***
Dor!
Dorr!
Dorrr!
Seorang lelaki berlari begitu cepat, menghindari tembakan dari arah belakang. Lelaki itu berbelok dan masuk gang gelap bersembunyi di balik semak-semak dan bersandar di balik pohon dengan nafas terengah.
Kemeja putih yang ia kenakan sudah berlumuran darah milik orang lain, kancing atas kemejanya terbuka dua, wajahnya pun banyak lebam kebiruan, sudut mata, sudut bibir dan pelipisnya mengeluarkan darah yang mulai mengering.
"Sial! Kita kehilangan jejak!" umpat salah satu pria yang mengejarnya.
"Cepat cari dan tangkap dia! sebelum nyawa kita jadi taruhan!" perintah seorang lainnya lagi.
Tak lama, lelaki yang bernama Rafael itu mendengar suara langkah kaki yang menjauh. Merasa sudah aman, Rafael keluar dari persembunyiannya dan berlari keluar gang dengan terseok, karna salah satu kakinya terkena tembakan.
Saat di jalan besar, kakinya terasa lemas dan tak kuat melangkah lagi, hingga..
Brukk!
Tubuhnya menubruk sesuatu hingga ia terjengkang kebelakang dan sesuatu yang ia tubruk pun ikut menindihnya.
"Ahhk!"
Rafael membuka matanya saat mendengar pekikan kecil dari atas tubuhnya.
"Kamu gila, ya!" pekik kesal seorang gadis yang berusaha bangun dari atas tubuhnya.
Ntah setan mana yang merasukinya hingga Rafael menahan pinggang gadis itu yang akan pergi.
"Tolong" lirihnya mengerang kesakitan.
Gadis itu tampak berfikir, antara harus menolong atau di biarkan saja?
Jiwa kemanusiaan gadis itu meronta-ronta untuk menolong lelaki yang tak sengaja menabraknya itu.
"Baiklah, aku akan membawamu ke rumah sakit" ujar gadis itu membantu Rafael berdiri. Membuat lengan rafael merangkul tubuhnya yang kecil.
"Jangan, jangan kerumah sakit!" cegahnya membuat gadis itu mendelik kesal.
"Kau! --- "
"Aku ngga mau ke rumah sakit, cukup bantu aku mengobati luka ini"
Gadis itu kembali berfikir "ku antar kamu pulang"
"Jangan, kerumah mu saja"
"Jauh"
"Tinggal naik taxi, aku yang bayar"
Gadis itu hanya menghela nafas dan menggangguk menurut. Toh ia jadi tak harus mengeluarkan ongkos untuk pulang.
***
"Bodoh!" bentak Agler memukul perut salah satu orang suruhannya hingga terpental ke lantai.
"Kalian tak berguna!"
Dor!
Dorrr!
Agler menembak mereka semua yang berada di ruangan mewah itu hingga tewas di tempat. Membuat ruangan mewah itu penuh noda darah.
***
"Awww! Awwwsss!" ringis Rafael saat alkohol mengenai lukanya.
"Diem!" Alexa, gadis itu menaban dagu Rafael agar diam dan memudahkan ia mengobati luka yang ada di sudut bibir lelaki itu.
Ringisan yang ia buat sesakit mungkin agar gadis di depannya bersimpati dan tetap mengobatinya. Meskipun rasanya biasa saja.
Rafael menatap lekat wajah cantik yang tepat berada di depan wajahnya itu. Tentunya tanpa seperngetahuan Alexa. Mata coklat yang terasa membuatnya tenang, hidung mungil dan mancung, lalu matanya turun tepat pada bibir tipis merah alami gadis itu.
Jantungnya berdebar dengan sejuta rasa penasaran, Rafael menelan ludahnya hingga jakunnya naik turun, bagaimana jika ia mengecup bibir mungil itu? Bagaimana rasanya? Pasti sangat manis.
Merasa di tatap sedemikian rupa, gadis itu mengangkat wajahnya dengan kening berkerut heran dan protesan yang siap menyembur "kenap---"
Cupp..
Alexa membolakan matanya, terkejut. Jantungnya berdetak capat saat merasakan sesuatu yang lembut bergerak di atas bibirnya.
Rafael memejamkan matanya, menikmati rasa manis dari bibir gadis di depannya. Sesuai yang ia duga, jika bibir gadis itu sangat manis dan lembut.
Ntah karna terbuai atau apa, Alexa memejamkan matanya juga dan mengalungkan lengannya pada leher Rafael, membuat rafael menekan tengkuk gadis itu untuk memperdalam lumatannya.
Alexa tersentak kaget saat merasakan gigitan di bibir bawahnya yang lumayan kuat hingga mengeluarkandarah, membuka matanya dan kaget saat menyadari jika dirinya sudah terduduk di pangkuan lelaki itu. Sejak kapan? Dan kenapa Alexa tidak sadar dan malah terbuai, hanyut oleh cuiman pertamanya.
Rafael pintar dalam menyenangkan perempuan.
Rasa marah dan kesal membuatnya menggigit bibir bawah lelaki itu hingga melepaskan ciuman mereka.
"Ahhhhkk!"
Alexa bangkit dan tanpa ragu..
Plakk!
Menampar pipi kiri Rafael hingga luka yang mulai tertutup terbuka lagi dan mengeluarkan darah segar.
"Kenapa?" tanya Rafael terkekeh, dengan santai mengusap darah di sudur bibirnya dengan ibu jari dan menjilat bibir bawahnya yang berdenyut nyeri.
Tidak sakit. Tapi gigi Alexa lumayan tajam hingga membuat bibir bawahnya berdenyut.
"Brengsek!!" umpat Alexa lalu menarik telinga Rafael dengan keras hingga lelaki itu kembali meringis dan berjalan mengikuti langkah Alexa.
"Pergi dari rumahku dan terimakasih"
Brakk! Alexa menutup pintu dengan membantingnya, hingga menimbulkan getaran kecil di apartemennya.
"Gadis manis" lirih rafael memegangi telinganya yang memerah, lalu menyeringai.
"Kau milikku"
***
Ku posting ulang heheh
Siapa tahu ada yang masih ingat atau mungkin sudah lupa^^Ceritanya banyak yang ga nyambung, ditambah akan ku perbaiku dan mungkin akan ada perubahan alur juga.
Ya, selamat membaca^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend [TAMAT]
General FictionAlexa Diamon Rose. Gadis yang menjadi incaran seorang Rafael Adelio Raharja, seorang yang tak mengenal kata penolakan merasa tertantang karna ditolak oleh seorang gadis yang tak sengaja ia tubruk di tengah jalan. Perasaan nyaman dan debaran yang ra...