Bab 11

752 100 30
                                    

Happy reading

Biasanya, saat berbelanja, Sakusa akan melakukannya dengan cepat dan segera pergi. Bukan hanya karena dia tidak nyaman dengan keramaian, tetapi memikirkan berapa banyak orang yang memegangi benda-benda di sana tanpa sadar tangan mereka bersih atau tidak, dan membuat kuman menempel di mana-mana, membuat Sakusa bergidik ngeri. Bahkan, jika menu latihannya sangat padat, dia memilih untuk menggunakan layanan pesan antar. Selama dia berbelanja untuk Osamu, Sakusa memilih bahan makanan terbaik dengan cepat, lantas pergi.

Sekarang, ketika ada Osamu di depannya yang tengah dengan sabar memilih bahan-bahan dan mengecek kualitasnya dengan teliti, Sakusa berharap mereka akan berbelanja seharian. Betapa eksistensi Osamu telah merubah cara berpikirnya pada banyak hal. Sakusa dengan sigap mendorong troli setengah penuh mengikuti Osamu seperti pengantin baru.

Tambahkan satu bayi mungil yang sering terkecoh dengan cemilan-cemilan manis, rasanya pasti akan sempurna. Akan tetapi, Sakusa segera membuang pemikiran itu. Karena, satu, jika dia memang mencintai Osamu, dia harus ingat bahwa mereka takkan memiliki keturunan. Dan, dua, dia sudah berpikir terlalu jauh.

Sakusa mengambil merk daging yang selalu dia beli.

"Jangan yang itu!"

Sakusa mengangkat sebelah alisnya heran. "Ini kan merk yang bagus."

"Terlalu mahal," decak Osamu. Dia mengambil dua daging merk menengah. "Ini saja sudah cukup."

Sakusa mengembalikan daging itu setengah hati. Ada ibu muda bersama anaknya yang memperhatikan. Ketika dia melihat ibu itu memangglil suaminya, Sakusa segera menangambil dua bungkus daging dengan merk yang dipilih Osamu tadi, dan mendorongnya menjauh. Sakusa membenarkan maskernya, berharap tidak dikenali. Akan merepotkan jika dia bertemu salah satu penggemarnya. Meskipun tidak semerepotkan penggemar wanita, penggemar lelaki kadang mengajaknya mengobrol panjang lebar. Terutama ketika dia baru menang dari sebuah pertandingan, dan Sakusa tidak mau waktunya dengan Osamu terganggu.

"Ada apa?" tanya Osamu yang tengah sibuk memilih udang. Dia menatap keranjang belanja, dan alisnya berkerut. "Kenapa mengambil dua daging lagi?"

"Aku ingin makan daging."

Osamu tertawa. "Yeah ... kalian memang perlu makan banyak daging. Pertandingan yang seru dengan Adlers."

"Meskipun kami kalah," gerutu Sakusa, kemudian dia terdiam melihat Osamu hanya tersenyum. "Ada apa?"

"Tidak. Kupikir kau akan entahlah ... frustasi? 'Tsumu menelponku sepanjang malam dan mengeluh tentang kekalahannya. Karena itulah, dia mengundang teman-temannya untuk makan, selain itu, aku sudah lama tidak bertemu mereka."

Sakusa berhenti. "Apa?"

Osamu mengangkat sebelah alisnya heran. "Bukankah 'Tsumu mengajakmu berkumpul, makanya kau datang kemari untuk membantuku belanja?"

"Dia tidak bilang apa-apa," geramnya jengkel. "Miya bilang kau sedang sibuk menyiapkan makanan untuk orang istimewa yang datang hari ini, karena itu aku ...."

Aku, apa?

Merasa salah bicara, Sakusa menutup mulutnya dengan tangan. Dia bisa merasakan darahnya menghangat. Sial, ini semua karena Atsumu dan mulutnya yang menjengkelkan. Sakusa seharusnya tahu, Atsumu sedang mengerjainya. Namun dia tidak bisa menahannya jika seseorang mencoba mendekatinya. Dan hal itu menjadi sasaran empuk bagi Atsumu.

Ingatkan dia untuk memukul lelaki itu begitu mereka bertemu.

"Aku apa?"

"Lupakan," gumam Sakusa. Dia mengambil dua tempura lagi, dan mendapat pelototan kesal Osamu. "Aku ingin nmakan tempura."

Onigiri Miya (SakuOsa/SunaOsa) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang