18 [ LCY ]

305 55 17
                                    

Happy Reading!!

Chaeyoung saat ini sedang duduk termenung di taman belakang sekolah, selama seminggu ia tidak bertemu kembarannya Chaeyeon dan akhirnya tadi ia bertemu dengan Chaeyeon setelah sekian lama, meski Chaeyeon selalu menghindarinya tapi ia senang bisa melihat Chaeyeon.

Chaeyoung duduk dengan kepala menunduk menatap sepatunya, ia ingin sekali memeluk Chaeyeon dan mengatakan "aku sangat merindukanmu Yeonnie" namun sepertinya itu tidak akan pernah terjadi karena kenyataannya Chaeyeon telah membencinya.

-
-
-
-

Chaeyeon berada di Roftoop sekolah bersama kedua sahabatnya, dari atas ia bisa melihat kembarannya Chaeyoung sedang duduk sendirian di taman belakang, jujur saja Chaeyeon juga sangat merindukan kembarannya namun ia tidak ingin Chaeyoung ikut di benci oleh keluarganya jika sampai berinteraksi dengan dirinya.

"Aku tau kau merindukan kembaranmu Chaey" seru Yeji sambil menepuk pundak Chaeyeon.

Chaeyeon memandang kembarannya dengan tatapan rindu sekaligus sedih.

"Jika kau merindukan kembaranmu temuilah Chaey, aku juga kasian dengan Chaeyoung karena kau selalu menghindarinya"

"Aku tidak bisa Ji" Chaeyeon menggeleng.

"Kenapa? Apa yang kau takutkan Chaey? Kau tidak kasihan melihat Chaeyoung yang selalu murung karena kau selalu menghindarinya?"

"Yeji benar Chaey, aku tau ini mungkin sulit tapi jujur saja aku juga sedih melihat kalian seperti ini, aku tau kau menghindar dari Chaeyoung karena kau takut Chaeyoung akan di benci seperti mu kan?"

Chaeyeon menunduk dalam yang di katakan Nancy memang benar, Chaeyeon hanya tidak ingin Chaeyoung juga berakhir seperti ini, walaupun Chaeyeon sempat kecewa terhadap kembarannya tapi tidak bisa pungkiri bahwa Chaeyeon benar-benar menyayangi saudara kembarnya itu.

"Pergilah Chaey, dan katakan mengapa selama ini kau menghindar darinya, jika kau terus menghindar semua masalah ini akan semakin rumit"

"Haruskah?"

"Tentu, lihat Chaengie dia begitu menyedihkan di sana, temui dia dan jelaskan semuanya"

Chaeyeon menghembuskan nafas gusar "Baiklah, aku akan menemuinya"

"Good, Fighting Lee Chaeyeon!"

-
-
-
-

Chaeyeon sudah di taman belakang untuk menemui kembarannya, ia bisa melihat wajah yang sama persis dengannya terlihat murung.

Perlahan Chaeyeon mendekati kursi yang sedang di duduki Chaeyoung, ia yakin Chaeyoung belum sadar akan kedatangannya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Chaeyeon masih terkesan dingin.

Chaeyoung tersentak kaget lalu menatap Chaeyeon dengan tatapan tidak percaya, sungguh ia tidak percaya jika di depannya ada Chaeyeon sang kembaran.

"Apa aku sedang berhalusinasi?" gumam Chaeyoung lalu menepuk pipinya.

"Berhenti menepuk pipimu, kau tidak bermimpi ataupun berhalusinasi, ini aku Lee Chaeyeon kembaranmu!"

"Chaeyeon?" gumam Chaeyoung lalu menerjang tubuh Chaeyeon dan memeluknya dengan erat.

Hiks hiks hiks

"Chaeyeon aku merindukanmu aku merindukanmu hiks" gumam Chaeyoung dengan isakan yang terus keluar dari bibirnya.

Chaeyeon diam ia belum membalas pelukannya, melihat Chaeyoung seperti ini membuat dirinya terluka perlahan tangannya terangkat untuk membalas pelukan kembarannya di susul dengan usapan lembut untuk menenangkan Chaeyoung.

"Maafkan aku Youngie, aku di sini~"

Chaeyoung melepaskan pelukannya lalu menatap Chaeyeon "Chaeyeon mengapa kau menghindar selama ini? Apakah Appa yang menyuruhmu untuk menjauhiku?"

Chaeyeon diam tidak menjawab pertanyaan kembarannya ia hanya diam dan menunduk.

"Chaeyeon kenapa kau diam? Apa ucapan aku benar? tolong jawab Chaeyeon-ah" desak Chaeyoung.

"Maafkan aku Chaeyoung-ah, lebih baik kau jauhi aku, aku tak ingin kau berakhir seperti ku"

"Apa maksudmu Chaeyeon-ah? Ku mohon jangan seperti ini hiks--

-- Apa kau tak menyayangi aku lagi? Mengapa kau jahat Chaeyeon-ah? Aku hanya ingin bersamamu seperti saudara kembar lainnya, namun mengapa itu sangat sulit bagiku? hiks"

Chaeyeon mendekati kembarannya kemudian merengkuh tubuh Chaeyoung "Maafkan aku Chaeyoung-ah, dengar! Aku sangat menyayangimu lebih dari apapun, aku melakukan ini karena aku tak ingin kau ikut menderita seperti ku, cukup aku yang merasakan pahitnya hidup ini, ku mohon jangan seperti ini Chaeyoung-ah untukku kebahagiaanmu lebih penting" lirih Chaeyeon mencoba untuk menenangkan kembarannya.

Chaeyoung mendorong pelan tubuh Chaeyeon "KENAPA KAU SELALU SEPERTI INI CHAEY? KAU SELALU MENGUTAMAKAN KEBAHAGIAAN ORANG LAIN TAPI KAU SENDIRI BUTA AKAN KEBAHAGIAAN DIRIMU SENDIRI? hiks SUDAH CUKUP SELAMA INI AKU DIAM DAN HANYA MENYAKSIKAN BETAPA BODOHNYA DUNIA INI MEMBERIKAN LUKA PADA GADIS SEPERTIMU CHAEY" teriak Chaeyoung dengan nafas memburu.

Chaeyeon kehilangan kata-kata, jika di tanya mengapa ia melakukan ini semua maka jawabannya adalah karena ia sudah lelah menjalani hidupnya, ia tidak peduli dengan dirinya ia hanya menunggu waktu Tuhan menjemputnya.

"Chaeyeon ku mohon kembali seperti dulu, apa perlu aku harus memohon pada Appa agar ia memaafkan mu?" lirih Chaeyoung dan di balas kekehan miris oleh Chaeyeon.

"Semuanya terlambat Chaeyoung-ah, lupakan Chaeyeon yang dulu karena sekarang hanya ada Chaeyeon yang menyedihkan, tak ada kebahagiaan di dirinya"

"Tidak Chaey, aku mohon jangan menjauh dariku, aku mohon hiks aku mohon lakukan ini demi aku Chaey, aku menyayangimu sangat menyayangimu Chaey hiks" Isak tangis Chaeyoung semakin keras.

-
-
-
-

Di Roftoop sekolah Yeji dan Nancy sudah menangis, ini sangat menyakitkan dari pada apapun, dulu Chaeyeon memang dingin dan sedikit cuek namun Chaeyeon masih sering tertawa dan membuat lelucon bersama mereka, berbeda dengan sekarang Chaeyeon lebih tertutup dan sering membatasi diri, terkadang Yeji sering melihat wajah Chaeyeon pucat entah apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis berkulit putih itu.

"Yeji mengapa perasaanku tidak enak?"

"A-aku aku tidak tau Nancy, aku pun merasakan itu"

"Yeji semuanya akan baik-baik saja kan? Chaeyeon kita akan baik-baik saja dan bisa seperti dulu kan?"

Yeji menggeleng kecil "Aku tidak tau Nancy, jangan bertanya padaku, lebih baik kita turun sepertinya Chaeyeon butuh kita saat ini"

Nancy mengangguk lesu sebagai jawabannya.

-
-
-
-

Soobin berdiam diri di kamarnya sambil menatap langit-langit kamarnya.

Senyumnya tidak pernah luntur dari bibirnya. wajah manis, pipi chubby, rona merah, dan malu wajah seorang Chaeyeon masih terbayang-bayang di ingatannya.

"Kau sudah membuatku tidak waras Lee Chaeyeon" gumam Soobin.

"Aku berharap kau bisa menjadi milikku seutuhnya, aku mencintaimu Lee Chaeyeon sangat mencintaimu"

"YAK! CHOI SOOBIN KAU SUDAH GILA SENYUM-SENYUM SENDIRI!" teriak seseorang.


























Tiba-tiba aku ingin buat cerita ini sad ending hehe:) apakah kalian bersedia?

TBC..

PAINFUL LIFE [ Lee Chaeyeon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang