“Sayang, apa tidak sebaiknya kita coba dulu ngomong sama Ayah? Aku yakin mereka bisa menerima, apalagi sudah ada janin kamu yang bersemayam di sini,” ucap Nada sambil meraih tangan Gerald, lalu diletakkannya di perut yang masih rata.
Tidak ada raut sedih ataupun takut dari wajah Nada, justru senyum manis tak pernah lepas sedikit pun dari bibir mungilnya. Di pikirannya, dia sudah punya satu alasan yang kuat untuk mempertahankan Gerald, satu-satunya orang yang dia cintai. Kehamilannya bisa menjadi perantara untuk mendapatkan restu kedua orang tuanya dan dia bisa segera menikah dengan Gerald.
“Sabar ya sayang, setelah proyekku berhasil, aku akan langsung datang melamarmu.”
Nada manyun merasa tak setuju dengan rencana Gerald yang selalu mengundur-undur waktu. Mengingat usia kehamilannya yang sudah memasuki usia tiga bulan, membuatnya tak sabar jika harus menunggu lebih lama lagi.
“Janji-janji terus, aku kenyang dengar janji kamu yang selalu diingkari.”
“Kamu tahu sendiri, ‘kan? Kondisi keuanganku sekarang bagaimana? Aku nggak tega jika sudah menikah nanti, malah akan mengajakmu hidup susah. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu.”
Sesederhana itu untuk meluluhkan hati seorang Nada. Hanya dengan memberi janji yang tak pasti sudah bisa membuatnya tersenyum ceria kembali. Dia rapatkan kembali pelukannya ke tubuh Gerald yang tidur di sampingnya, seakan tidak rela jika berjarak sebentar saja.
“Sayang, mulai besok aku harus ke luar kota. Untuk mengecek perkembangan proyekku bersama teman, yang aku ceritakan kapan hari,” lanjut Gerald.
Senyum di bibir Nada luruh kembali, dia mendongak menatap wajah Gerald dengan sinis. Rasa khawatir kembali menyelimuti hatinya.
“Sayang mau lari?”
“Ngapain lari, jalan aja lebih enak, gak capek.”
“Ih ... aku serius gak usah bercanda.” Nada kesal, langsung melepaskan pelukannya dan beralih memunggungi Gerald. Air mata sudah membasahi pipinya yang mulai terlihat chubby.
Perlahan Gerald memeluk Nada dari belakang. “Rencananya, jika proyekku selesai, aku akan langsung menikahimu. Maka dari itu, aku harus segera menyelesaikan proyek ini,” rayu Gerald.
Tidak bisa dipungkiri, perlahan Nada kembali tersenyum, merasa dirinya sedang diperjuangkan oleh Gerald. Tak salah lagi, dia pilih calon suami yang tepat seperti Gerald. Pria yang paling bisa mengerti dirinya.
**
Hanya dengan melihat wajahnya kembali, bisa membuat bibir enggan untuk berhenti tersenyum. Rasanya bunga-bunga di hati mulai bermekaran dan kupu-kupu yang indah menari-nari di dalam sana. Sesederhana itu, jika mencari kebahagiaan dari seorang yang dicintai. Tidak perlu hal yang mewah, karena dengan berada di dekatnya bisa menghadirkan rasa nyaman.
Seperti yang dirasakan Gus Rasyid sekarang, bibirnya tidak terasa lelah karena tersenyum sedari tadi. Sama halnya dengan anak kecil yang mendapatkan mainan baru, bahagia rasanya. Saat pertama kali membuka mata, pemandangan yang dia lihat adalah wajah istrinya. Bella tidur dengan posisi duduk, dan menjadikan pahanya untuk bantalan kepala Gus Rasyid. Seakan terbang ke langit, mendapatkan perhatian dari istri yang dia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Rindu dari Gus Rasyid
RomanceBagaimana jadinya jika harus dipertemukan lagi dengan manusia yang bernama 'MANTAN'. Bertemunya kembali bukan hanya sekedar pertemuan biasa, tapi pertemuan ini akan membuat mereka terus terikat dalam sebuah ikatan pernikahan. Rasyid Arroland, seoran...