Pagi ini Bbiya masih membereskan beberapa barang miliknya di kamar. Menata pakaian yang tidak terlalu banyak di lemari. Beberapa setelan Kemeja bercelana panjang, tunik dan kulot sudah masuk ke lemari. Tidak banyak kerudung. Hanya terlihat dua jilbab bergo dan satu segiempat yang diberikan Annisa sebelum Bbiya menolak membawanya.
"Ada yang mau dibantu" suara Banyu yang belum terbiasa cukup mengejutkan Bbiya. "Segitunya, biasa aja kali kagetnya."
Bbiya masih menghela nafasnya berusaha melegakan dada. "Yah kaget lah..." Jawabnya sinis. "Ga usah. Baju aku cuma sedikit kok. Cuma Bingung naro dimana, lemarinya cuma satu."
"Kamu mau beli lemari baru?" Tanyanya terdengar serius.
Bbiya menggeleng kepala. "Gak perlu. Mending uangnya di tabung".
"Kedengarannya lebih baik begitu. Lalu kamu mau taro di sebelah mana? Pakaian aku juga gak banyak kok. Nanti dirapihin aja biar ga ngabisin tempat."
"Belom sempet buka, kan bukan lemari aku. Gak enak..." Ujarnya dengan menggaruk kepala yang tidak gatal.
"Buka aja, apa yang punya suami kan juga punya istri....", Balasnya mendapatkan dongakan heran dari Bbiya. Tidak ada yang salah dengan pernyataan Banyu. Tapi keduanya memang belum terlalu akrab diantara dua orang asing yang baru tinggal serumah.
Setelah kalimat itu membuat keduanya canggung. Banyu kemudian. Berjalan menuju lemari dan membukanya. Benar saja masih banyak ruang kosong. Ada beberapa koko yang di Gantung dan kaos, celana dan sarung di bagian lemari lipat. Tersisa banyak ruang kosong untuk ukuran lemari tiga pintu.
"Kamu mau taro sebelah mana?"
"Disitu juga boleh," tunjuk Bbiya pada sisi paling kanan yang menyisakan banyak ruang hanya ada satu baris pakaian milik Banyu yang bisa dipindah ke sisi kiri.
Banyu pun memindahkan sarung - sarung miliknya. Membantu Bbiya menaruh pakaian ke lemari. "Oh iya, kamu bisa pakai meja itu untuk alat make up. Nanti aku belikan cermin untuk berdandan." Tunjuk Banyu pada meja di samping lemari. "Kalau kamu kerja bisa pakai meja itu," tunjuknya pada meja kerja yang berada di sisi kanan tempat tidur.
Kamar Banyu memang cukup besar. Leluasa jika diisi perabot untuk dua orang. Namun Bbiya menolak penawaran Banyu untuk beberapa barang baru yang menurutnya boros dan memakan banyak tempat.
"Semoga kamu nyaman di rumah ini..." Ucapnya usai menyelesaikan susunan pakaian Bbiya. "Kalau mau nonton TV kamu bisa nonton di ruang tengah.
"Iya... Bawel..." Jawab Bbiya.
"Oh iya lupa, nanti kan kamu hapal sendiri isi rumah ini." Sindirnya
"Hemmm. Jangan mikir macem - macem. Kamu ga perlu sok jadi suami yang baik. Aku gak perlu itu."
Banyu yang tenang tiba-tiba menjadi sinis tak percaya dengan ucapan Bbiya. "Selama kamu bertugas sebagai istri dalam menjaga nama baik suami. Aku tidak akan melakukan hal apapun terhadapmu tanpa seizinmu."
Mendengar kalimat Banyu sedikit mengusik hati Bbiya. Meski memang sesuai keinginannya. Terbesit rasa berat dalam hati saat Banyu yang mengatakan itu. "Bagus kalau kamu paham." Bbiya pergi menghampiri koper yang masih tersisa beberapa barang miliknya yang belum di rapihkan.
Banyu hanya menggeleng kepala. "Aku masak dulu..." berlalu keluar dari kamar.
Usai selesai merapihkan barang-barang miliknya. Bbiya ikut keluar membantu membersihkan rumah baru milik Banyu. Tidak terlalu banyak perabot. Namun beberapa peralatan sudah disiapkan oleh Rara. Kemarin pun sudah di adakan acara syukuran. Kini hanya menyisakan keduanya yang berada di rumah. Memulai kehidupan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALBU
SpiritualAbbiya hanya ingin mencurahkan isi hatinya. Meski lelaki yang bersamanya kini tak seharusnya bersama dirinya, Dafa. Lelaki yang pernah singgah dan memilih Bbiya menjadi kekasihnya kini sudah memilih wanita lain sebagai pasangan. Setahun setelah pern...