"Aku memiliki beberapa syarat untuk kamu sebelum menikah, jika kamu juga memiliki syarat silahkan diajukan kepadaku." tutur Banyu saat tiba di depan rumah Arman.
Bbiya mengangguk mengerti. Belum terpikirkan syarat yang akan diajukan pada Banyu.
"Aku akan kirim nanti malam, kalau ada yang mau kamu sanggah atau merasa keberatan kamu bisa langsung sampaikan."
Bbiya melirik jam tangan yang dikenakan di lengan kirinya. Pukul lima sore. "Kenapa tidak disampaikan hari ini saja? Jadi kalau ada revisi masih ada waktu. Kita bisa bicara di dalam. Agar diketahui bunda dan ayah juga, bagaimana?"
"Sepertinya begitu lebih baik." jawab Banyu yang kemudian mengikuti langkah Bbiya.
"Assalamualaikum..." Sapa Banyu dari depan pintu, terdengar jawaban dari ruang keluarga yang tidak jauh jaraknya.
"Waalaikumussalam... Ada siapa itu?" Jawab bunda Bbiya seraya mendengar suara laki-laki.
Senyumnya menebar kemana-mana. Rasyid sudah menghampiri Banyu. "MasyaAllah calon mantu, apa kabar kamu nak?" Tanyanya saat Banyu meraih telapak tangannya untuk salam.
"Alhamdulillah baik paman, paman apa kabar?"
"Alhamdulillah baik, dan insya Allah akan lebih baik lagi."
"Silahkan duduk nak Banyu," ujar Annisa, bunda Bbiya. "Kalian sudah makan?"
"Sudah bunda..." Jawab Bbiya dengan cepat sudah duduk di ujung sofa.
"Alhamdulillah, oh iya tumbenan nak Banyu mampir. Ada hal yang diperlukan?"
"Iya bi. Banyu mau menyampaikan beberapa hal." Katanya sudah duduk di sofa saat Rasyid mengajaknya duduk di sampingnya. "Kebetulan kemarin sudah saya diskusikan bersama abi dan umi di rumah." Kalimat Banyu membuat Bbiya kesal tidak percaya yang berusaha disembunyikan. "Dan Banyu juga sudah bicara dengan Bbiya." Kalimat tersebut mengherankan keluarga Bbiya.
"Kok Bbiya belom bilang apa-apa. Memangnya kalian butuh apa? Kalau bunda dan ayah bisa bantu akan kita bantu. Iya kan yah?"
Banyu tersenyum, "gak bi, cuma Banyu mau kasih perjanjian pra nikah. Karena Banyu gak mau nanti ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi."
"Oh, Bbiya sudah ada syarat pra nikah nya?" Lirik Bunda Bbiya yang ada di sebelah kanannya. Bbiya mengangguk pelan. "Apa?"
"Banyu duluan aja bun ..."
Rasyid dan Annisa mempersilahkannya. "Bismillahirrohmanirrahim, Banyu ajukan perjanjian pra nikah ini untuk Bbiya, jika Bbiya sanggup boleh meneruskan hubungan ini sampai dengan akad. Jika tidak pun tidak apa-apa".
"Apa itu nak?" suara Rasyid.
"Pertama, setelah menikah Bbiya akan tinggal di rumah Banyu dimana pun dan kapan pun. Kedua, privasi dalam rumah tangga dibawah kendali Banyu apapun masalah yang datang baik dari Bbiya maupun Banyu. Ketiga, kemana pun Bbiya pergi harus seizin Banyu dan bertanggung jawab atas kewajiban seorang istri."
"Hah?" Mendengar panjang lebar prasyarat dari Banyu membuatnya menganga. Menggeleng kepala pelan tak peduli. "Banyak aturan..." ujarnya hampir tak terdengar.
"Bagaiman Bbi? Kamu siap?" Rasyid memastikan ketiganya masih terdengar sesuai ajaran yang seharusnya. Mendapat anggukan kepala tanpa pikir panjang. " Prasyarat apa yang akan kamu ajukan untuk Banyu?"
Kalimat tanya dari Rasyad malah membuatnya bingung, belum sempat memikirkan apapun. Nampak helaan nafasnya dalam. "hemmm...... apapun kesalahan Bbiya Banyu tidak boleh pergi atau menikah dengan wanita lain kecuali Bbiya sudah meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
KALBU
SpiritualAbbiya hanya ingin mencurahkan isi hatinya. Meski lelaki yang bersamanya kini tak seharusnya bersama dirinya, Dafa. Lelaki yang pernah singgah dan memilih Bbiya menjadi kekasihnya kini sudah memilih wanita lain sebagai pasangan. Setahun setelah pern...