7. Suasana Menyenangkan

151 9 0
                                    

Riuh suara anak - anak di dalam Mushola terdengar oleh Bbiya yang baru saja tiba di halaman rumah Banyu. Halamannya cukup luas untuk sekedar tempat parkir dua sampai tiga unit mobil. Di setiap sisi terdapat gazebo di atas kolam ikan. Terhitung ada empat sampai lima gazebo yang ada di sekeliling halaman rumah depan. Terdapat Mushola yang memiliki halaman depan terpisah untuk anak - anak mengaji.

Bbiya sudah mengekor pada Banyu yang memasuki rumah setelah mengucapkan salam. Menghampiri Marwah yang tengah menata makanan di meja. Dicium telapak tangannya dan berlalu pada anak tangga yang tidak jauh dari ruang tamu. Sementara Bbiya berbincang dengan Marwah menuju dapur.

Setiap orang yang berada di dapur terdengar berbisik meski menampakkan senyuman di wajah mereka. Bbiya paham, menyadari apa yang mereka bicarakan. Namun Marwah seolah menepis prasangka tidak baik di antara mereka, merangkul Bbiya dengan erat dan mengatakan bahwa perempuan di sampingnya adalah calon menantunya.

Deghh. Mendengar kalimat - kalimat itu membuat Bbiya terkejut meski tak nampak risih dari dirinya. Sebaliknya, Bbiya nyaman - nyaman saja meskipun dirinya bahkan menolak perjodohan yang diusulkan oleh sang ayah dan sahabatnya, paman Rasyad.

Mereka yang mendengar cerita Marwah berdecak kagum dengan kemandirian Bbiya terlepas dari apapun yang belum mereka ketahui dan penampilan Bbiya yang dirasa sangat jauh berbeda dengan latar belakang keluarga Abimanyu.

Marwah mengajak Bbiya berkeliling ke halaman belakang. Cukup luas bahkan lebih luas dari halaman depan rumahnya. Terdapat beberapa gazebo dilengkapi mushola yang berada di tengah - tengah. Jauh kesana, terdapat kebun pepaya, singkong, dan kacang panjang. Ke arah selatan ada beberapa baris pohon cabai dan tomat. Bbiya juga melihat tanaman hidroponik di dekat gazebo, umi Marwah bilang Banyu yang memiliki ide untuk menanam kangkung sebagai tanaman hidroponik itu. Semua hasil panen sering umi berikan pada tetangga terutama mereka yang sering membantu umi dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan urusan pengajian.

Biasanya abi Rasyad mengadakan pengajian setiap hari Rabu pagi, menjelang siang umi selalu menyediakan makan siang untuk jamaahnya. Setiap sore juga ada anak - anak kecil yang mengaji di Mushola, umi bilang Banyu yang mengajar mereka. Apalagi setelah Banyu kembali ke rumah.

Bbiya takjub luar biasa, keluarga paman Rasyad begitu kental dengan pemahaman agama. Selama ini dia rasa ayahnya, Rasyid, orang yang paling dekat dengan Tuhan - Nya, ternyata ada orang lain yang lebih dari keluarganya dan salutnya mereka tidak pernah memandang sebelah mata orang - orang di sekelilingnya. Yang mungkin saja belum dan jauh dari taat, setidaknya itu yang Bbiya rasakan. Biasanya tidak begitu dekat, apalagi menjadikan perempuan tak berhijab seperti Bbiya sebagai menantunya.

"Umi nggak sabar deh buat unduh mantu, biar bisa ditemenin sama kamu," Klek. kalimat Marwah sulit dicerna Bbiya. Hanya bisa tersenyum memandang ke segala arah.

"Umi, katanya Banyu punya kakak perempuan, dia ada dimana sekarang?" tanya Bbiya penasaran. Ingin memastikan apakah benar Rara juga bagian dari keluarga paman Rasyad.

"Oh iya, umi lupa. Insya Allah hari ini dia pulang. Nanti umi kenalkan yah..." jawab Marwah mendapatkan anggukan paham dari Bbiya.

Umi menerima beberapa kerajang pepaya dan tomat. Mengajak Bbiya untuk membesihkannya di keran yang berada di dekatnya. Marwah kembali ke dalam untuk mengambil beberapa wadah. Membiarkan Bbiya sendirian dengan hasil kebunnya.

"Mak, masa katanya cewek itu calon istrinya mas Banyu?" suara bisikan seseorang di belakang Bbiya. "Kan mas Banyu baik agamanya, keluarga abi juga...." kalimatnya terpotong.

"Hush, kamu tidak boleh bicara begitu. Kalau umi Marwah sudah bilang dia calon menantunya, jangan asal bicara. Berarti umi punya pertimbangan lain." jawabnya terdengar suara gerasak gerusuk kaki yang meninggalkan keberadaan Bbiya.

KALBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang