Mengingat kembali alasan keberadaan Banyu di Indonesia, Rara semangat bercerita pada Bbiya yang dengan senang hati selalu mendengarkannya. "Kamu tahu tidak? Dia itu belum menikah, padahal usianya hampir menginjak usia kepala tiga akhir bulan depan. Kata ayah, dia harus menikah dengan perempuan pilihan ayah jika ingin kembali ke luar negeri."
"Sekeren - kerenya Banyu di luar, tetap saja dia anak ayah. Si bontot yang susah di atur," tambahnya lagi. Sebelum kedua kembali ke kamar masing - masing. Bbiya membiarkan Rara untuk kembali beristirahat. Selain itu juga, Bbiya baru teringat dengan permintaan ayah dan bunda agar dia datang ke rumah sore ini. Setelah kak Rara menceritakan bahwa Banyu harus pulang ke rumah sesuai permintaan orang tuanya.
Senakal - nakal dirinya, Bbiya tidak bisa membantah permintaan sang ayah.
Di rumah ayah, Muhammad Rasyid.
Bunda Bbiya sudah menyambut kedatangan putri keduanya dengan penuh kasih sayang. Bunda Annisa memang sangat memanjang putri kesayangan itu, terlebih setelah Abbiya beranjak dewasa, intensitas pertemuannya sangat jarang membuat Annisa terkadang merasakan kesepian. Keluarga Rasyid memang hanya memiliki dua keturunan. Anak pertamanya adalah laki - laki, Arbiyan Bani Ar Rasyid dan kedua adalah Abbiya Hana Al Rasyid.
Keduanya sudah tidak tinggal serumah. Yah, seusai wisuda memang Biyan, begitu panggilan sayang untuk anak pertamanya langsung melanjutkan rintisan usahanya selama kuliah. Sedikit - sedikit pun dia mampu mengembangkan usaha dan memiliki hunian sederhana untuk ditinggali dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Tidak mau kalah, Bbiya yang awalnya bekerja pada salah satu perusahaan di Surabaya, kini memiliki usaha aksesoris yang terletak di Tangerang Kota. Tidak terlalu jauh dari kediamannya ayahnya yang berada di Kabupaten Tangerang. Hanya sekitar empat puluh menit jarak tempuh dengan melewati jalur tol menuju Balaraja.
Produk yang dijual Bbiya adalah hasil karyanya sendiri, dimulai dengan kalung - kalung, gelang, anting, bross, tuspin, sampai hiasan dinding yang pada tahun ke tahun semakin diminati untuk kebutuhan rasa estetik pada konten yang mereka unggah di media sosial. Bbiya juga mulai bekerja sama dengan beberapa agensi untuk keperluan pemotretan model atau pun wardrobe artis sinetron. Adanya perkembangan teknologi memudahkan Bbiya untuk mencari klien yang membutuhkan produk dan jasanya.
Annisa maupun Rasyid memang tidak keberatan, walau sebenarnya ingin salah satu dari kedua anaknya membantu Rasyid mengurus yayasan yang sudah didirikan oleh kakek Bbiya. Sebuah yayasan yang memiliki fasilitas pendidikan agama tingkat dasar sampai dengan menengah atas.
"Ayah sama bunda ngapain sih minta Bbiya pulang? Ada acara apaan emang? penting?"
"Astagfirullah, Bbiya. Kamu ini yah," ucap Annisa gemes sendiri pada anaknya dengan mencubit pipi. "Masa ayah sama bunda minta kamu pulang cuma ada acara penting. Terus kalau gak ada acara apa-apa kamu nggak mau pulang gitu buat temuin bunda sama ayah? Kamu nggak kangen? Ingat loh, syurga kamu ada di telapak kaki bunda." tegas Annisa dengan wajahnya dipalingkan, merajuk pada Bbiya yang terlalu mandiri.
Dengan cepat Bbiya meraih tangan ibundanya, memeluk erat. Bermanja ria, "Bbiya juga kangen kok sama bunda dan ayah. Cuma sebenarnya kemarin Bbiya kurang istirahat."
"Memangnya disini kamu nggak bisa istirahat."
"Bunda jangan ngambek dong, Bbiya takut tahu, maafin Bbiya." katanya masih bergelayut pada lengan perempuan paruh baya itu.
"Bunda nggak akan ngambek kalau kamu mau pakai pakaian yang sudah bunda siapkan buat kamu," tunjuknya pada tunik yang menggantung di samping lemari dilengkapi celana bahan dan hijab di atasnya.
"Ada acara apaan sih bun? Pengajian? Kapan? Kok sepi-sepi aja."
"Acara nikahan..." ujar Biyan yang baru saja masuk ke kamar Bbiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALBU
SpiritualAbbiya hanya ingin mencurahkan isi hatinya. Meski lelaki yang bersamanya kini tak seharusnya bersama dirinya, Dafa. Lelaki yang pernah singgah dan memilih Bbiya menjadi kekasihnya kini sudah memilih wanita lain sebagai pasangan. Setahun setelah pern...