***
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Kini, usia kandungan Alexa sudah menginjak sembilan bulan dan selama itu juga hubungan Alexa dan Rafael semakin dekat dan membaik. Walau terkadang masalah selalu datang silih berganti, tetapi keduanya semakin kompak untuk selalu percaya satu sama lain dan membicarakan suatu masalah dengan baik-baik.
Perut Alexa yang dulunya datar, kini membulat besar karna ada dua kehidupan di dalamnya. Dan sejak kejadian itu, Rafael semakin mengetatkan penjagaan di sekitar Alexa dan memindahkan kamar mereka ke lantai dasar, kamar tamu yang Alexa gunakan waktu itu, agar Alexa tidak perlu kelelahan karna naik-turun tangga.
Alexa yang baru saja selesai mandi dan berdandan langsung keluar dan di suguhkan pemandangan seorang Rafael yang sedang menyeruput kopi hitamnya sambil membaca koran.
Sadar jika Alexa sedang menatapnya, Rafael tersenyum kecil sambil menaruh kembali kopinya ke atas meja.
"Aku tahu. Aku tampan, tetapi jangan menatapku seperti itu, seperti ingin menerkamku saja" ujarnya pede sambil terkekeh pelan.
Alexa hanya memutar bola matanya malas. Bualan Rafael yang satu itu sudah basi di telinganya. Memilih mendudukan dirinya di samping Rafael dan tentunya lengannya di pegang Rafael, bermaksud membantu Alexa duduk.
Setelah posisi duduk Alexa nyaman, Rafael menurunkan kepalanya untuk mencium perut Alexa dan mengelusnya dengan lembut.
Rafael langsung menatap Alexa saat Alexa meringis pelan dan menjauhkan lengannya dari perut Alexa. Alexa yang melihat Rafael menatapnya dengan kening berkerut hanya tersenyum dan kembali menuntun lengan Rafael untuk kembali menyentuh perutnya.
"Debay-nya lagi ngajak daddy-nya main" ujar Alexa menatap Rafael dengan senyuman geli.
Alexa selalu merasa senang saat melihat raut kaget sekaligus bingung Rafael saat merasakan gerakan di perutnya.
Rafael, terlihat jelas jika ia belum terbiasa dengan segala gerakan grasak-grusuk dari dalam perut Alexa.
"Apa terasa sakit?" Tanya Rafael mencoba mengelus kembali perut Alexa.
Lagi, lengannya seperti tersengat listrik saat merasakan gerakan dari bayi di dalamnya. Terasa seperti berusaha menendang lengannya.
"Sedikit"
"Apa kamu menginginkan sesuatu?" Tanya Rafael yang kini memeluk tubuh Alexa. Dan menelusupkan kepalanya pada leher Alexa yang terasa sangat wangi.
"Tidak" Alexa menggeleng.
"Es krim?"
Alexa kembali menggeleng, "aku tidak menginginkan apapun"
Cupp..
Rafael mengecup lembut kening Alexa dan tersenyum manis.
"Aku jadi tidak sabar melihat mereka"
Alexa terkekeh pelan, dirinya juga tidak sabar menenti kelahiran anak-anaknya.
"Nanti, lahirannya sesar aja, ya" ujar Rafael yang kembali mengelus perut Alexa.
Alexa menggeleng, "aku ingin lahiran normal. Aku ingin merasakan kesempurnaan menjadi seorang ibu"
Lengannya mengelus rambut hitam Rafael, yang bersandar di dadanya. "Kita sudah membahas hal ini berkali-kali, kan?"
Rafael mendongak dan mengangguk. "Ya, tapi, aku merasa takut"
"Jangan takut, percaya saja, aku akan baik-baik saja.. awwssss!"
Tiba-tiba, Alexa meringis kesakitan dan memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend [TAMAT]
Ficción GeneralAlexa Diamon Rose. Gadis yang menjadi incaran seorang Rafael Adelio Raharja, seorang yang tak mengenal kata penolakan merasa tertantang karna ditolak oleh seorang gadis yang tak sengaja ia tubruk di tengah jalan. Perasaan nyaman dan debaran yang ra...