Di siang menjelang sore ini, Bella sedang mengikuti acara Sholawatan di Pondok Pesantren yang di asuh Kyai Lutfi, mertuanya. Acara ini merupakan acara yang rutin dilaksanakan setiap hari Jum’at Manis dan dihadiri oleh warga di sekitar Pondok Pesantren. Bahkan tak jarang para wali murid banyak juga yang hadir. Kegiatan rutin ini memang sudah berlangsung sejak lama, bahkan semenjak dirinya masih menyantri di sini dulu.Acaranya berlangsung dari jam satu siang dan berakhir sampai jam empat sore. Semua orang yang hadir bersuara dengan kompak, melantunkan Sholawat Nabi. Semata-mata berharap di akhirat kelak mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW.
Seseorang yang bersholawat akan diberikan banyak keutamaan dan kebaikan. Seperti yang sudah disabdakan oleh Rasulullah SAW, dalam Hadis Riwayat Ibnu Majah dan Tabrani, ‘Jika orang bershalawat kepadaku, Maka malaikat juga akan mendoakan keselamatan baginya, untuk itu bershalawatlah, baik sedikit ataupun banyak.’
Dan masih banyak lagi keutamaan dan juga kebaikan dari bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Shalawat juga merupakan bukti sebagai tanda kecintaan diri sendiri kepada Nabi Muhammad SAW.
Di penghujung acara ditutup dengan acara doa bersama dan dipimpin oleh Gus Ali atau yang lebih sering disapa Ustadz Ali. Suara merdunya menggema memenuhi seluruh penjuru pesantren, membuat semua orang yang mendengarnya larut dalam buaian bait doa. Perlahan menyelusup ke dalam hati, membawa buliran bening yang tiada hentinya berjatuhan. Mereka aminkan semua doa yang di langitkan, berharap akan sampai kepada Sang Pemilik Kehidupan dan juga kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW.
Bella pun sama seperti orang lainnya, selalu tersentuh kala suara merdu itu menyapa telinganya dan memaksa menyusup ke dalam hatinya. Tetapi selalu berakhir dengan air mata kekecewaan.
Kenapa harus ditakdirkan seperti ini?
Perasaan Bella tergoyahkan kembali, apalagi mendapati suaminya yang sepertinya tidak begitu serius dalam mempertahankan keutuhan rumah tangga ini. Terbukti dengan masih ada wanita di sekelilingnya, membuatnya tak mudah percaya dengan perkataannya yang selalu bilang “Aku sudah berubah, Dek.”
Hati ingin percaya tapi logika membuat otaknya menyadari, apakah harus mempercayainya?
Setelah acara selesai, Bella berjalan beriringan bersama Umi kembali ke kediaman utama, yaitu rumah mertuanya.
“Kamu beneran enggak mau menginap di sini saja, Nduk?" tanya Umi saat sampai di ruang tamu.
“Lain kali, Umi. Kasihan Gus Rasyid juga, kalau harus repot-repot menjemput besok pagi. Pekerjaannya sedang sibuk, aku tidak tega mau mengganggunya.”
Memang tadi Bella berangkat sendiri dari rumah, karena sang suami sedang berhalangan untuk hadir. Katanya dia sedang ada proyek lagi, mau membuka cabang di kota sebelah. Sebenarnya bukan kasihan mau merepotkan, tapi kasihan kalau mengganggu waktunya bersama wanita-wanita di luar sana.
Memang, Bella tak banyak mengetahui tentang Gus Rasyid selama delapan tahun terakhir. Entah perubahan-perubahan sikap yang memang murni telah berubah, tetapi tetap tidak mudah dipercayanya. Dia merupakan tipikal orang yang akan percaya jika sudah melihat buktinya secara langsung. Dan selama dia menikah dengan Gus Rasyid, tidak ada bukti signifikan yang mengarah suaminya sudah berubah. Dirinya juga merasa enggan untuk mencari tahu keadaan yang sebenarnya.
Trauma? Tentu saja. Dirinya masih takut jika hatinya terpaut kembali, sedangkan sifat Gus Rasyid tak pernah berubah. Dia tidak ingin selalu diduakan seperti dulu, yang bahkan bisa lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu dari Gus Rasyid
RomanceBagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan hanya sekedar pertemuan biasa, tapi pertemuan ini akan membuat mereka terus terikat dalam sebuah ikatan pernikahan. Rasyid Arroland, seoran...