23 Februari 2002 11:24 AM
"Oh.. Hmm.. Tio.. Aku boleh nanya sesuatu?", tanya Dara kembali.
"Kamu mau tanya apa?"
Dara sedikit menunduk.
"Tio.. Hmm..", ucapannya terhenti. "Sebenarnya aku..."
Hatiku sedikit berdebar, apa yang sebenarnya ingin dia tanyakan.
"Sebenarnya aku mau tanya, apa kamu benar-benar cinta sama Sinta?", tanya Dara.
"Iya Dara. Aku cinta sama Sinta.", jawabku. "Apa cuma ini yang mau kamu tanyain?"
"Iya, cuma itu aja kok hehehe.. Apa tahun depan kalian jadi nikah?"
"Hmm, aku gak mau bahas ini dulu. Lagian kita udah pernah bahas ini juga."
"Maafin aku ya, Tio. Aku gak ada maksud apa-apa.", ucap Dara.
"Gak apa-apa, Dara."
Suasana tiba-tiba menjadi canggung antara Dara dan aku. Kami saling terdiam beberapa saat, tanpa ada kata-kata keluar dari mulut kami berdua. Kami hanya saling bergantian berpandangan. Kepalaku juga tiba-tiba terasa kosong, aku bingung untuk memulai percakapan kembali dengan topik apa. Sampai akhirnya..
"Eh ada nak Dara.. Udah lama datangnya?", ucap Ibu sambil memasuki kamar Ayah.
"Tante.. Iya, udah dari tadi hehehe..", kata Dara sambil tersenyum.
"Mana Intan dan Galih, bu?", tanyaku.
"Mereka lagi beli es krim. Tio, kamu makan dulu ya, ini ibu bawain rendang kesukaan kamu. Dara udah makan? Ayo, makan sekalian sambil nemenin Tio.", ucap Ibu sambil tersenyum.
"Ehm, aku udah makan bu. Tadi Dara juga bawain makanan. Nanti aja ya rendangnya aku makan.", jawabku.
"Oh kamu udah makan. Kamu tadi bawa apa Dara? Masak sendiri?", tanya Ibuku ke Dara.
"Iya tante, aku masak sop ayam sama oseng tempe."
"Wah, tante mau dong cobain masakan kamu."
"Udah abis bu hehehe, tadi aku yang abisin, laper banget tadi soalnya hehehe.", ucapku sambil menggaruk kepala.
"Tio.. Tio..", Ibu menggeleng-gelengkan kepala sembari tertawa kecil.
"Besok aku bawain lagi ya tante. Tante mau aku masakin apa?", tanya Dara.
"Udah gak usah repot-repot nak Dara. Makasih ya kamu udah bawain Tio makanan. Kamu anak yang baik.", ujar Ibu lembut sambil mengusap rambut Dara.
Dara lalu menunduk dan meneteskan air mata.
"Dara, kamu kenapa nak?", tanya Ibu dengan sedikit khawatir.
"Aku keinget mendiang ibu aku, tante. Dan saat aku kenal tante, aku ngerasa kayak ketemu ibu kandung aku sendiri.", ucap Dara sambil mengusap linangan air matanya.
Ibuku lalu memeluk Dara dengan hangat. Dara menangis di pelukan Ibuku.
"Gak apa-apa nak Dara. Anggap aja tante ini kayak ibu kandungmu sendiri. Kamu itu anak yang baik. Tio beruntung punya teman yang baik kayak kamu.", ucap Ibu sambil mengelus kepala Dara.
"Makasih ya tante. Tante baik banget."
Aku hanya tersenyum memandang mereka berdua. Wajar Dara menangis, pasti saat ini dia sangat merindukan mendiang Ibunya, terlebih setelah bertemu dengan Ibuku. Dia seperti bertemu dengan sosok yang dirindukannya, yang sudah lama tidak berada lagi di sisinya.
"Tante, aku mau pamit pulang dulu ya. Aku harus jagain Rara soalnya dia lagi sakit.", pamit Dara.
"Oh nak Rara sakit apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Payung Merah
RomanceSebuah payung berwarna merah yang menjadi awal sebuah kisah percintaan cukup rumit yang dialami oleh seorang pemuda bernama Tio. Kehidupan percintaan Tio perlahan berubah semenjak kejadian di sebuah pagi yang diiringi oleh rintik hujan, bahkan ke d...