34. I'm Not Ready, Yet Pt. 1

1.5K 300 31
                                    

Selamat membaca :]

Semenjak kembali ke korea dan membaca pesan yang di kirimkan oleh ortu yerim, irene mulai sering mengurung dirinya sendiri di dalam kamar menghindari yerim. Namun ketika malam, dia akan memandangi bocah kecil itu dalam tidurnya sambil terus menangis. Tentu seulgi sering menemani irene sampai sang wanita tertidur dalam pelukannya. Yerim tentu bingung dengan sikap mamanya itu, namun selama mamanya selalu menemaninya dia tidak masalah. Bocah itu cukup pengertian walau tak paham apa yang sedang terjadi.

Seperti malam ini, yerim sudah tertidur nyenyak di sebelah irene. Irene kini sedang bersender pada dada seulgi yang duduk sambil menyenderkan punggungnya headboard kasur. Seulgi sesekali mengelus lengan irene sambil memandang bocah yang tidur dengan tenang itu.

"Yang.." ucap irene lirih

"Hmm?"

"Sebulan itu kemungkinan bulan depan kan? Kita masih punya waktu sama yerim sebulan lagi kan? Bukan bulan ini kan?" Irene memberikan bertubi tubi yang seulgi pun tak tau harus menjawab apa atau bagaimana menenangkan Irene.

"Rene.... aku.." ucap seulgi ragu.

"Jawab gi..." ucap irene yang kini mulai menangis.

"Aku engak tau rene.. t-tapi.. kita harus siap ya?"

"Engak"

"Rene..."

"Engak mau! Yerim anak aku!"

"Rene.... aku pah--"

"Engak! K-amu hiks hiks.. engak kamu engak paham..."

Bentakan irene membuat seulgi memandang sendu irene dan memeluknya makin erat.

"Rene.. udah ya... cepat atau lambat.. adek.. adek harus balik sama mama papanya rene.. ya.." seulgi tau ucapannya akan sangat tidak membantu, tapi jujur seulgi juga engak tau harus ngapain.

Seulgi tentu sedih dengan kenyataan yang segera mereka hadapi. Tapi seulgi juga sadar ni kalo yerim engak bisa selamanya dengan mereka. Dia sulit menerimanya juga, tapi jika berkaca dari sisi ortu yerim, mereka juga pasti juga lebih berat menahan rindu karena terpisah oleh anaknya, bahkan melewatkan waktu penting yerim disaat itu.

"Gi... hiks.. gi..." ucap irene berulang kali sambil menangis di dada sang pria beruang itu. Seulgi hanya menarik nafas panjang dan tetap mengelus kepala irene.

"Mama? Papa?"

Semua isak tangis irene ternyata membangunkan yerim. Dia heran mengapa papa dan mamanya menangis sambil berpelukan.

"Adek...." ucap irene yang kini melihat yerim sambil menangis. Empati sang bocah pun muncul, dia bangun dan merangkak menuju irene dan seulgi.

"Mama? Napa mama? Akit? Mama malah sama rim? Rim maap maaa... huaaaaaaaaaaaaah" kini yerim memeluk irene sambil menangis juga karena dia tidak tau kenapa mama dan papanya menangis.

Irene pun segera membalas pelukan yerim dengan erat dan menangis bersama.

"Huaaaaaaaaaaaah maamaaaaaaa..."

"Anak mama.. yerim anak mama..." ucap irene.

Seulgi yang melihatnya pun mengelah nafas dan memeluk irene dan yerim erat.

"Hah... aku harus melakukan sesuatu.. mungkin irene tidak akan terima.. tapi itu lebih baik..." batin seulgi

------------

Setelah keduanya berhenti menangis, seulgi pun angkat bicara. Dia tau kedua orang dalam pelukannya itu belum tertidur, hanya melamun sambil meredakan tangisan mereka.

Ufo Baby ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang