11. Narasi Sua Bbiya

124 8 0
                                    

Banyu baru saja menyesalaikan shalat isya. Dia masih duduk termenung mengingat apa - apa yang dikatakan Raka.

Flashback On

"Gue mau melakukan hal itu. Tapi, gue nggak bisa Nyu. Maka dari itu gue jauh - jauh dari Malaysia buat ketemu elo. Setelah gue dengar kabar dari Biyan. Gue rasa elo mampu membawa Bbiya ke arah lebih baik. Dan masalah Dafa, elo jangan salah paham. Bbiya nggak ada maksud merebut suami orang. Hanya saja hatinya terlanjur hancur dan dipenuhi kebencian."

"Dan itu tugas elo saat jadi suaminya Nyu." balasnya cepat. "Bbiya itu jauh lebih hancur dari perasaan yang kamu lihat saat ini. Dia-- dia patah hati saat lelaki bernama Dafa itu memilih wanita lain dan meninggalkannya. Dan laki - laki yang mulai mengobati patah hatinya meninggal sia - sia pada kecelakaan beruntun oleh seseorang yang sedang mabuk. Kamu tahu siapa orang itu? Dafa, Dafa, lelaki berengsek itu menghancurkan hati Bbiya berkeping - keping sampai tak berupa. Kamu tahu? parahnya dia sampai hati untuk melakukan bunuh diri."

Flashback off

Banyu menakup kedua tangannya di wajah. "Allahuakbar..." gumamnya beranjak dari sajadah. Melipat sajadah dan meletakkannya di rak gantungan sajadah berwarna hitam dekat meja belajar. Banyu duduk dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Terlihat pesan masuk di aplikasi chatnya dari nomor baru.

"Gue mohon bantuan elo Nyu untuk menjaga Bbiya. Dia cuma gadis yang terlanjur rapuh, jangan sampai dia mengalami hal buruk lagi. Gue nggak tahu kalau hal itu terjadi. Kemandiriannya saat ini sebenarnya hanya sekedar cover kelemahannya. paman Rasyid dan Biyan sebenarnya tidak ingin membiarkan Bbiya tinggal sendirian. Tapi, demi mengembalikan kehidupannya Biyan membiarkan Bbiya hidup di apartemen dengan berbagai syarat dan membantunya membuka toko aksesoris, demi adiknya memiliki kehidupan yang baik dan berhenti merenungi kesedihan hatinya yang terlalu dalam."

Kening Banyu mengerut seketika langsung dielus oleh jemarinya. "astagfirullah..." batinnya. Lalu menggerakkan jemarinya mengetik pesan balasan, "Aku nggak bisa janji apa - apa Ka. Di masa ta'aruf ini, aku berusaha mengenali Bbiya karena Allah. Ke depannya, semoga Allah berikan petunjuk yang terbaik." klik, pria itu mengirim pesan balasan pada Raka.

Ditempat lain.

Bbiya tengah duduk sembari menyelesaikan rencana promosinya yang baru enam bulan melakukan penjualan secara online di salah satu marketplace. Jemarinya terhenti di antara keyword netbooknya. Memejamkan mata saat terngiang kalimat Banyu kepadanya,

"Sampai kapan kamu akan melakukan hubungan tak pantas itu?"

Flashback on

"Kamu bilang, kita cuma break. Ini apa Daf? Dalam undangan ini tertera jelas nama kamu. Kenapa kamu bohong?" suara Bbiya penuh dengan amarah dan kecewa pada Dafa berharap laki - laki itu menunjukan penyesalannya.

Namun Dafa berdecih, "Jangan salahkan aku Bbi, ayah kamu sendiri tidak pernah menerima aku. Bagaimana bisa aku melanjutkan hubungan dengan kamu." katanya tak menyesal.

Bbiya sudah menutupi wajah dengan tangannya. Menahan derai air mata. "Tapi kamu janji, bakal berjuang bersama..." lirihnya dalam isakan.

"Maaf Bbi, aku nggak bisa. Tari dan keluarganya menerima aku bahkan dia menawarkan aku lebih untuk sekedar jadi suami. Aku akan memimpin perusahaan keluarganya, dan kesempatan itu nggak akan datang dua kali." Dafa membiarkan Bbiya menangis sendirian. Tak memperdulikannya meski berada di tempat ramai.

Tidak habis pikir, Dafa begitu berbeda dengan sosok pertama kali dikenalnya. Mendengar kalimatnya menyerah untuk berjuang mendapatkan restu orangtua Bbiya saja sudah begitu menyakitkan ditambah lagi dengan alasannya menikah dengan Tari karena sebuah jabatan. Perih.

KALBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang