***
Rasa penasaran Rafael pada tempat dimana kartunya yang harusnya ada pada Alexa ternyata hanya tipuan.
Agler sepertinya sudah memeriksa setiap inci saku Alexa dan membuang semua barang yang bisa memudahkan Rafael untuk melacak keberadaan Alexa.
Harusnya Rafael kembali berfikir sebelum menyimpulkan jika Alexa berada di dalam gedung kosong pinggir kota, rumah Alexis yang hampir dekat dengan perhutanan. Bagaimana mungkin Agler membawa Alexa kedalam sebuah gedung bekas tempat tinggal orang yang mereka sayangi di masalalu.
Kenapa Rafael tidak kepikiran kesana?
Tidak mungkin Agler akan membawa dan membunuh Alexia di tempat yang terdapat banyak kenangan indah itu.Di dalam rumah yang sudah kosong dan terdapat bekas kebakaran itu, Rafael menemukan kartu hitamnya berada di atas tumpukan sampah di sudut ruangan lantai dua.
Sial. Rafael benar-benar terkecoh.
Agler, bukanlah orang yang mudah untuk rmRafael tebak, lelaki itu pasti memiliki banyak kelicikan untuk membuatnya kesulitan.
***
Agler duduk di kursi kayu, tepat di depan Alexa yang terbaringlemah di depannya. Menatap Alexa yang masih memejamkan matanya, terbaring di lantai yang dingin dengan lengan yang terikat kebelakang, mata dan mulut nya ia ikat menggunakan kain dengan kuat, dan kakinya yang juga ia ikat agar gadis itu tidak bisa kabur.
Obat yang diberikan Agler cukup kuat untuk membuat Alexa tertidur selama satu minggu penuh di tambah akan ada efek halusinasi dan kejut yang akan membuatnya sangat tertekan. Jadi Agler tak perlu mengeluarkan tenaganya untuk membuat gadis itu jinak dan menuruti semua keinginannya.
Agler yakin, saat ini Rafael pasti sedang kelabakan mencari keberadaan Alexa. Padahal Agler membawa Alexa sangat jauh.
Paris.
Negara yang katanya penuh dengan keromantisan. Tapi berbeda lagi dengan Agler. Agler membawa Alexa ke paris bukan tanpa alasan. Dirinya hanya ingin membuat Rafael merasakan dan melihat dengan mata kepala Rafael sendiri. Bagaimana melihat orang terkasihnya tersiksa dan tiada di hadapannya sendiri. Tepat di tempat Alexis dulu menjadi gila dan memilih untuk bunuh diri tepat di depan matanya.
Flashback...
"Agler, ayo kejar aku!" teriak seorang gadis yang memakai dres putih selutut lengan pendek.
Gadis itu, Alexis.
Hari itu, cuaca sangat cerah. Dan Agler membawa kekasihnya berjalan-jalan ke sekitaran taman di kota paris.
"Alexis, tunggu. Kau curang," teriak Agler mengejar Alexis yang sudah berlari jauh darinya.
Alexis terus berlari ke arah jalan Raya. Suasana yang tadinya penuh dengan canda tawa berganti saat sebuah mobil hitam melaju dengan sangat cepat.
"Alexis, awas!" Agler mempercepat larinya dan terus berteriak meminta Alexis untuk berhenti berlari.
Namun Alexis tak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Agler karna jarak mereka cukup jauh. Hingga saat Alexis melihat kembali ke depan, mata Alexis langsung membulat kaget, kakinya seakan terpaku pada jalanan dan tubuhnya tak bisa digerakan sedikitpun. Hingga..
Brak!
Agler jatuh terduduk saat melihat tubuh Alexis tertubruk mobil itu dan terpental cukup jauh dari tempat kejadian.
"Alexis, tidak" lirih Agler, berusaha bangkit, walau terasa sangat sulit. Kakinya seperti kehilangan tulang. Sangat berat untuk melangkah, mendekati tubuh Alexis yang sudah bermandikan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend [TAMAT]
Ficción GeneralAlexa Diamon Rose. Gadis yang menjadi incaran seorang Rafael Adelio Raharja, seorang yang tak mengenal kata penolakan merasa tertantang karna ditolak oleh seorang gadis yang tak sengaja ia tubruk di tengah jalan. Perasaan nyaman dan debaran yang ra...