Bab 17

535 74 11
                                    


Warn : OOC AF, cerita nggak jelas, dan ... selama ini aku bilang ayo bikin fluffy di fanfic ini? Hahahahaha No! wkwkwk

Happy reading

Sakusa datang beberapa menit setelah dia mengirim pesan. Dia masih menggunakan pakaian volinya, sehingga sangat jelas dia segera kemari setelah pulang. Osamu sebenarnya tidak mengharapkan apa pun, pada akhirnya, dia hanya menggunakan setelan biasa. Jeans dan kaus biru serta jaket denimnya. Kalau saja Atsumu ada di sana, dia pasti mencibir tidak senang.

Sebaliknya, Sakusa tampak senang. Mungkin dia bukan tipe orang yang terang-terangan menunjukkan kesenangannya, tetapi Osamu cukup mampu membedakan emosi-emosi yang dia miliki. Apalagi dengan masker itu, semakin sulit untuk diketahui. Hal lain tentang Sakusa adalah dia tidak menyukai sentuhan, tetapi selalu bisa menunjukkan perilaku sopan yang akan membuat wanita mana pun terpesona, masalahnya adalah Osamu bukan wanita.

"Aku membuatmu menunggu?"

Osamu memutar bola matanya bosan. "Kau baru mengirim pesan lima menit yang lalu. Bagaimana mungkin aku menunggu?"

Sakusa hanya mengangkat bahunya dan membiarkan Osamu memasuki mobil. "Kau ingin pergi kemana, Osamu?"

"Kau kan tidak suka keramaian, " tukas Osamu. Sakusa hanya terdiam. Hal itu membuat Osamu menghela napas. "Aku ingin menonton film."

Sakusa bergidik. "Bioskop?"

"Mana mungkin," katanya sembari tertawa kecil. "Bagaimana dengan menyewa film atau menonton Netflix di rumah?"

"Ide bagus."

"Di rumahku? Kita ke supermarket sama membeli camilan."

Sakusa menatapnya dalam-dalam. "Apartemenku," katanya. "Aku ingin kau ke sana."

Jantung Osamu serasa berhenti berdetak. Dia seharunya tidak kesana, tetapi buai tatapan Sakusa yang tajak membuat kepalanya hanya bisa mengangguk. Lantas Sakusa tersenyum senang, hingga membuat Osamu meneguk ludahnya gugup. Tidak diragukan lagi, Sakusa begitu tampan dengan semua pesonanya. Tidak heran banyak penggemar wanita yang memujanya. Namun dari seluruh wanita-wanita manis itu, kenapa dia menyukainya? Osamu mengeratkan genggaman tangannya. Kenapa Sakusa mau menyukai seseorang yang telah rusak sepertinya? Kalau saja Atsumu mengetahui pemikirannya sekarang, apakah dia akan mengamuk?

Sudah diputuskan. Lagipula Osamu tidak berniat untuk berdebat. Apalagi ketika melihat Sakusa tampak senang. Mereka kembali berbelanja. Beberapa popcorn, dan mengganti cola dengan jus, teh, dan susu. OSamu menyadari kakaknya hampir tidak pernah menyentuh cola semenjak dia berkarir sebagai pemain voli. Atau mungkin dia sudah tidak melakukannya sejak SMA? Entahlah. Saat itu Osamu tidak begitu memperhatikannya karena terlalu terlarut pada masalahnya sendiri. Mengingat hal itu membuar Osamu sedikit merasa bersalah padanya.

Tidak banyak camilan yang mereka beli. Sakusa mendesaknya untuk menginap jadi Osamu mencari beberapa keperluan pribadinya sembari mengomel tentang seharusnya dia mengatakannya sejak tadi. Tetapi Sakusa menjadi Sakusa dengan tidak peduli.

"Kau mau ayam goreng?" Sakusa tampak keberatan, sehingga Osamu melanjutkan, "Aku yang akan memasakkannya untukmu."

"Aku tidak memintamu memasak di apartemenku."

"Tapi toh aku akan memasak juga. Kenapa tidak sekalian?"

"Baiklah."

Mereka membeli beberapa potong sayap ayam dan kembali ke apartemen Sakusa. Osamu memang menyangka Sakusa akan sebersih itu—mengingat dia memiliki germaphobe akut—tetapi dia tidak menyangka tempat ini benar-benar sebersih itu. Saat dia memikirkan tentang apartemen seorang lelaki yang tinggal sendiri dan bahkan kesulitan untuk mengurus dirinya sendiri, adalah kamar yang berantakan.

Onigiri Miya (SakuOsa/SunaOsa) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang