Bab 22

39 8 2
                                    

21 Maret 2002 01:23 PM

"Tio, jawab pertanyaan gue ya."

"Mau tanya apa?"

"Kalo nanti Rara sembuh, siapa yang bakal lu pilih? Rara yang suka sama lu atau Dara, orang yang lu suka?"

"Pilih lu aja deh, Mir.."

"Ihh malah bercanda, jawab yang serius dong."

"Gue tetep pilih Dara."

"Alasannya?"

"Karena Dara adalah orang yang gue suka. Gue milih dia, Mir. Sebagai seorang cowok, gue juga lebih milih untuk ngejar cewek yang udah ngisi hati gue daripada harus terima cinta dari orang lain yang milih gue."

Mira tersenyum lalu memegang pundakku.

"Berjuanglah kawan. Gue.. Sebagai sahabat lu.. Akan selalu bantuin lu.", ucap Mira.

"Makasih, Mir."

"Apa gue nanti boleh ikut ke rumah sakit?"

"Tentu aja boleh. Nanti abis selesai kantor, kita langsung ke rumah sakit ya."

"Oke Tio. Gue balik ke ruangan dulu ya."

Aku melihat Mira berjalan dengan sedikit cepat ke ruangannya. Aku melanjutkan kembali pekerjaanku yang sempat tertunda. Aku ingin segera menyelesaikan semuanya agar aku dapat pulang sedikit lebih cepat.

Sementara itu di ruangan Mira..

Mira duduk lalu membuka laci meja kerjanya dan mengambil selembar foto.

Aku tahu aku takkan pernah bisa memilikimu, Tio. Di matamu, aku hanyalah seorang sahabat, tidak lebih. Aku takkan pernah dapat menggapai ruang di hatimu. Mengapa ini semua dapat terjadi? Mengapa harus di waktu seperti ini? Mengapa perasaan ini muncul di saat sudah ada gadis yang mengisi hati dan pikiranmu?

Saat ini aku melihat foto kita berdua, Tio. Sedikitpun aku tak membayangkan kalau perasaanku akan berubah seperti ini. Aku tak pernah membayangkan kalau aku akan jatuh cinta kepadamu. Apa yang harus aku lakukan? 

Selama ini aku tulus dalam hubungan kita sebagai sahabat, bahkan saat kamu masih berpacaran dengan Sinta, aku selalu mendukung kalian berdua agar cepat menikah karena aku ingin melihat sahabat terbaikku dapat meraih kebahagiaan dengan wanita idamannya. 

Aku selalu memimpikan kamu dan pasanganmu beserta aku dan pasanganku kelak bepergian bersama, mengunjungi tempat-tempat indah yang belum sempat kita arungi. Terlihat menyenangkan, bukan? Namun mengapa kini semua berubah?

Awalnya aku juga mendukung kamu untuk mendekati Dara karena aku tak tahan melihatmu dirundung kesedihan yang begitu mendalam setelah dikhianati oleh Sinta. Aku hanya ingin melihatmu bahagia dengan Dara. Namun mengapa kini seakan aku tak rela? Mengapa kini seakan aku tak kuasa melihatmu bahagia dengan Dara?

Aku sedikit lelah untuk terus bersembunyi di balik topeng ini, batinku sambil mengusap titik-titik air mata yang mulai membasahi pipiku. Namun aku tidak berani untuk berterus terang akan perasaanku kepadamu. Biarlah aku yang hancur, bukan kamu. Biarlah aku yang terluka dalam diam, bukan kamu. Aku mencintaimu dalam waktu yang salah. Aku mencintaimu dalam keadaan yang salah.

"Dapat mengenalmu dan memberimu ruang di hatiku
Adalah suatu keberuntungan terindah dalam hidupku.
Kehadiranmu memberi kehangatan tersendiri dalam setiap sudut ruang di hatiku.
Namun waktu terus berjalan seiring butiran pasir yang terbang tertiup angin.
Masihkah semua kepingan kenangan dapat tersusun kembali?
Masihkah garis senyummu senantiasa terukir dalam pagi dan malamku?
Aku.. Kamu.. Kita..
Punya cerita.."

Payung MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang