7. matthew

14K 2.4K 1.3K
                                    

Mark malu, sangat malu. Benar benar malu dan sungguh malu dan asli asli malu.

Gimana gak malu wong ceritanya mau nganter pulang Injun.. ya memang pulang bareng si Injun, hanya saja..

... malah Mark yang di bonceng.

Cekik gua tolong! 😭 - Mark

Singkat cerita begini, sehabis kejadian di kedipin Injun si Mark ngebirit lari. Sampai Injun harus mencari keliling supermarket sembari mendorong troli untuk menemukan Mark yang ngumpet di tumpukan beras. Pulangnya, sehabis bermain petak umpet singkat dengan maksud ingin memikat nyatanya berakhir terangkat malu hingga ke ubun. Mark hampir membawa Injun nyusruk ke selokan karna di pegang bahunya.

Memang sememalukan itu hidup Mark saudara saudara. Mari berdoa untuk rasa percaya diri Mark yang sudah mati, mulai sekarang Mark tidak ingin lagi menawari seseorang untuk dibonceng.

"Deni kita Udah nyampe." Paha Mark ditepuk perlahan, "eh oh iya. Udah nyampe" si pemuda alis camar turun dari motor terlebih dahulu. Injun ikut turun, membuka helm milik Mark dari kepalanya.  Injun malah tertawa terbahak saat bersitatap dengan netra sendu yang menemani perjalanan Mark dari minimarket hingga rumah Injun.

Mark lesu, pikirnya Injun sedang menertawakan kejadian dirinya membawa Injun nyusruk. Nyatanya, si manis malah membelai rambut Mark menyusun helaian rambut yang berantakan akibat diterpa angin lalu.

"Kenapa rambut kamu kaya sarang burung gini." Injun terkekeh perlahan, menyusuri rambut Mark yang berantakan akibat tak memakai helm. Habis si pemuda ngotot Injun lebih butuh helm ketimbang dia.

Figuran lembut layaknya seorang ibu menjadi daya tarik lain bagi Injun, Mark tak habis pikir pria seberuntung apa yang bisa mendapatkan Injun. Apa dia bisa seberuntung papanya Erlan?

"Nah udah rapi." Selesai merapikan rambut Mark, Injun menepuk pelan puncuk kepala pemuda tersebut.

"Makasih ka." tutur Mark malu malu pipinya terbakar panas api rasa sayang, malam ini banyak hal yang akan membuat Mark tidak tidur semalaman nantinya.

Injun mengganguk, kemudian mengambil belajaan miliknya yang di letakan pada gantungan motor. Melihat barang yang lumayan banyak, mark insiatif dengan maksud ingin membantu mengangkat belajaan.

"Kaka gak—"

"Njun!" Suara berat mengintrupsi Injun dan Mark, keduanya menoleh menemukan pak Rt yang terengah sehabis berlari. Mark diam, ya kalau di keadaan Mark sekarang adalah Noel atau Hendra pak RT pasti di cerocos sampe habis.

"Oh pak RT? Kenapa pak?"

"Kok nomor kamu gak aktif?" Tanpa basa basi pak Rt berucap demikian, Injun menepuk kepala. "Astaga, saya lupa ngasih tau, hp saya rusak pak.. kebetulan belum beli lagi, kalau kerja juga saya pake laptop."

"Pantesan saya coba chat dari kemaren kok gak bisa." Injun dan pak RT melempar tawa, Mark ingin membuka suara. "Ka mau dib—"

"Njun? Mau dibawain gak barang barangnya keknya berat." Mark terdiam, pak Rt lebih dulu mengambil dialognya. Sekarang Mark paham mengapa Noel selalu bergumam murka sembari menampar samsak tinju dengan poster gambar pak RT saat men-caleg menjadi ketua RT tahun kemarin.

Ternyata Pak RT memang semengkesalkan itu.

"Injun ngapain beli tepung segala?" Pak rt dan Injun berjalan berdampingan. "mau bikin kue, nanti kalau ada lebihan saya mau kasih kasih ke orang komplek juga." Injun sampai lupa untuk berterimakasih pada Mark yang masih terdiam di tempat awal.

Bahkan sampai pintu utama rumah ditutup Mark masih berdiri dengan perasaan kosong, sedih saja rasanya ditikung di depan mata.

"Resiko punya gebetan cantik." Mark menghela nafas, sesaat menatap helm hitam yang tersampir di spion motor. Saat memakai helm Mark kembali terdiam, bau wangi Injun bercampur bau keringat mark sedikit membuat si pemuda alis camar menyesal mengapa tidak pernah mencuci helmnya ini.

JANDA - [ RJ X ALL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang