***
Tiga minggu setelah Alexa kabur dari rumah Rafael. Alexa merasa kehidupannya sudah kembali normal, dan Alexa memilih menetap di rumah sepupunya.
"Kaka tidak bekerja?" tanya Alexa mendudukan dirinya di samping Maxi yang duduk di sofa, sibuk membaca koran paginya dengan kopi hitam di atas meja yang masih mengeluarkan uap panas.
"Tidak, tidak ada yang terlalu penting juga di kantor" ujarna tanpa menatap Alexa.
"Ohh" alexa menyomot kue Maxi yang ada di meja lalu memasukan kedalam mulutnya.
Maxi hanya menggeleng-gelengkan kepala, heran dengan sikap adiknya yang tidak pernah berubah.
TingTong!
Alexa yang melihat Maxi bangkit untuk membuka pintu hanya mengangkat kedua bahunya dan sibuk memakan kue.
"Hy, sayang"
Uhuk! Uhuk!
Alexa tersedak kaget dan langung meminum air putih yang ada di meja saat mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.
"Pelan-pelan, sayang. Jangan terburu-buru" Rafael duduk di samping Alexa dan mengelus punggung gadis itu. Rafael terkekeh pelan, merasa lucu melihat wajah memerah Alexa.
"Kenapa kau ada disini?!" Alexa menepis lengan Rafaek dan bangkit, menjauh dengan menatap Rafael tajam.
"Menjemputmu" ujarnya dengan nada santai.
"Apa?, maksud---, ka!" tatapan Alexa beralih pada Maxi yang duduk di sofa single, kembali membaca korannya.
"Dia sahabat ku, Lexa"
Seperti ada bom yang terlempar langsung padanya. Alexa mematung mendengar ucapan sepupunya itu.
"Aku salah denger, kan?"
"Tidak" Maxi menggeleng "Rafael datang kesini untuk menjemputmu" ujarnya dengan nada dingin, bahkan tidak melirik Alexa sedikitpun.
"Aku tidak mau! Kau jahat! Mati saja sana!" Alexa berjalan mundur dan berlari ke lantai atas, masuk ke kamarnya, mengunci pintu kamarnya dengan cepat dan wajahnya yang dihiasi keringat dingin, nafasnya terengah karna ketakutan.
"Aku akan berbicara sebentar dengannya" Rafael hanya mengangguk dan menatap Maxi yang menyusul Alexa.
"Lexa" panggil Maxi masuk ke kamar Alexa menggunakan kunci cadangan, dan melihat gadis itu menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Pergi!"
"Dengar, kaka ingin berbicara dengan mu. Ini tentang Rafael"
Alexa menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, terduduk menatap Maxi dengan wajah memerah, marah.
"Apa?! Aku tidak ingin dengar apapun, apalagi dari penipu sepertimu". Alexa memalingkan pandangannya ke arah jendela. Muak melihat wajah datar sepupunya itu.
"Dia membutuhkanmu. Hanya kamu satu-satunya obat yang bisa membuat Rafael kembali normal"
"Normal?! Jika dia normal, dia tidak akan mengurungku, apalagi sampai memborgol lenganku! Jika dia gila bawa saja ke rumah sakit jiwa. Jangan malah memintaku mengurusnya"
"Aku mengerti perasaanmu, tapi cobalah untuk menerimanya, buka hatimu untuknya. Dia membutuhkanmu, Lexa"
"Aku tidak mau, ka!, kau tidak bisa memaksaku!"
"Maaf,"
Maxi memeluk Alexa dan secara diam-diam dia mengeluarkan jarum suntik berisikan cairan biru dan menusukkan jarum itu tepat pada pundak Alexa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boyfriend [TAMAT]
General FictionAlexa Diamon Rose. Gadis yang menjadi incaran seorang Rafael Adelio Raharja, seorang yang tak mengenal kata penolakan merasa tertantang karna ditolak oleh seorang gadis yang tak sengaja ia tubruk di tengah jalan. Perasaan nyaman dan debaran yang ra...