18. Bukan Salahku

52 1 0
                                    

Bbiya sudah selesai mencuci piring. "Kamu mau kemana?" tanyanya tak yakin pada Banyu yang sudah berpakaian rapih dengan tas dan kunci mobil di tangan.

"Aku mau pergi, ada beberapa kegiatan di luar." balasannya.

"Boleh aku ikut?" pertanyaan Bbiya sedikit mengherankan. Pasalnya selama ini Bbiya terlihat tidak tertarik dengan kehidupan Banyu, pun dia tidak ingin melibatkan diri pada Banyu. "Maksudnya, aku boleh ikut sampai toko? Anterin maksudnya..." jelasnya ragu-ragu takut ditolak karena wajah Banyu yang lebih banyak tak berekspresi sejak kemarin. Terlebih akibat perdebatan beberapa hari lalu, Banyu lebih banyak diam. Tak nyaman dengan suasana seperti itu, Bbiya pun berusaha bersikap baik berharap pria itu tak marah dan memperlakukannya seperti biasa.

Banyu mengangguk pelan, Bbiya pun mencoba meyakinkan bahwa pria itu tak menolaknya sehingga mengulang anggukannya lalu berkata" iya, aku tunggu di mobil."

"Oke..." jawab Bbiya segera ke kamar untuk bersiap diri. Memakai tunik berwarna krem. Berlengan panjang, sayang Bbiya masih tak memakai hijab di kepalanya. Membawa tas kecil yang dipadukan dengan flat-shoes berwarna senada.

Sudah duduk di samping Banyu, Bbiya merasa aneh saat bola mata Banyu memandang ke arahnya. "Kamu kenapa? Ada yang aneh di aku?" Bbiya mencari sesuatu di tubuhnya agar tidak terlihat aneh.

"Bajunya bagus," ucapnya mengalihkan dunia Bbiya. Menghentikan pergerakannya, seketika mematung menetapkan pandangannya lurus ke depan. "Apalagi berhijab..." ujarnya samar sampai ke telinga Bbiya. Kembali membuat Bbiya tak berani menatap ke arah Banyu. Membiarkan keheningan menyeruak.

"Kamu pulang jam berapa?" Banyu mengawali pembicaraan sebelum lampu hijau menyala.

"Hahh...?" kedengaran terkejut seperti ada banyak hal di pikirannya. Agak terbata "Hemmm, itu biasa. Jam 8an sekalian tutup toko."

"Oke..."

"Kalau kamu?" tanyanya kaku. Bbiya berusaha bersikap baik pada pria di sampingnya. Setidaknya Banyu sedikit mengerti keadaannya tanpa harus memaksakan sesuatu yang entah apa.

"Tergantung..." jawabnya sengaja berhenti, "Kalau kamu minta jemput yah sama, kalau nggak dijemput, ba'da maghrib aku udah otewe pulang."

Mendengar pernyataan dari Banyu menyingsingkan seulas senyum di pipi Bbiya. Wajahnya tertunduk berusaha sembunyi, tersipu malu. Namun Banyu terlihat senang menyaksikannya.

Bahagia rasanya. Benih - benih kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya, menyenangkan. Bbiya senang dengan perasaan yang kini menghampirinya. Meski egonya belum mampu dikendalikan, namun sosok Banyu mampu menerima dan memperlakukan dirinya dengan baik. Nyaman.

Sesampai di toko, Bbiya berpamitan pada Banyu. "Terimakasih sudah mengantarkan aku sampai toko."

"Sama - sama,"

"Semoga selamat sampai tujuan..." ucapnya ragu.  

"Oke, saya berangkat yah. Assalamualaikum..."

"Waalaikumussalam..." jawab Bbiya masih berdiri di tempat sampai Banyu benar benar melajukan mobilnya. Hari yang cerah dan menyenangkan bagi Bbiya untuk memulai aktivitasnya. Sudah siap menyambut pelanggan - pelanggan yang datang. Karena hari ini Fitra izin datang siang, otomatis Bbiya harus datang lebih awal untuk menata barang - barang yang tidak sejajar sebelum tokonya di buka.

Rasanya hari ini dipenuhi berkah, bagaimana tidak. Sikap Banyu terasa lebih hangat dari biasanya. Ayah dan ibu mengabari dalam keadaan baik apalagi mendengar kabar hubungan Bbiya dan Banyu berjalan dengan baik. Rasanya Bbiya menginginkan hari - hari kelak seperti hari ini. Tak ingin bahagianya sirna. Meski hubungannya jauh dari kata sempurna.

KALBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang