
"Jangan terlalu banyak pikiran. Istirahat yang cukup. Jangan bebankan dirimu dengan hal yang berat. Pikirkan juga apa yang ada dalam perutmu."
Bella terdiam mencerna maksud dari perkataan Afan. Apa mungkin lambungnya tengah bermasalah, karena memang akhir-akhir ini dia tidak memperhatikan pola makannya. Pagi tadi, dia hanya sarapan barang tiga suapan. Mungkin itu yang menyebabkan tubuhnya lemah.
"Si Roland, eh! Gus Rasyid maksudnya. Dia nggak bisa jaga kamu, ya? Atau dia nggak bisa memperlakukanmu dengan baik gitu? Sampai kamu bisa sestres ini. Kamu tertekan ya, selama ini?"
Bella terkejut dengan perubahan sikap Afan. Selama dia mengenal Afan, tak pernah sekalipun Afan akan mudah menuduh orang lain. Apalagi, dikit-dikit dia selalu berbicara yang berkaitan dengan Hadish, kaidah dan lain sebagainya yang berhubungan dengan keagamaan.
“Kenapa? Bingung ya?” tanya Afan yang seakan tahu dengan Bella yang sedang penasaran dengannya. “Capek tahu Bel, berpura-pura. Aku sudah kalah, bahkan sebelum berjuang. Nggak nyangka sih, kamu bisa mau sama Gus Rasyid. Setelah apa yang dia lakukan sama kamu.”
“Afan, kamu ngomongin suami orang di depan istrinya, loh. Emang kamu nggak takut aku laporin sama Gus Rasyid?”
“Laporin aja sana! Cuma Gus Rasyid doang ... kecil,” ucap Afan sambil menjentikkan jarinya, meremehkan.
“Ternyata sifat asli kamu kayak gini, ya?” tanyanya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu dari Gus Rasyid
RomanceBagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan hanya sekedar pertemuan biasa, tapi pertemuan ini akan membuat mereka terus terikat dalam sebuah ikatan pernikahan. Rasyid Arroland, seoran...