****
Alexa melipat bajunya dan baju Rafael yang sudah di setrika lalu membawa keranjang berisikan baju itu kedalam kamarnya dan membereskan lemari.
Saat selesai membereskan lemari, Alexa kembali menutup lemari itu dan tersentak kaget saat melihat Rafael sudah ada di depannya.
Namun, dengan cepat Alexa mengganti ekspresi nya menjadi datar dan berjalan kearah meja rias untuk melihat keadaan wajahnya sendiri. Berpura-pura sibuk meskipun terlihat sangat dipaksakan.
Alexa bisa merasakan jika Rafael mengikutinya dan berdiri tepat di belakangnya. Alexa menatap Rafael dengan heran saat lelaki itu menariknya untuk duduk di kursi dan dirinya berlutut di hadapannya.
"Sayang, jangan seperti ini. Lebih baik kita kerumah sakit, kita periksakan keadaan mu dan baby"
Alexa hanya diam, tak berniat menjawab atau bertanya. Bahkan meliriknya pun tidak. Alexa sangat tidak ingin membahas hal ini dengan Rafael.
Rafael menggenggam kedua lengannya dan sesekali mengecup punggung tangan Alexa. Mencoba membujuk Alexa untuk kesekian kalinya.
"Aku tidak ingin kamu dan baby kenapa-kenapa, kamu makan sedikit, dan terus bergerak kesana-kemari tanpa henti, kamu juga terus muntah-muntah. Aku hawatir---"
Rafael hampir saja terjungkal kebelakang jika tangannya tidak sigap menahan tubuhnya sendiri. Disaat dirinya ingin bersikap romantis, Alexa malah tiba-tiba berdiri dan berlari kedalam kamar mandi, menutup pintunya dengan jeblakan keras, memuntahkan kembali apa yang ada di dalam perutnya kedalam toilet. Meskipun yang keluar hanyalah cairan bening.
Ini yang menjadi kekawatiran Rafael, Alexa yang terus mual-mual dan muntah-muntah, membuat wajah Alexa pucat dan tidak mau memakan apapun. Berat badan Alexa juga pastinya akan menurun drastis.
Rafael mengusap wajahnya kasar dan mendudukan diri di pinggir kasur, tak lama Rafael melihat Alexa keluar dari kamar mandi dengan memegangi perutnya dan wajahnya yang pucat. Alexa terlihat menahan mualnya lagi dan rasa tak enak yang hanya bisa dirasakan olehnya seorang.
"Ayo ke dokter. Aku tak ingin terjadi apapun padamu" ujar Rafael menghampiri Alexa dan menarik lengannya.
"tidak mau" Alexa menyentak lengan Rafael dan berjalan ke arah nakas, meminum air yang ada di sana hingga habis.
Rafael menghela nafas kasar, kesabarannya terasa di peras dan dibuat naik turun"baik, aku tidak akan memaksamu untuk periksa ke dokter kandungan. Kita hanya akan periksa ke dokter wili dan mengambil obat darinya"
Dokter wili bukanlah dokter kandungan. Bagaimana jika Alexa salah minum obat dan itu akan membahayakan pada janinnya.
Walaupun Alexa marah pada Rafael, dirinya tetap tidak bisa menyalahkan bayi yang ada di perutnya. Jika Alexa menyalahkan dan menghukum bayi itu dengan cara seperti ini, maka dirinya tak jauh berbeda dengan keegoisan Rafael.
"Baik, kita periksa ke dokter kandungan" final Alexa mengambil jaket dari dalam lemari dan berjalan ke arah luar lebih dulu. Rafael langsung menyusulnya.
***
"Selamat ya, tuan Rafael dan nona Alexa. Bayi kalian sangat sehat dan kabar bagusnya bayi kalian kembar"
Mata rafael langsung berbinar saat mendengar kata kembar "pasti cantik seperti ibunya" seru Rafael membuat dokter itu terkekeh.
"Mungkin, karna jenis kelaminnya belum terlihat, umur kandungan nona Alexa baru menginjak 13 minggu dan jenis kelaminnya akan terlihat jelas sekitar umur kandungannya tujuh bulan"
Rafael tersenyum dan berkata dengan bangga "bagaimana dengan hubungan, apa tidakakan masalah, awww"
Alexa mencubit pinggang Rafael dan memelototi lelaki itu, meminta agar Rafael diam. Sejak tadi lelaki itu terus mengoceh ini-itu tanpa henti dan tak tahu malu. Lalu tatapan Alexa berpindah pada dokter yang ada di hadapnnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend [TAMAT]
Fiksi UmumAlexa Diamon Rose. Gadis yang menjadi incaran seorang Rafael Adelio Raharja, seorang yang tak mengenal kata penolakan merasa tertantang karna ditolak oleh seorang gadis yang tak sengaja ia tubruk di tengah jalan. Perasaan nyaman dan debaran yang ra...