Bagian 2: Senyap

385 175 64
                                    

Suara bising dentingan sendok garpu di pagi hari sangat terdengar di ruangan yang sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara bising dentingan sendok garpu di pagi hari sangat terdengar di ruangan yang sunyi. Terdapat 4 orang duduk di meja makan. Tidak ada yang membuka suara sedikit pun.

Bahkan para pembantu yang berada di dapur sedikit mengintip kearah ruang makan, ingin melihat apa yang terjadi. Merasakan aura dingin yang menyeruak dari ruang itu.

Si bungsu membuka suara pertama kali "kak Lia~, berangkat bareng yuk!" Tersenyum cerah.

Sedangkan orang yang dipanggil namanya tersebut hanya melirik tajam.

"Ogah. Pergi aja sendiri lo." Sembari memutar kedua bola mata.

Seketika senyum cerahnya langsung luntur tergantikan oleh raut wajah muram. Kecewa sang kakak menolaknya.

Namun raut itu hanya bertahan selama seberapa detik. Setelahnya, si bungsu langsung tersenyum cerah kembali seperti sedia kala.

"Yaudah kalo gitu Iyal berangkat dulu ya!~" Ucapnya riang.

Tidak ada yang menjawab. Seperti biasa.

Tidak lama kemudian si sulung berdiri, "Danish juga berangkat. Ada kelas pagi." Ucapnya ogah ogahan.

Tidak membutuhkan waktu lama, Danish mengambil langkah. Segera berangkat.

Makan kembali berlangsung. Sunyi kembali menyambar.

Para pembantu selalu berucap dalam hati, mengapa mereka bisa dingin seperti itu padahal mereka satu keluarga. Satu darah. Lalu mereka pun tersadar.

Ah, Mereka mengerti. Itu karena orang-orang yang disana barusan kurang mendapatkan kasih sayang.

Sejak hari itu mereka melayani tuannya dengan sepenuh hati, dengan senyuman tulus. Berusaha agar setidaknya kerinduan mereka akan sang ibu, sedikit tergantikan.

Sayangnya itu tidak bisa.

Sama sekali tidak bisa.

Sang ibu tidak bisa sama sekali digantikan dan tergantikan.








Mari kembali ke ruang makan. Kedua orang; ayah dan anak tersebut kembali melanjutkan makan ditemani sunyi yang merekat.

"Lia, kamu mau dianter sama papa? nanti biar papa bilang ke kang Daniel supaya ga jadi manasin mobil." Ucap Dharyanto tiba-tiba.

"Gak. Sampai kapanpun Lia gak mau dianter sama papa." Jelasnya sengit, sambari mendelik tajam.

Dharyanto menghela napas. Lalu tersenyum lembut. "yaudah, hati-hati ya. Nanti kalau kamu kurang uang jajannya lagi chat papa aja."

Gadis yang dipanggil Lia tersebut tidak menjawab. Hanya mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak mau melihat senyum hangat papanya.

Lalu segera berangkat.

Disatu sisi Kang Daniel yang melihat majikannya berjalan kearahnya segera masuk ke mobil.

"Ayo berangkat kang."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Kim Doyoung as Danish

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Doyoung as Danish

Lee Donghae as Dharyanto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Donghae as Dharyanto

[✔️] Vermilion Class : Aurellia and EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang