9. seperti itu

13.3K 2.2K 1K
                                    

Hai aku update lagi 😌✨

Jadi ges.. Kenapa bagasnya tidak di spill... Kenapa bagas dan lain lain.

Begini loh, aku teh takut kalau mau jadiin seseorang jadi tokoh antagonis takut kebawa jengkelnya ke dunia nyata. Jadi kalau bagas ke spill wajahnya jengkelnya di book ini aja ya? Ngumpatnya cukup di book janda aja ya.. (~‾▿‾)~ soalnya ini bias UTAMA KU YANG JADI SI BAGAS 😭😭😭😭 tapi di chapter ini si bagas belum muncul.

Santai aja kita nunggu si bagas, mending gibah sama bu lilis sini. Sambil ngemilin garem. (・∀・)

Cup..

Hendra membuka mata, merasakan benda kenyal tidak terlalu kenyal dan sedikit keras permukaannya.  sedikit tepung mungkin. Menempel pada bibir Hendra yang basah, Apa Injun habis mengemili tepung.

Nyatanya itu telapak tangan Injun yang habis membedaki Erlan. Si bumil melotot heran tangannya menutup permukaan bibir Hendra sepenuhnya.

"Hendra?" Agaknya sedikit terkejut  akibat kelancangan yang dilakukan oleh tetangganya itu. "Kamu mau ngapain?" Alis Injun tertaut sedikit panik. Hendra membatin ribut, tapi tetap berusaha stay cool aslinya keringat dingin.

"Mghau nngghambikl iwni"

"Apa??" Injun bertanya lemah lembut tapi tegas, sungguh sekarang ini Hendra berasa sedang mencoba memperkosa orang.

"Mhagu ngyyambul inwih."

"Kenapa? Apa? Ngomong yang jelas dong." Rengek Injun makin menjadi.

Hendra menghela nafas sesaat, melepaskan tangan Injun yang membungkam bibirnya. "Mau ngambil ini." Jari Hendra yang masih menangkup pipi Injun bergerak pelan kebawah mata si manis, mengambil bulu mata Injun yang jatuh.

Alasan. Terimakasih.

Injun sudah gugup setengah hidup dengan santainya Hendra berlaku demikian. Jelas sedikit membuat jengkel. "Astaga saya kira kamu mau ngapain."

"Emang kaka mikir apa?" Injun terdiam. Jika jujur ya Injun mikir yang iya-iya mana wajah Hendra seperti akan mengecupinya tadi.

Hendra tersenyum jahil, menoel pipi Injun sekilas. Yang dideliki oleh si sorot rubah.

"Hayo mikir apa?"

"Ya.. gak mikir apa apa." Balas Injun, Hendra tertawa pelan. Badan bongsornya dibawa mencondong  kearah si manis. Wajahnya berhenti tepat lurus di depan wajah Injun.

Injun baru sadar sesuatu, Hendra ini kulitnya begitu eksotis dipadu dengan gayanya yang sedikit erotis memang sungguh mengkritis jiwa jiwa kaum bawah. Injun saja tergugu kaku sembari mencari tahu apa yang membuat netra Hendra begitu mempesona.

"Terus kenapa muka kaka merah kaya kuah seblak level max?" Tambah Hendra makin menjahili.

Injun buru buru menekan kedua pipinya sendiri mengusap daerah pipi tembem itu panik. "Loh iya?? Apa kuah seblak kamu keteteran ke muka saya?"

Pemuda tan tertawa serak, gemas Tuhan gak sanggup. Jangan cukup, sudah udah. Kamera mana kamera.

"Kok ketawa.. masih merah muka saya?" Tangan si Injun kini mencoba mengusap wajahnya sendiri.

AMPUN DAH AMPUN GUSTI NU AGUNG AMPUN! - HENDRA

"engga ka." Hendra menggeleng  mencoba tetap bersikap tenang, padahal aslinya jiwanya gonjang ganjing melihat kegemasan Injun.

Ditariknya sedikit pinggul Injun namun, dibalasi dengan pergerakan tubuh si mungil makin mendekatkan wajahnya. "Masih ada kuah seblaknya?"

"Iya ada disini." Tangan Hendra mengusap ujung bibir Injun. Si bumil terdiam, lalu sadar. "Tapi saya'kan belum makan seblaknya ndra.. gimana ada kuah seblak di muka saya?"

JANDA - [ RJ X ALL] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang