Wanita Pengirim Pesan

865 66 2
                                    


Ting

Bella yang hendak bangun dari posisi duduknya, urung ketika mendengar suara notifikasi pesan masuk ke ponsel suaminya. Terlihat sebuah pesan yang tertuliskan di layar ponsel yang masih hidup.

Terima kasih, Mas. Udah mau bantuin aku, sampai bela-belain pulang malam.

Belum sempat dia membaca nama pengirimnya, layar ponselnya sudah mati. Mendadak Bella menjadi gelisah karena rasa penasaran. Ingin membuka, namun takut dia malah lancang membuka privasi orang lain. Sebetulnya dia juga sudah lancang, membaca pesannya barusan. Entah sudah yang ke berapa kali dia lancang mengorek privasi suaminya, tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Mendengar tak ada lagi suara air di kamar mandi, dia segera menuju lemari, berjalan dengan kaki yang sedikit pincang karena masih terasa sakit. Malu rasanya, jika suaminya keluar dari kamar mandi, masih mendapati dirinya yang hanya dalam balutan handuk kimono.

Dengan gerakan cepat dia berganti baju sambil meringis menahan sakit. Benar dugaannya, tepat saat dia meraih hijab instannya, suaminya keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian perut hingga lututnya.

“Kalau khawatir lukanya basah lagi, mending tayamum aja, Dek.

Dek?

Bella meringis mendengarkan nama panggilannya yang diganti oleh Gus Rasyid. “InsyaAllah, sudah aman kalau aku ambil wudhu lagi, Gus.” Memang dia sebelumnya sudah berwudhu, namun batal karena telah disentuh oleh suaminya.

“Ya udah, aku tunggu. Kita Shalat berjamaah.”

Di ambang pintu Bella berbalik lagi melihat suaminya yang sedang mengambil baju di lemari. Aneh saja, tak seperti biasanya, suaminya selalu rutin berjamaah ke masjid. Ini merupakan kali pertamanya mereka berdua Shalat berjamaah di rumah.

Mereka berdua Shalat Subuh dengan khusuk. Gus Rasyid melangitkan doa-doanya dan tiada henti juga mengucap syukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan dalam hidupnya. Ditambah sempurna lagi dengan kehadiran Bella, yang perlahan mulai dia cintai. Di ujung doanya, dia harapkan agar hati istrinya bisa terbuka kembali untuknya. Melupakan hal-hal menyakitkan yang telah lalu.

Sehari sudah cukup dia merenungkan bagaimana perasaannya saat ini. Ada rasa cemburu, jika masih mengira Bella yang memiliki perasaan terhadap Mas Ali. Meski dia belum tahu pasti siapa pemilik ruang hati istrinya untuk saat ini.

Tapi tetap saja, hatinya terasa diremas jika mengingat kejadian saat tanpa sengaja dirinya memergoki kapan hari. Rasa tidak rela mulai timbul secara perlahan. Hingga kemarin pagi, saat perdebatan itu terjadi, hampir dirinya hilang kendali. Jika dirinya sudah gelap mata, dikhawatirkan perkataannya akan melukai hati istrinya kembali.

Setelah mengaminkan doa-doanya Gus Rasyid berbalik menghadap Bella, lalu dia ulurkan tangannya ke depan Bella. Kembali dia goyangkan tangannya saat tidak ada respons dari Bella.

Dengan terpaksa Bella mencium tangannya Gus Rasyid. Jika tidak ingat dosa paling sudah dia tolak mentah-mentah uluran tangan itu. Setelah mencium tangan, bukannya dilepakskan oleh Gus Rasyid, malah dia tarik. Bella yang pikirannya langsung treveling ke mana-mana dengan sigap menutupi keningnya dengan tangan yang berbalut kain mukena.

Tapi, Gus Rasyid tidak menyerah. Dia tetap melanjutkan niat awalnya hingga mencium kain yang menutupi kening istrinya. Sontak hal itu langsung membuat istrinya melotot tidak terima.

Salam Rindu dari Gus RasyidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang