4. papa

17.7K 2.9K 753
                                    

Keempatnya terdiam. Injun kebinggungan akan keempat pemuda tersebut. Apa ada yang salah? Kenapa mereka semua menjadi patung setelah Erlan mengatakan dia memiliki adik?.

"Erlan punya ade?" Injun mengganguk dengan senyum penuh lembut, kuatkan kokoro Nathan sudah nyeri sekali melihat senyum tersebut. "Iya dedenya Erlan udah 4 bulanan." Injun menjawab.

"Papa Erlan kemana ka?"

Noel dihantam dari berbagai sisi, kaki kanannya di tendang Nathan. Punggungnya di tepuk keras kepalan tangan Hendra. Lututnya di tendang sampai terdengar bunyi bugh dari depan ulah kaki Deni.
Ketiga pelaku penganiaya Noel masih memasang senyum. Dan Noel sendiri hanya bisa tersenyum menahan sakit.

Tanpa bicara raut wajah si manis menyendu, begitu Erlan yang tiba tiba menyeletuk. "Mama, elan kangen papa." Injun terlihat makin sedih.

"Ka.. maaf astaga saya gak maksud bikin kaka tersinggung atau bagaimana."

"Aihh gak papa de.. santai aja hehe." Injun membenarkan gendongan Erlan di dekapannya. Ia tersenyum kecil sebelum pamit pulang. "Saya pulang dulu ya, oh kalau butuh sesuatu jangan sungkan minta saja ke saya. Saya pasti tolongin kok." Nathan, Hendra, Mark, dan Noel tak enak hati karna sudah menyinggung hingga membuat Injun sendu.

Ingatkan Mark Hendra dan Nathan untuk menjahit mulut Noel nanti.

"Makasih ka injun.. soal yang tadi maaf ya ka."

Injun menarik senyum paksa, Erlan bersuara. "Mama elan kangen papa." Sungguh injun mau bersembunyi saja kala Erlan sudah mengungkit sang ayah. Deni bisa melihatnya, melihat bagaimana gelagat Injun yang terlihat berantakan kala ayah disebut dari bibir Erlan.

"Papa lagi kerja sayang, nanti telepon papa ya.. ayo dadah dulu ke kaka kakanya."

Erlan mengangguk, melambaikan tangan mungilnya kearah empat pemuda calon papanya uhuk.

"Dadah kaka kaka."

"Dadah Erlan." Ucap mereka bersamaan. Injun langsung berlalu pergi.

Jeno di tatap sadistik.

"Apa?"

"Apa? Apa lu kata tolol! Bontol ! Kont*l! Ken— hhhhhh Canis lupus!" Nathan menendang perut Jeno menggunakan lutut. Kemudian setelahnya Hendra menampar pipi Jeno dengan dramatis.

"Kamoeh tega! Aku gak percaya kamu bakal kaya gini! Aku jijik sama kamu!." Jeno melongo, Hendra pura pura terisak dramatis. Pipi dan ulu hati Jeno nyut nyutan. Tubuh Hendra bersadar di Nathan, punggung Hendra di dekap dengan posesif. "Dia memang tidak bisa melihat situasi, jangan dekati dia. Dia tolol."

"Kok gua?? Apa? Gua cum—"

"Tolong lah kerja samanya Ella. Begolah disaat yang tepat." Mark sudah greget sedari tadi. Cukup sudah cukup, tolong bawa Mark pulang.

Jeno ditinggal lagi, dia tinggalkan di teras kost sendiri. Teman temannya kecewa berat. Apa harus Jeno meminta maaf? Iyaa haruss !1!1!

***

"Mama, papa kemana? Kenapa ndaa datengin kita?."

Injun menarik nafasnya putus putus, mencoba terlihat tenang. Ia mencondongkan wajahnya kearah Erlan, menyusut wajah anaknya penuh kasih. Erlan bukan tipe anak pembakang, dia perhatian dan pengertian. Tapi masalah papa, tampaknya Erlan mulai kehabisan kesabaran, rasa rindunya akan sosok itu makin membeludak. Tidak tahu saja makin membuat sonyak pada batin sang mama.

"Papa kerja sayang." Injun mencoba memberi pengertian, kali ini Erlan menolak sudah 3 bulan lebih ia begini. Dibawa kesana kemari oleh ibunya, tinggal sana sini tak tentu arah. Dia hanya mau mengobrol dengan papanya itu saja.

JANDA - [ RJ X ALL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang