"Ella!"Noel berbalik dengan senyum yang semula mengembang riang tiba tiba hilang mendapati siapa yang berdiri tenang di ujung sana. Dia kira itu rumahnya, namun semuanya hanya angannya.
Ah tidak juga.
"TOLOL!" tanpa permisi tanpa amunisi satu tepisan keras menepi di ujung pipi Noel yang kini diam membeku dengan irisan kaku menatap pelaku yang membuatnya tergugu.
"LU TAU GAK! —" badan Noel dibawa dalam dekapan kuat, dipeluk dengan erat penuh hasrat sayang yang begitu menggebu. "Gua kira lo mati di gigitin semut karna darah lo belum kering."
Noel diam, tak membalas pelukan Deni yang terasa hangat selayaknya seorang kaka yang selalu ada untuknya. Dadanya kini mengempis kembali dengan sedikit ringisan akibat tubrukan dari sisi kirinya.
Hendra ikut memeluknya dengan suara ingus yang sedikit berserta. Mark melirik sedikit. "Babi lo nangis?"
"SETAN! dingin kehed! Makanya gua srot srotan."
"IH ANJING JAUH JAUH DARI GUA INGUS LO IHHH JOROK BANGET."
Noel menghempaskan pelukan kedua temannya, ia menjauhkan tubuh sembari menghapus jejak ingus Hendra di sisi bahunya. Mendecih sesaat.
"Makanya pake masker korona kan lu."
Ketiganya tertawa sesaat, Kemudian kembali hening sampai Hendra memecah keheningan bersama batuk berdahaknya.
Tapi kembali hening saat tubuh mungil yang jadi alasan mereka berkumpul terlihat figurnya di ujung bukit.
Injun datang menghampiri dengan nafas yang diujung laring yang hampir habis akibat harus menaiki bukit yang tidak terlalu curam tidak juga terlalu rendah.
"Minum dulu." Nathan perlahan mengelusi pipi Injun yang memerah akibat nafas yang habis, lucu dan sedikit menggemaskan tentu saja.
"Hhhh.. kenapa mereka cepat banget sampenya?"
"Mereka siluman kadal ka makanya gesit kalau masalah ginian." Tutur Nathan yang dikekehi pelan oleh Injun kini sudah dapat mengatur nafasnya perlahan.
Nathan refleks menatap kedua kaki Injun. "Kakinya gapapa ka? Sakit?"
Kepala Injun menggeleng ia kembali berdiri sembari merenggangkan pinggangnya. Dibantu Nathan yang menggenggam tangan mungil itu, memperhatikan secara seksama apa yang perlu ia bantu. Injun Berjalan tertatih bersama perutnya yang mulai menggembang.
Didekatinya ketiga sosok yang sibuk menanti. Matanya memejam membuka lengan selebar yang ia bisa. "Ellaa~" Noel tak dapat berbuat apa apa selain mendekap tubuh mungil yang berlari kearahnya.
"Bentar ya Ella kaka cape. Bentar kaka belum bisa kasih ceramah. Hhh" Injun menarik nafas dalam dalam memejamkan mata di ceruk leher Jeno yang penuh peluh bercampur darah kering.
Hendra menahan tawanya, begitu pula Mark yang kini memejamkan matanya dengan batin yang berseru kesetanan.
Terlalu lucu.
Terlalu lucu sampai semuanya kembali jadi rancu. Mereka semua akhirnya saling memeluk dengan Injun yang memohon agar mereka saling memaafkan. Itu hanya kesalahpahaman semata.
Seharusnya mereka berempat selalu bersama.
Ya mereka setuju untuk itu.
"Nat, maafin gua ngomong kaya setan tadi ya. Gua minta maaf sebesar besarnya."
"Gapapa omongan lo ada benernya sih, bagian yang gua emang sejahat itu tukang tidur di mana mana."
"Tobat aja kali ya kita, dia terlalu istimewa kalau sama kita yang busuk gini." Noel berucap di belakang sana melihat tubuh mungil yang diapit oleh Mark dan Hendra. Wajah yang terlihat benderang diantara gelapnya malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA - [ RJ X ALL]
FanfictionKetika janda jauh lebih menarik dari pada perawan. "Gua curious, uke kalau udah cere jadi janda atau duda?" CW!!! MISSGENDERING! MPREG!! Original story by narulee Lokal | bxb | yaoi | renjun harem area | komedi